Rabu, 23 April 2014

QUR’AN SURAH AL BAQARAH AYAT 143-144



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang muslim. Di dalam al-Qur’an terdapat firman-firman Allah yang memberikan isyarat pada manusia untuk selalu berfikkir. Menjelaskan tentang umat-umat terdahulu dan perintah-perintah Allah terhadap hamba-Nya.
Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. yang padanya manusia meneguhkan dirinya dalam beragama. Islam adalah agama yang berpegang teguh pada kitab suci al-Qur’an. Oleh karenanya, al-Qur’an merupakan suatu petunjuk dan pegangan bagi umat Islam yang benar-benar taat.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa teks Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144?
2.      Bagaimana tafsiran Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144?
3.      Apa asba>b al nuzu>l tafsiran Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144?













BAB II
PEMBAHASAN
A.  Teks Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144 [1]


Terjemahnya:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan[2] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,[3] Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

B.     Tafsiran Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu wahai umat islam ummatan wasat}an (pertengahan) moderat dan teladan, sehingga dengan demikian keberadaan kamu dalam posisi pertengahan itu, sesuai dengan posisi Ka’bah yang berada di pertengahan pula.[4] Dalam Tafsir al H{aqi> dijelaskan bahwa Kami telah menjadikan kamu, berarti Kami telah menunjukkan kalian jalan yang benar.[5]Sedangkan dalam kitab Tafsir al Tastari’, wasat}an itu adalah adil, yaitu orang mukmin yang benar dalam beribadah.[6]  
Posisi pertengahan menjadikan manusia tidak memihak ke kiri dan ke kanan, suatu hal dimana dapat mengantar manusia berlaku adil. Posisi pertengahan menjadikan seseorang dapat dilihat oleh siapapun dalam penjuru yang berbeda, dan ketika itu ia dapat menjadi teladan bagi semua pihak. Posisi itu juga menjadikannya dapat menyaksikan siapa pun dan dimana pun. Allah menjadikan umat islam pada posisi pertengahan agar kamu wahai umat Islam menjadi saksi atas perbuatan manusia yakni umat yang lain, tetapi ini tidak dapat kalian lakukan kecuali jika kalian menjadikan Rasul saw. syahid yakni saksi yang menyaksikan kebenaran sikap dan perbuatan kamu dan beliau pun kalian saksikan, yakni kalian jadikan teladan dalam segala tingkah laku. Itu lebih kurang yang dimaksudkan oleh lanjutan ayat dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu.
Ada juga yang memahami ummatan wasathan dalam arti pertengahan dalam pandangan tentang Tuhan dan dunia. Tidak mengingkari wujud dalam pandangan tentang Tuhan dan dunia. Tidak mengingkari wujud Tuhan, tetapi tidak juga menganut paham poleteisme (banyak Tuhan). Pandangan islam adalah Tuhan Maha Wujud, dan Dia Yang Maha Esa. Pertengahan juga adalah umat Islam tentang kehidupan dunia ini; tidak mengingkari, dan menilainya maya, tetapi tidak juga berpandangan bahwa kehidupan dunia adalah segalanya. Pandangan Islam tentang hidup adalah di samping ada dunia juga ada akhirat. Keberhasilan di akhirat, ditentukan oleh iman dan amal saleh di dunia. Manusia tidak boleh tenggelam dalam materialisme, tidak juga membumbung tinggi dalam spiritualisme, ketika pandangan mengarah ke langit, kaki harus tetap berpijak di Bumi. Islam mengajarkan umatnya agar- meraih materi yang bersifat duniawi, tetapi dengan nilai-nilai samawi.[7]
Penggalan ayat diatas yang menyatakan, agar kamu wahai umat Islam menjadi saksi atas perbuatan manusia, dipahami juga dalam arti bahwa kaum muslimin akan menjadi saksi di masa datang atas baik buruknya pandangan dan kelakuan manusia. Pengertian masa datang itu mereka pahami dalam penggunaan kata kerja masa datang (mud}a>ri‘ atau present tense) pada kata Litaku>nu>. Penggalan ayat ini menurut penganut penafsiran tersebut mengisyaratkan pergulatan pandangan dan pertarungan aneka isme. Tetapi pada akhirnya ummatan wasat}an inilah yang akan dijadikan rujukan dan saksi tentang kebenaran dan kekeliruan pandangan serta isme-isme itu. Masyarakat dunia akan kembali merujuk kepada nilai-nilai yang diajarkan Allah, bukan isme-isme yang bermunculan setiap saat. Ketika itu, Rasul akan menjadi saksi apakah sikap dan gerak umat islam sesuai dengan tuntunan Ilahi atau tidak. Ini juga berarti bahwa umat Islam akan dapat menjadi saksi atas umat yang lain dalam pengertian di atas, apabila gerak langkah mereka sesuai dengan apa yang diajarkan Rasul saw.[8]
Pergantian kiblat itu boleh jadi membingungkan juga sebagian umat Islam, dan menimbulkan pula aneka pertanyaan yang dapat digunakan setan dan orang Yahudi atau musyrik Mekah dalam menggelincirkan mereka. Karena itu, lanjutan ayat ini menyatakan: Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblat kamu sekarang melainkan agar kami mengetahui dalam dunia nyata siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Atau, agar kami memperlakukan kamu perlakuan orang yang hendak mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.[9]
Allah sebenarnya mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang akan membelot, tetapi Dia ingin menguji manusia, siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot sehingga pengetahuan-Nya yang telah ada sejak azzal itu, terbukti di dunia nyata, dan bukan hanya Dia mengetahuinya sendiri, tetapi yang diuji dan orang lain mengetahui. Apa yang dilakukan-Nya tidak ubahnya seperti seorang guru yang telah mengetahui keadaan seorang siswa bahwa dia pasti tidak akan lulus, tetapi untuk membuktikan dalam dunia nyata pengetahuannya itu, menguji sang siswa sehingga ketidaklulusannya menjadi nyata, bukan hanya bagi sang guru tetapi juga sang murid dan rekan-rekannya.
Dan sungguh pemindahan kiblat itu terasa amat berat, kecuali orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Pemindahan kiblat berupa ujian, dan ujian itu, berat bagi yang jiwanya tidak siap, serupa dengan beratnya ujian bagi siswa yang tidak siap.
Selanjutnya untuk memenangkan kaum muslimmin menghadapi ucapan orang-orang Yahudi bahwa ibadah mereka ketika mengarah ke Bait al Maqdis tidak diterima Allah swt., dan atau memenangkan keluarga orang-orang muslim yang telah meninggal dunia sehingga tidak akan menyia-nyiakan amal-amal saleh kamu. Di sini kata iman yang digunakan menunjuk amal saleh khususnya shalat karena amal saleh harus selalu dibarengi oleh iman; tanpa iman, amal menjadi sia-sia.[10]
Firman-Nya: Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia, seakan-akan berpesan kepada kaum muslimin: Ingatlah hai kaum muslimin bahwa Tuhan yang kamu sembah adalah Tuhan yang kasih sayangnya melimpah sehingga tidak mungkin Dia menyia-nyiakan usaha kamu, lagi Maha Penyayang. Dengan demikian Dia tidak menguji kamu melebihi kemampuan kamu.
Itulah jawaban yang diajarkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin, jika pada saatnya nanti perintah mengalihkan kiblat dari bait al Maqdis ke Ka’bah di Mekah. Jawaban ini sekaligus menyiapkan mental kaum muslimin menghadapi aneka gangguan serta gejolak pikiran menyangkut peralihan kiblat dan dengan demikian, diharapkan jiwa mereka lebih tenang menghadapi hal-hal tersebut.[11]
Kata qad yang diterjemahkan dengan sering pada firman-Nya: Sungguh Kami sering melihat wajahmu (penuh harap) menengadah ke langit ada yang memahaminya dalam arti sedikit, sehingga bila pendapat ini diterima maka terjemahan ayat diatas adalah Kami sesekali melihat wajahmu dst. Betapa pun, apakah sesekali atau sering, yang jelas, melalui ayat ini Allah menyampaikan kepada Nabi Muhammad saw. bahwa Dia mengetahui keinginan, isi hati atau doa beliau agar kiblat segera dialihkan ke Mekah, baik sebelum adanya informasi dari Allah tentang sikap orang-orang Yahudi bila kiblat dialihkan, lebih-lebih sesudah adanya informasi itu.[12]
Ayat di atas kemudian menambahkan uraiannya dengan menyatakan: Maka, guna memenuhi keinginanmu, serta mengabulkan doamu sungguh Kami akan memalingkan ke kiblat yang engkau sukai, maka. Kini palingkanlah wajahmu ke arah Mesjid al –h}aram. Demikian Allah mengabulkan keinginan Nabi Muhammad saw.
Selanjutnya, setelah jelas bahwa keinginan Nabi Muhammad saw. telah dikabulkan, maka perintah kali ini tidak lagi hanya ditujukan kepada beliau sendiri sebagaimana bunyi redaksi penggalan ayat yang lalu, tetapi ditujukan kepada semua manusia tanpa kecuali, sebagaimana dipahami dari redaksi berikut yang berbentuk jamak, Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah wajah-wajah kamu ke arahnya.[13]
Ayat ini turun ketika Nabi berada di satu rumah di Madinah, yang kini dikenal dengan mesjid Bani> Salamah, sehingga di mana saja kamu berada walau bukan di rumah tempat turunnya ayat ini atau bukan pada waktu itu. Itu minimal yang dapat dipahami dari perintah ini, walau sebenarnya bisa lebih luas dari itu.
Bagaimana dengan al-sufaha>’ yang disinggung sebelum ini? Lanjutan ayat menjelaskan bahwa: Sesungguhnya orang-orang yang diberi al-Kita>b yakni Taurat dan Injil mengetahui, bahwa berpaling ke Mesjid al Haram itu adalah benar dari Tuhan mereka dan juga Tuhan kaum muslimin. Mereka mengetahui bahwa itu benar, karena dalam kitab mereka ada keterangan bahwa nabi yang akan diutus akan mengarah ke dua kiblat Bait al Maqdis dan Ka’bah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan termasuk upaya mereka menyembunyikan kebenaran itu.[14]
C.   Asba>b al Nuzu>l Surah al Baqarah ayat 143-144
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. Shalat menghadap ke Bait al Maqdis, dan sering melihat ke langit menunggu perintah Allah (mengharapkan kiblat diarahkan ke Ka’bah atau Masjid al Haram), sehingga turunlah ayat tersebut diatas yang menunjukkan kiblat ke arah Masjid al Haram. Sebagian kaum Muslimin berkata: “Inginlah kami ketahui tentang orang-orang yang telah meninggal sebelum pemindahan kiblat (dari Bait al Maqdis ke Ka’bah), dan bagaimana pula tentang shalat kami sebelum ini, ketika kami menghadap ke Bait al Maqdis?” Maka turunlah ayat lainnya yang menegaskan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan iman mereka yang beribadah menurut ketentuan pada waktu itu. Orang-orang yang berpikiran kerdil di masa itu berkata: “Apa pula yang memalingkan mereka (kaum Muslimin) dari kiblat yang mereka hadapi selama ini (dari Bait al Maqdis ke Ka’bah)?” Maka turunlah ayat lainnya lagi sebagai penegasan bahwa Allah-lah yang menetapkan arah kiblat.[15]













DAFTAR PUSTAKA

Departemen agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Al-Mizan Publishing House, 2009.
M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an. Cet; XI, Tangerang: Lentera Hati, 2007.
Haqi>, Tafsir al H{aqi>. t.p: Mau>qi’ al Tafa>sir, t.th.
Al Tastari’, Tafsir al Tastari’. t.p: Mau>qi’ al Tafa>sir, t.th.
S}a>leh}, Dah}lan, dkk, Asba>b al Nuzu>l. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009.




[1]Departemen agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Mizan Publishing House, 2009), h. 23. 
[2]Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.
[3]Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggununggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
[4]M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, (Cet; XI, Tangerang: Lentera Hati, 2007), h. 347. 
[5]Haqi>, Tafsir al H{aqi>, (t.p: Mau>qi’ al Tafa>sir, t.th), h. 22.
[6]Al Tastari’, Tafsir al Tastari’, (t.p: Mau>qi’ al Tafa>sir, t.th), h. 22.
[7] M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, h. 347-348.
[8] M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, h. 348.
[9] M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, h. 348.
[10]M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, h. 349.
[11]M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, h. 349.
[12]M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, h. 350.
[13]M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, h. 350.
[14]M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, h. 351.
[15]S}a>leh}, Dah}lan, dkk, Asba>b al Nuzu>l, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009), h. 42-43.

Kamis, 17 April 2014

PRAKTIKUM TAKHRIJ AL-HADIS (Hadis tentang tanda-tanda qiyamat)



Oleh: Hasvirah Hasyim Nur
BAB I
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Takhri>j al-H{adi>s\
Takhri\j berasal dari Kharraja yang berarti tampak atau jelas. Seperti: Kharrajta Khawa>riju fula>n “Si fulan tampak kepandaiannya.” Terkadang obyek yang hendak dijelaskan tidak tampak. Untuk menampakkannya dibutuhkan kesungguhan, seperti pada waktu mengikhtisarkan sesuatu atau menyimpulkannya.[1]Dan menurut Hans Wehr takhri>j adalah mengeluarkan, mencabut, memungut, dan mengumpulkan.[2] Sedangkan menurut Mah}mu>d al-T{ah}h}a>n, takhri>j pada dasarnya mempertemukan dua perkara yang berlawanan dalam satu bentuk.[3] Dan menurut ahli hadis, pengertian takhri\>j memiliki tiga macam, yaitu:
1.      Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. Misalnya seseorang mengambil sebuah hadis dari kitab Ja>mi’ al S{ah}i>h Muslim, kemudian ia mencari sanad hadis yang telah ditetapkan oleh imam Muslim.
2.      Suatu keterangan bahwa hadis yang dinukilkan kedalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan kata-kata: “Akhrajah al Bukha>ri\”, artinya bahwa hadis yang dinukil itu terdapat kitab Ja>mi’al S{ah}i>h} Bukha>ri\>. Bila ia mengakhirinya dengan kata Akhrajahu Muslim berarti hadis tersebut terdapat dalam kitab S{ah}i>h} Muslim.
3.      Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan rawi hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab. Misalnya:
a.       Takhri>\j Aha>di>\s\ al Kasysya>f, karya Jamaluddin Al-Hanafi adalah suatu kitab yang mengusahakan dan menerangkan derajat hadis yang terdapat dalam kitab tafsir Al-Kasysya>f, yang oleh pengarangnya tidak diterangkan derajat hadisnya, apakah s}ah}i>h}, h}a>san atau lainnya.
b.      Al mugni>\ an Hamlil Asfar, karya Abdurrahim Al-Iraqy, adalah kitab yang menjelaskan derajat-derajat hadis yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulu>muddi\>n karya Al-Ghaza>li.[4]
Takhri>j bertujuan menunjukkan sumber hadis-hadis dan menerangkan ditolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut.[5] Takhri>j dapat mengungkap kemungkinan terjadinya kesalahan percetakan dengan melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada.[6]
B.   Metode Takhri>j al H{adi>s\
Sesuai dengan cara ulama mengumpulkan Hadis-hadis, dapat dikatakan bahwa metode-metode takhri>j Hadis disimpulkan dalam lima macam metode :
1.      Takhri>j menurut lafal pertama hadis.
2.      Takhri>j menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadis.
3.      Takhri>j melalui perawi hadis pertama.
4.      Takhri>j menurut tema hadis. Metode ini bersandar pada pengenalan tema hadis .
5.      Takhri>j menurut klasifikasi jenis hadis. [7]
Berdasar pada kelima metode tersebut, maka penulis akan merinci satu persatu petunjuk yang didapatkan dari setiap metode.
Adapun potongan lafal hadis yang digunakan adalah,
إن من اشراط الساعة....
1.         Metode takhri>j berdasarkan lafal pertama hadis
Penggunaan metode ini tergantung dari lafal pertama matan hadis. Berarti metode ini juga mengkodifikasikan hadis-hadis yang lafal pertamanya sesuai dengan urutan huruf hijaiyah[8].
Adapun kitab yang digunakan adalah al-Ja>mi‘ al-S{ag}i>r min H{adi>s\ al-Basyi>r al-Naz\i>r, karya al-H{a>fiz} Jala>l al-Di>n Abu> al- Fad}l ‘Abd al-Rah}ma>n bin Abi> Bakar Muh}ammad al-Khudairi> al-Suyu>t}i> al-Sya>fi‘i. Lafal pertama yang digunakan adalah نون  الف dan, penulis mendapati hadis sebagai berikut.
ان من اشراط الساعة ان يرفع العلم, و يظهر الجهل, ويفشو الزنا, ويشرب الخمر ويذهب الرجال, وتبقي النساء, حتي يكون لخمسين امراة قيم واحد. (حم ق ت ن ه) عن انس (صح)[9]
Adapun penjelasan data yang diperoleh dari kitab tersebut adalah sebagai berikut: hadis ini dikeluarkan oleh (حم) Imam Ah}mad, (ق) Muttafaq ‘Alai>h, (ت) Al-Tirmiz\i>, (ن) Al-Nasa>’i>, (ه) Ibnu Ma>jah dari Anas (S{ah}i>h}).
2.      Takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadis.
 Metode ini tergantung kepada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik itu berupa isim atau fi’il. Huruf-huruf tidak digunakan dalam metode ini. Hadis-hadis yang dicantumkan hanyalah bagian hadis.[10]
Dalam metode ini peneliti menggunakan kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi> karangan A.J. Wensinck dengan judul asli Concordance at Indices de la Tradition Musulmane yang diterjemahkan oleh Muh}ammad Fu’a>d ’Abd al-Ba>qi.
Adapun lafal yang digunakan oleh penulis adalah شرط , dan adapun hasil yang ditemukan adalah sebagai berikut:
. . . اشراط الساعة, . . . اول اشراط الساعة ,
أ‌.         >خ انبياء  **, منا قب الا نصار 51**, تفسير 2, 6**, فتن 24, علم 21, عتق 8, جهاد 95, نكاح.110, اشربة 1, استأذان53, حدود 20 (محاربين ه),,
ب‌.      >م علم 8, 9,,
ت‌.      >د صلاة 59,,
ث‌.     >ت فتن 34,,
ج‌.      >ن مساجد 2, بيوع 3 ,, >
ح‌.      >جه فتن 25 >في الترجمة< **, 36,,
خ‌.      د>ي مقدمة 42,,
د‌.       >حم 1, 387, 406, 2, 394, 3, 108**, 151, 176, 189**, 202, 213, 273, 289, 5, 70**, 228, 6, 381.[11]
Kemudian lafal selanjutnya yang di digunakan penulis adalah رفع dan petunjuk yang ditemukan adalah :
. . . أن يرفع العلم  >
1.    خ علم 21 , نكح 110, فتن 5, حدود 20,
2.    >م علم 8-10, 14,
3.     >ن علم 5, 31, 34,
4.     <جه فتن 25, 26,
5.    <حم 3, 98, 151, 176, 202, 213, 273, 289, 5, 266.[12]
Dan lafal selanjutnya yang digunakan penulis adalah ظهر dan petunjuk yang ditemukan adalah :
. . . أن يظهر الجهل
1.    خ أشربة 1, حدود 20,
2.    ن فتن 34
3.    جه فتن 35[13]
Adapun penjelasan data yang diperoleh dari kitab tersebut adalah sebagai berikut:
a.       (خ ) S{ah}i>h Bukh>ari>,{
b.       (م ) S{ah}i>h} Muslim
c.       (د ) Sunan Abu> Da>wud
d.      (ت ) Sunan Tirmiz}i>
e.       (ن ) Sunan Nasa>’i>
f.        (جه) Sunan Ibnu Ma>jah
g.      (دي) Sunan Da>rimi>
h.      (حم) Musnad Ah}mad Bin Hanbal
i.        Lambang Bintang pada petunjuk tersebut berarti adanya hadis yang
berulang, pada Bab atau Juz yang sama.[14]



3.         Takhri>j melalui perawi hadis pertama.
 Metode takhri>j yang ketiga ini berlandaskan pada perawi pertama suatu hadis, baik perawi tersebut dari kalangan sahabat bila sanad hadisnya bersambung kepada Nabi, atau dari kalangan tabi’in bila hadis itu mursal[15].
Adapun kitab yang digunakan adalah Tuh}fah al Asyraf bi Ma’ri>fat al- . Atra>f karangan al-Hafi>z} al-Muh}aqqiq Muh}addis\ al-Sya>m Jama>l al-Di>n Abu>> al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakki> ‘Abd al-Rah}ma>n bin Yu>suf al-Qadla>‘i> al-Kalbi al-Mizzi,[16] dan penulis menemukan petunjuk sebagai berikut:
 حديث ((لا تقوم الساعة حتي يتباهي الناس في المساجد))
أ‌.         د في الصلاة (12:2) عن محمد بن سلمة, عن ايوب, عن ابي قلا بة و عت قتادة (ح 1142- الف), كلا هما عى اننس
ب‌.     س فيه ( الصلاة 123) عن سويد بن نصر , 10 عن ابن المبارك, عن حمماد بن سلمة به- ولم يذكر ((قتا دة)). و قال : (( من اشراط الساعة)).
ت‌.     ق فيه ( الصلا ة 22:1) عن عبد الله بن معاوية الجمحي, عن حماد بن سلمة به- ولم يذكر ((قتادة))[17]
Adapun yang dapat difahami dari petunjuk diatas adalah sebagai berikut:
a.       د Sunan Abu> Da>wud dalam bab Shalat
b.      س Sunan al-Nasa>’i> dalam bab Shalat hal. 123
c.       ق Ibnu Ma>jah dalam Bab Shalat



4.      Takhri>j menurut tema hadis
 Metode ini berdasar pada pengenalan tema hadis. Setelah kita menentukan hadis yang akan kita takhri>j, maka langkah selanjutnya ialah menyimpulkan tema hadis.[18]
Kitab selanjutnya yang digunakan penulis adalah Kanzu al ‘Umma>l karangan ‘Ala>iddi>n ‘ali> al-Muttaqi> bin H{isa>m al-Di>n al-Hundi> al-Burha>n Fau>ri. Dan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
ان من اشراط الساعة ان يرفع العلم, و يظهر الجهل, ويفشو الزنا, ويشرب الخمر ويذهب الرجال, وتبقي النساء, حتي يكون لخمسين امراة قيم واحد (حم, ق ت, ه- عن انس)[19]
Adapun petunjuk yang dapat dari hadis tersebut adalah sebagai berikut:
a.       (حم), Musnad Ah}mad Bin H{anbal
b.      ق)), Muttafaq ‘Alai>h
c.       ت)), Sunan Al-Tirmiz\i>
d.      ه)), Sunan Ibnu Ma>jah
5.      Takhri>j menurut klasifikasi jenis hadis.
Metode kelima ini mengetengahkan suatu hal yang baru berkenaan dengan upaya para ulama yang telah menyusun kumpulan hadis-hadis berdasarkan status hadis.[20]
            Adapun kitab yang digunakan adalah S{ah}i>h} wa D\\a’i>f al Ja>mi’ al- S{agi>r wa Z|iya>datuhu karangan Muh}ammad Na>s}iruddi>n al-Alba>ni>, dan petunjuk yang diperoleh adalah sebagai berikut:
 ان من اشراط الساعة ان يرفع العلم, و يظهر الجهل, ويفشو الزنا, ويشرب الخمر ويذهب الرجال, وتبقي النساء حتي يكون لخمسين امراة قيم واحد
(حم, ق, ت, ن, ه ) عن انس. (صحيح)  مختصر مسلم 1856[21]
            Adapun petunjuk yang diperoleh dari kitab tersebut adalah sebagai berikut:
e.       (حم), Musnad Ah}mad Bin Hanbal
f.        ق)), Muttafaq ‘Alai>h
g.      ت)), Sunan Al-Tirmiz\i>
h.      ن)), Sunan al-Nasa>i>
i.        ه)), Sunan Ibnu Ma>jah
Hadis ini diriwayatkan oleh Anas bin Ma>lik di dalam kitab Mukhtas}ar Muslim dengan keterangan  S{ah}i>h}.
C. Pengumpulan Hadis Berdasarkan Kitab Sumber
Pengumpulan atau pengklasifikasian hadis\ berdasarkan petunjuk dari kitab Takhri>j, kemudian penulis menemukan hadis-hadis tentang
إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم......
terdapat dalam 6 kitab sumber dengan 34 jumlah riwayat berdasarkan pada petunjuk yang diperoleh dari kitab Mu’jam Mufahras li Alfa>z Had>i>s| al Nabawi>, adapun rinciannya sebagai berikut:
1.      S{ahi>h Bukha>ri>
Dalam penelusuran ini, penulis mencari hadis pada kitab sumber berdasarkan pada petunjuk dari kelima metode yang ada. Namun, penulis lebih merujuk pada petunjuk yang diperoleh dari Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi>, sebab petunjuk yang diperoleh dari kitab tersebut, lebih jelas dan memudahkan penulis.
Hadis yang ditemukan dari petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi>   dengan menggunakan lafal شرط Dalam kitab S{ahi>h Bukha>ri>, terdapat pada Bab Raf’i al ‘Ilmi wa Dzuhu>ri al Jahli dengan dua jalur sanad hadis, yaitu:
أ‌.         حدثنا عمران بن ميسرة قال حدّثنا عبد الوراث عن أبي التياح عن أنس قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويثبت الجهل ويشرب الخمر ويظهر الزنا [22]
ب‌.     حدثنا مسدد قال حدثنا يحيى عن شعبة عن قتادة عن أنس قال لأحدثنكم حديثا لا يحدثكم أحد بعدي سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول من أشراط الساعة أن يقل العلم ويظهر الجهل ويظهر الزنا وتكثر النساء ويقل الرجال حتى يكون لخمسين امرأة القيم الواحد[23]
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yah{ya> dari Syu'bah dari Qata>dah dari Anas berkata: Rasulullah saw.: “Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan, perzinahan secara terang-terangan, jumlah perempuan yang lebih banyak dan sedikitnya laki-laki, sampai-sampai (perbandingannya) lima puluh perempuan sama dengan hanya satu orang laki-laki.”
Hadis selanjutnya dengan menggunakan lafal شرط terdapat pada Bab Yaqillu al Rija>l wa yaks\iru al Nisa>’, dan hadis yang ditemukan yaitu:
ت‌.     حدثنا حفص بن عمر الحوضي حدثنا هشام عن قتادة عن أنس رضي الله عنه قال  لأحدثنكم حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم لا يحدثكم به أحد غيري سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول أن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويكثر الجهل ويكثر الزنا ويكثر شرب الخمر ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون لخمسين امرأة القيم الواحد[24]
Hadis selanjutnya yang ditemukan pada kitab S{{ahi>h Bukha>ri>  terdapat dalam Juz IV Kita>b al Isyrabah :
ث‌.     حدثنا مسلم بن إبراهيم حدثنا هشام حدثنا قتادة عن أنس رضي الله عنه قال : سمعت من رسول الله صلى الله عليه و سلم حديثا لا يحدثكم به غيري قال من أشراط الساعة أن يظهر الجهل ويقل العلم ويظهر الزنا وتشرب الخمر ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون لخمسين امرأة قيمهن رجل واحد[25]
Kemudian, pada Juz yang sama dengan lafal yang berbeda yaitu menggunakan lafal ظهر dan رفع, terdapat dalam Bab Is\m al Z{ina>  dengan jalur sanad sebagai berikut:
ج‌.      أخبرنا داود بن شبيب حدثنا همام عن قتادة أخبرنا أنس بن مالك قال لأحدثنكم حديثا لا يحدثكموه أحد بعدي سمعته من النبي صلى الله عليه و سلم : سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول  لا تقوم الساعة وإما قال من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويشرب الخمر ويظهر الزنا ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون للخمسين امرأة القيم الواحد [26]
Masih pada Juz yang sama dan menggunakan lafal رفع, hadisnya terdapat dalam Bab Z|uhu>r al Fitan dengan dua jalur sanad sebagai berikut:
ح‌.      حدثنا مسدد حدثنا عبيدالله بن موسي عن الأعمش عن شقيق قال كنت مع عبد الله وأبي موسي فقال: قال النبي صلي الله عليه وسلم: ان بين يدي الساعة لأياما ينزل فيها الجهل, و يرفع فيهاالعلم, ويكثر فيها الهoرج. والهرج القتل[27]
2.      S{ah{i>h} Muslim
Hadis yang ditemukan dari petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi> dengan menggunakan lafal شرط,رفع ,ظهر, terdapat dalam kitab S{ah{i>h} Muslim, terdapat pada Raf’u al ‘Ilma wa Qubu>d}ih wa Z|uhu>r al Jahl wa al Fitan fi> A>khir al Z{ama>n dengan 4 jalur sanad, yaitu sebagai berikut:
أ‌.         حدثنا شيبان بن فروخ حدثنا عبدالوارث حدثنا أبو التياح حدثني أنس بن مالك قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويثبت الجهل ويشرب الخمر ويظهر الزنى[28]
ب‌.     حدثنا محمد بن المثنى وابن بشار قالا حدثنا محمد بن جعفر حدثنا شعبة سمعت قتادة يحدث عن أنس بن مالك قال : ألا أحدثكم حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم لا يحدثكم أحد بعدي سمعه منه إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويفشو الزنى ويشرب الخمر ويذهب الرجال وتبقى النساء حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد[29]
ت‌.     حدثنا محمد بن عبد الله بنِ نميرٍ حدثنا وكِيع وأبِى قالا حدثنا الأعمش ح وحدثنِى أبو سعيد الأشج واللفظ له حدثنا وكِيع حدثنا الأعمش عن أبِى وائلٍ قال كنت جالسا مع عبد اللَّه وأبِى موسى فقالا قال رسول اللَه -صلى الله عليه وسلم إِن بين يدىِ الساعة أياما يرفع فيها العلم وينزِل فيها الجهل ويكثر فيها الهرج والهرج القتل[30]
ث‌.     حدثنِى حرملة بن يحيى أَخبرنا ابن وهب أخبرنِى يونس عنِ ابنِ شهاب حدثنِى حميد بن عبد الرحمنِ بنِ عوف أن أبا هريرَة قال قال رسول اللَه -صلى الله عليه وسلم- يتقارب الزّمان ويقبض العلم وتظهر الفتن ويلقى الشحّ ويكثر الهرج  قالوا وما الهرج قال  القتل [31].
3.      Sunan al Nasa<‘i>
Hadis yang ditemukan dari petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi> dengan menggunakan lafal شرط, terdapat dalam kitab Sunan al Nasa<‘i>  dengan 1 jalur sanad, yaitu:
أ‌.         أخبرنا عمرو بن علِي قال أنبأنا وهب بن جرِيرٍ قال حدثنِي أبِي عن يونس عن الحسنِ عن عمرِو بنِ تغلب قال قال رسول الله صلى اللَه عليه وسلم إِن من أشراط الساعة أن يفشو المال ويكثر وتفشو التجارة ويظهر العلم ويبيع الرجل البيع فيقول لا حتى أستأمر تاجر بنِي فلانٍ ويلتمس في الحي العظيمِ الكاتب فلا يوجد[32]
4.      Sunan Tirmizi>
Hadis yang ditemukan dari petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi> dengan menggunakan lafal شرط, terdapat dalam kitab Sunan Tirmizi> dengan 1 jalur sanad, yaitu:
أ‌.         حدثنا محمود بن غيلان حدثنا النصر بن شميل حدثنا شعبة عن قتادة عن انس بن مالك أنه قال : أحدثكم حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم لا يحدثكم أحد بعدي أنه سمعه من رسول الله صلى الله عليه و سلم قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويفشو الزنا وتشرب الخمر ويكثر النساء ويقل الرجال حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد[33]
5.      Sunan Ibnu Ma>jah
Hadis yang ditemukan pada Kitab Fitanun Bab Asyra>t}i al Sa>’ati dengan menggunakan salah satu lafal hadis yaitu رفع, dan adapun jalur hadis yang ditemukan adalah :
أ‌.         حدثنا محمد بن بشار ومحمد بن المثنى قالا محمد بن جعفر حدثنا شعبة سمعت قتادة يحدث عن أنس بن مالك قال ألا أحدثكم حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم لا يحدثكم به أحد بعدي سمعته منه إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويفشو الزنا ويشرب الخمر ويذهب الرجال ويبقى النساء حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد [34]
Hadis selanjutnya ditemukan pada Kitab Fitanun Bab Z|iha>b al Qur’a>n wa al ‘Ilmi masih menggunakan lafal yang sama. Adapun hadisnya yaitu:
ب‌.     حدثنا محمد بن عبد الله بن نمير  حدثنا أبي ووكيع عن الأعمش عن شقيق عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم يكون بين يدي الساعة أيام . يرفع فيها العلم وينزل فيها الجهل ويكثر فيها الهرج والهرج القتل.[35]
6.      Musnad Ah}mad Bin Hanbal
Kemudian hadis yang ditemukan dalam kitab Musnad Ah}mad Bin H{ambal berdasarkan petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi> dengan menggunakan lafal شرط,dan lafal رفع terdapat 10 jalur sanad, dan juga hadis yang diperoleh dari al Makta>bah al Sya>milah, diluar dari petunjuk terdapat 10 jalur sanad.
 Adapun hadisnya adalah sebagai berikut:
أ‌.         حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا وكيع ثنا الأعمش عن أبي وائل قال كنت جالسا مع عبد الله وأبي موسى فقالا قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ان بين يدي الساعة أياما ينزل فيها الجهل ويرفع فيها العلم ويكثر فيها الهرج قال قلنا وما الهرج قال القتل[36]
ب‌.     حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو النضر ثنا الأشجعي عن سفيان عن الأعمش عن أبي وائل عن عبد الله وأبي موسى الأشعري قالا قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ان بين يدي الساعة أياما يرفع فيهن العلم وينزل فيهن الجهل ويكثر فيهن الهرج قال والهرج القتل[37]
ت‌.     حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا معاوية بن عمرو ثنا زائدة عن الأعمش عن شقيق قال كنت جالسا مع عبد الله وأبي موسى وهما يتحدثان فقالا قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : بين يدي الساعة أيام يرفع فيها العلم وينزل فيهن الجهل ويظهر فيهن الهرج والهرج القتل[38]
ث‌.     حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محمد بن جعفر ثنا شعبة عن واصل عن أبي وائل عن عبد الله قال وأحسبه رفعه إلى النبي صلى الله عليه و سلم انه قال : بين يدي الساعة أيام الهرج أيام يزول فيها العلم ويظهر فيها الجهل فقال أبو موسى الهرج بلسان الحبش القتل[39]
ج‌.      حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا حسين بن علي عن زائدة عن سليمان عن شقيق قال كنت مع عبد الله وأبي موسى وهما يتحدثان فذكرا عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : قبل الساعة أيام يرفع فيها العلم وينزل فيها الجهل ويكثر فيها الهرج قال قالا الهرج القتل[40]
ح‌.      حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يحيى عن بن عجلان قال سمعت أبي يحدث عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لا تقوم الساعة حتى يقبض العلم ويظهر الجهل ويكثر الهرج قيل وما الهرج قال القتل[41]
خ‌.      حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا هشيم أنا شعبة عن قتادة عن أنس بن مالك يرفع الحديث قال : لا تقوم الساعة حتى يرفع العلم ويظهر الجهل ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون قيم خمسين امرأة رجل واحد[42]
د‌.       حدثنا عبد الصمد ، حدثنِي أبِي ، حدثنا أبو التياحِ ، حدثنا أنس بن مالك قال : قال رسول الله صلَى اللَه عليه وسلم : من أشراط السّاعة ، أن يرفع العلم ، ويثبت الجهل ، وتشرب الخمور ، ويظهر الزِنا.[43]
ذ‌.       حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يزيد ثنا شعبة عن قتادة عن أنس بن مالك قال لأحدثنكم بحديث لا يحدثكم به أحد بعدي سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويشرب الخمر ويظهر الزنا ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون قيم خمسين امرأة رجل واحد[44]
ر‌.        حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عبد الملك بن عمرو ثنا هشام يعني بن سنبر أبي عبد الله عن قتادة عن أنس قال لأحدثنكم بحديث لا يحدثكموه أحد بعدي سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويشرب الخمر ويظهر الزنا وتقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون في الخمسين امرأة القيم الواحد[45]
ز‌.        حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا بهز ثنا همام قال أنا قتادة عن أنس أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إن من أشراط الساعة قال همام وربما قال لا تقوم الساعة قال همام كلاهما قد سمعت حتى يرفع العلم ويظهر الجهل وتشرب الخمر ويظهر الزنا ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون لخمسين امرأة القيم الواحد[46]
س‌.     حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محمد بن عبيد ثنا الأعمش عن شقيق قال كان عبد الله وأبو موسى جالسين وهما يتذاكران الحديث فقال أبو موسى قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : بين يدي الساعة أيام يرفع فيها العلم وينزل فيها الجهل ويكثر فيها الهرج والهرج القتل[47]
ش‌.     حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو معاوية عن الأعمش عن شقيق عن أبي موسى قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ان من ورائكم أياما ينزل فيها الجهل ويرفع فيها العلم ويكثر فيها الهرج قالوا يا رسول الله وما الهرج قال القتل[48]
ص‌.    حدثنا أبو النضرِ ، حدثنا الأشجعِي ، عن سفيان ، عن الأعمش ، عن أبِي وائلٍ ، عن عبد الله ، وأبِي موسى الأشعرِي ، قالا : قال رسول الله صلَى الله عليه وسلم : إن بين يديِ الساعة أياما ، يرفع فيهِن العلم ، وينزِل فيهِن الجهل ، ويكثر فيهِن الهرج قال : والهرج : القتل[49]
ض‌.    حدثنا معاوِية بن عَمرٍو ، حدثنا زائدة ، عنِ الأعمش ، عن شقيقٍ ، قال : كنْت جالسا مع عبد الله ، وأبِي موسى ، وهما يتحدثانِ ، فقالا : قال رسول الله صلى اللَّه عليه وسلَم : بيْن يديِ الساعة أيَام يرفع فيها العلم ، ويَنزل فيهِن الجهل ، ويظهر فيهن الهرج والهرج : القتل[50].
ط‌.      حدثنا محمد بن جعفرٍ ، حدثنا شعبة ، ويزِيد بن هارون ، أخبرنا شعبة ، قال : سمعت قتادة يحدث ، عن أنس بنِ مالِك قال : ألا أحدثكم بحديث سمعته من رسول الله صلى اللّه عليه وسلم ، لا يحدّثكم أحد بعدي سمعه منه : إِن من أشراط الساعة : أن يرفع العلم ، ويظهر الجهل ، ويفشو الزنا ، ويشرب الخمر ، ويذهب الرّجال ، ويبقى النساء حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد .[51]
ظ‌.      حدثنا هشيم ، قال : أخبرنا شعبة ، عن قتادة ، عن أنس بنِ مالك ، يرفع الحديث ، قال : لا تقوم الساعة حتى يرفع العلم ، ويظهر الجهل ، ويقل الرجال ، وتكثر النساء ، حتى يكون قيم خمسين امرأة رجل واحد[52]
ع‌.      حدثنا حسين بن علِي ، عن زائدة ، عن سليمان ، عن شقيقٍ ، قال : كنت مع عبد الله ، وأبِي موسى ، وهما يتحدثانِ ، فذكرا عن رسول الله صلى اللَّه عليه وسلمَ ، قال : قبل الساعة أَيَام يرفع فيها العلم ، وينزِل فيها الجهل ، ويكثر فيها الهرج ، قال : قالا : الهرج : القتل[53]
غ‌.      حدثنا محمد بن جعفرٍ ، حدثنا شعبة ، قال : سمعت قتادة ، يحدث عن أنس بنِ مالك ، قال : ألا أحدثكم حديثا سمعته من رسول الله صلى اللَّه عليه وسلم ، لا يحدثكم أحد بعدي سمعه منه ؟ : إِن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ، ويظهر الجهل ، ويفشو الزّنا ، ويشرب الخمر ، ويذهب الرجال ، وتبقى النساء ، حتى يكون لخمسين امرأة قيّم واحد.[54]
ف‌.    حدّثنا بهز ، حدّثنا همّام ، قال : أخْبرنا قتادة ، عن أنس ، أنّ رسول الله صلّى اللَّه عليه وسلّم قال : من أشراط السّاعة - قال همّام : وربّما قال : لا تقوم الساعَة ، قال همام : كلاهما قد سمعت - حتى يرفع العلم ، ويظهر الجهل ، وتشرب الخمر ، ويظهر الزِنا ، ويقلّ الرّجال ، ويكثر النّساء ، حتّى يكون لخمسين امرأة القيم الواحد.[55]
Dalam penelusuran ini, penulis memperkaya penelusuran tersebut dengan menggunakan metode digital, baik dalam bentuk CD-ROM al-Kutub al-Tis‘ah, CD-ROM al-Maktabah al-Sya>milah maupun CD-ROM dalam bentuk PDF sehingga ditemukan beberapa hadis yang belum didapatkan melalui petunjuk sebelumnya, tetapi tetap merujuk kepada kitab-kitab sumber.
D.  I‘tibar
Setelah penulis melakukan pengelompokan hadis berdasarkan kitab sumber, maka penulis menemukan hadis dengan lafal          
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ ……………… 
Atau yang semakna dengannya, terdapat dalam 6 kitab sumber, dengan jumlah jalur sanad yaitu 34. Adapun rinciannya sebagai berikut:
1.      S{ah}i>h} Bukha>ri>                               : Pada bab Raf’i al ‘Ilm wa Dzuhu>r al Jahl (2 jalur), Bab Yaqillu al Rija>l wa Yaks\iru al Nisa>’ (1 jalur), Kita>b al Isyrabah (1 jalur), Bab Is\m al Z{ina>  (1 jalur), Bab Z|uhu>r al Fitan (1 jalur).
2.      S{ah}i>h} Muslim                                : Pada bab Raf’u al ‘Ilma wa Qubud}ih wa Z|uhu>r al Jahl wa al Fitan fi> A>khir al Zama>n (4 jalur).
3.      Sunan al Nasa>’i>                             : Terdapat 1 jalur sanad.
4.      Sunan al tirmiz\i>                            : Terdapat 1 jalur sanad.
5.      Sunan Ibnu Ma>jah             : Pada bab Asyra>t}i al Sa>’ati (1 jalur), Bab Z|iha>b al Qur’a>n wa al ‘Ilmi (1 jalur).
6.      Musnad Ah}mad bin Hanbal          : Terdapat 20 jalur sanad, dengan rincian, yang diperoleh berdasarkan petunjuk terdapat 10 jalur, dan diluar dari petunjuk terdapat 10 jalur.
Setelah dilakukan perincian sebagaimana diatas, maka selanjutnya adalah melakukan i‘tibar[56]. Melalui i‘tibar  dapat diketahui dengan jelas, ada atau tidaknya periwayat yang berstatus Sya>hid[57] atau Muta>bi‘ [58]selain itu, melalui i‘tibar, juga dapat diketahui bahwa hadis yang menjadi objek kajian tersebut adalah termasuk dalam kategori hadis Gari>b[59], Masyhur [60]atau Mutawa>tir.[61]Seorang ulama mesir mengungkapkan tentang urgensi I’tibar ialah untuk mempertemukan satu sama lain agar Nampak persamaan, perbedaan agar masing-masing diperlakukan sesuai keadaannya.[62]
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1.      Dari kalangan sahabat:
أنس بن ماللك : Memiliki 18 riwayat hadis, yaitu:
a.       5 riwayat dalam S{ah}i>h} Bukha>ri>.
b.      2 riwayat dalam S{ah}i>h} Muslim.
c.       1 riwayat dalam Sunan al Tirmiz\i>.
d.      1 riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah.
e.       9 riwayat dalam Musnad Ah}mad Bin Hanbal.
 أبو هريرة : Memiliki 2 riwayat hadis, yaitu:
a.       1 riwayat dalam S{ah}i>h} Muslim.
b.      1 riwayat dalam Musnad Ah}mad Bin Hanbal.
عبدالله و أبي موسي : Memiliki 13 riwayat hadis, yaitu:
a.       1 riwayat dalam S{ah}i>h} Bukha>ri>.
b.      1 riwayat dalam S{ah}i>h} Muslim.
c.       1 riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah.
d.      10 riwayat dalam Musnad Ah{mad Bin Hanbal.
عمرو بن تغلب: Memiliki 1 riwayat hadis, yaitu:
a.       1 riwayat dalam Sunan al Nasa>‘i>.
2.      Dari kalangan setelah sahabat
أبي التياح: Memiliki 3 riwayat hadis, yaitu:
a.       1 riwayat dalam S{ah}i>h} Bukha>ri>.
b.      1 riwayat dalam S{ah}i>h{ Muslim.
c.       1 riwayat dalam Musnad Ah}mad bin H{anbal.
قتادة: Memiliki 15 riwayat hadis, yaitu:
a.       4 riwayat dalam S{ah}i>h} Bukha>ri>.
b.      1 riwayat dalam S{ah}i>h} Muslim.
c.       1 riwayat dalam sunan al Tirmiz\i>.
d.      1 riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah.
e.       8 riwayat dalam Musnad Ah}mad Bin H{anbal.
شقيق: Memiliki 7 riwayat hadis, yaitu:
a.       1 riwayat dalam S{ah}i<h{ Bukhari.
b.      1 riwayat dalam S{ah}i>h}  Muslim.
c.       1 Riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah.
d.      5 riwayat dalam Musnad Ah}mad Bin H{anbal.
أبي وائل: Memiliki 3 riwayat hadis, yaitu:
a.       1 riwayat dalam S{ah}i>h} Muslim.
b.      2 riwayat dalam Musnad Ah}mad bin Hanbal.
عبد الرحمن بن عوف: Memiliki 1 riwayat hadis, yaitu:
a.        1 riwayat dalam S{ah}i>h} Muslim.
حسن: Memiliki 1 riwayat hadis, yaitu:
a.       1 riwayat dalam Sunan al Nasa>‘i>.
سليمن: Memiliki 2 riwayat hadis, yaitu:
a.        2 riwayat dalam Musnad Ah{mad bin H{anbal.
ابن عجلان: Memiliki 1 riwayat hadis, yaitu:
a.       1 riwayat dalam Musnad Ah{mad bin H{anbal.
واصل: Memiliki 1 riwayat hadis, yaitu:
a.       1 riwayat dalam Musnad Ah}mad bin H{anbal.
Dari hasil penelitian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat  5 Sya>hid dalam hadis tersebut yaitu Anas Bin Ma>lik, Abu> Hurai>rah, ‘Abdullah, Abu> Mu>sa, dan ‘Amru Bin Taglib. Dan Muta>bi‘ nya sejumlah 7, yaitu Abu> al T{ayyah}, Qata>dah, Syaqi>q, Abi> Wa>’il, ‘Abdu al Rah}man Bin ‘Auf, H{asan, Ibnu ‘Ajla>n. Untuk lebih jelasnya, maka diperlukan skema yang menjelaskan seluruh jalur sanad tersebut. Berikut skemanya:


























E.   Naqd al Sanad
Yang dimaksudkan dengan studi sanad hadis adalah mempelajari mata rantai para perawi yang ada dalam sanad hadis. Yaitu dengan menitikberatkan pada mengetahui biografi, kuat dan lemahnya hafalan serta penyebabnya, mengetahui apakah mata rantai sanad antara seorang perawi dengan yang lain bersambung ataukah terputus, dengan mengetahui waktu lahir dan wafat mereka dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan Jarh wa al ta‘di>l.[63]
Kaedah kesahihan hadis memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi sebagai acuan untuk meneliti kesahihan sanad hadis. Bahkan, dalam beberapa hal, kaedah kesahihan sanad hadis terlihat terlihat lebih kritis dan hati-hati  daripada kaedah kritik ekstern dalam ilmu sejarah. Oleh karena itu, jika kritik ekstern dalam ilmu sejarah dapat diakui sebagai metode yang ilmiah, maka telah selayaknya kaedah kesahihan sanad hadis dapat dipakai sebagai metode untuk penelitian sumber sejarah.[64]
Unsur-unsur kaedah kesahihan hadis ada tiga poin, yakni:
1.      Sanad hadis yang bersangkutan harus bersambung mulai dari mukharrij nya sampai kepada Nabi saw;
2.      Seluruh periwayat dalam hadis itu harus bersifat adil dan d{a>bit{;
3.      Hadis itu (sanad dan matannya) harus terhindar dari kejanggalan (syuz}uz}) dan cacat (illat). Bahkan, ketiga butir itu dapat diurai menjadi tujuh butir, yakni lima butir berhubungan dengan sanad dan dua butir berhubungan dengan matan, yakni:
a.       Yang berhubungan dengan sanad adalah sanad bersambung, periwayat bersifat adil, periwayat bersifat d}a>bit,[65] terhindar dari kejanggalan dan terhindar dari cacat.
b.      Yang berhubungan dengan matan adalah terhindar dari kejanggalan dan terhindar dari cacat.[66]}
 قال رسول الله صلّى اللَّه عليه وسلّم : من أشراط السّاعة ، أن يرفع العلم ، ويثبت الجهل ، وتشرب الخمور ، ويظْهر الزِّنا.
Jika merujuk pada hadis yang telah dipaparkan di atas, maka hadis tersebut mempunyai 34 sanad. Namun sanad yang menjadi obyek kajian adalah hadis yang terdapat dalam Musnad Ah}mad dengan nama-nama periwayat sebagai berikut:
1). Ah{mad bin H{anbal
Ah}mad bin Muh}ammad ibn Hanbal al Syaiba>ni> dilahirkan di Bagdag tepatnya dikota Maru/Merv, kota kelahiran sang ibu, pada bulan Rabi‘ul awal tahun 164 H atau November 780 Masehi. Nama lengkapnya Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H{anbal ibn H{ilal ibn Asad ibn Idris ibn ‘Abdillah bin H{ayyan ibn ‘Abdillah bin Anas ibn ‘Awf ibn Qasit ibn Mazin ibn Syaiban ibn Zulal ibn Ismail ibn Ibrahim.[67]Beliau wafat pada bulan Rabi‘ul awal tahun 241 H, umurnya 77 tahun.[68]Ah}mad bin H{anbal belajar hadis diberbagai negara seperti Ku>fah, Bas{rah, Mekkah, Madinah, Yaman, Sya>m dan Jazi>rah.[69]Qutai>bah berkata bahwa Ah}mad termasuk dalam Kiba>r al Ta>bi‘i>n.[70]
Ada banyak yang menjadi guru Ah}mad bin H{anbal, diantaranya adalah Ibra>him bin Kha>lid al S{an‘ani>, Ibra>him bin Sa‘di al Zuhri>, Husai>n bin ‘A>li> al Ju‘fi>, Sulai>man bin Da>wud al Ha>syimi>, ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\, Abi> ‘A>mir ‘Abdu al Ma>lik bin ‘Amru, ‘Usman bin ‘Usman al Gat{afa>ni>, dan lain-lain.[71]Sedangkan ulama yang meriwayatkan darinya antara lain al-Bukha>ri>, Muslim, Abu> Da>wud, ‘Ali> ibn al-Madi>ni>, , anak-anaknya seperti S{a>lih} ibn Ah}mad ibn Muh}ammad, ‘Abdulla>h ibn Ah}mad ibn H{anbal, dan lain-lain. Adapula murid yang juga tercatat sebagai gurunya misalnya Waki>‘ ibn al-Jarra>h, Ibn Mahdi, ‘Abd al-Razza>q ibn Hamma>m, Qutai>bah ibn Sa‘i>d, dan lain-lain.[72]
Abu> Bakar bin Abi> Da>wud berkata bahwa disebuah rabi>‘ah terdapat dua orang yang tidak ada yang serupa dengannya pada zamannya yaitu tidak ditemukan pada zaman Qata>dah yang serupa dengan Qata>dah, dan tidak ditemukan pada zaman Ah}mad bin H{anbal yang serupa dengan Ah}mad bin Hanbal. Keduanya Sudu>sai>ni.[73]
Berkata Abu> Zur‘ah al Z{a>ri>, bahwasanya Ah}mad bin H{anbal menghafal beribu-ribu hadis.[74]Dalam kitab al Muqtarib fi> Baya>ni al Mud}tarib pada bab Ibra>him bin T{ahma>n al Khurasa>ni> Abu> Sa‘i>d karangan Ah{mad bin ‘Umar bin Sa>lim, disebutkan bahwa Ah{mad bin H{anbal adalah orang yang s\iqah dalam hadis.[75] Al-‘Ajli> menilainya s\iqah.[76] Serta dalam kitab al Mu>qiz{ah fi> ‘Ilm Mus}t}alah} al Hadi>s\, Ah}mad bin H{anbal dikatakan sebagai seorang yang adil, disejajarkan dengan adilnya imam Bukha>ri>, Abu> Z{ur‘ah dan yang lainnya.[77] ‘Ubai>d al ‘Ijili> birkata bahwa ia tak menemukan seorang yang menyamai keilmuan, ke faqih an, ke zuhud an, dan ke wara‘ an Ah}mad bin H{anbal.[78]
2). ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\
Beliau bernama lengkap ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris| bin Sa‘i>d bin Z|akwa>n al Tami>mi> al ‘Anbari>.[79] Beliau wafat pada tahun 207 Hijriah.[80]
Diantara guru-guru ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\ adalah H{amma>d bin Sala>mah, Rabi>‘ah bin Kals\um, Sali>m bin H{ayya>n, ‘Abdu al Ma>lik bin Wali>d, ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d, Muh}ammad bin Di>nar al T{ah}iyyi, Hamma>m bin Yah}ya, dan yang lainnya.[81] Sedangkan ulama‘ yang mengambil hadis darinya yaitu Ibra>him bin Ya‘qu>b, Ah}mad bin Sa‘id al Da>rimi>, Ah}mad bin H{anbal, ‘Us\man bin T{a>lu>t, Mah}mu>d bin Gai>la>n.[82] Didalam kitab al Ikma>l fi> Raf‘ al Irtiya>b, disebutkan juga yang pernah mengambil hadis dari ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\ yaitu Ibnu Lu’lu’, Abu> H{usai>n bin ‘Ali>, dan yang lainnya.[83]
Ibnu H{ibba>n berkata bahwa ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\ adalah s\iqah.[84] Sedangkan Abu> H{a>tim berkata bahwa beliau adalah terpercaya (S{adu>q S{ali>h} al H{adi>s\).[85]
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa antara ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris seorang guru, dan Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H{anbal ibn H{ilal seorang murid, memungkinkan bagi keduanya bertemu. Disebabkan, jika dilihat dari ketika Ah}mad lahir yaitu pada tahun 164 H, dan kemudian ‘Abdu al S{amad wafat pada tahun 207, maka ketika Ah{mad menerima hadis ketika ia berusia 16 tahun, yaitu pada tahun 180 H, maka kemungkinan mereka bertemu adalah selama 27 tahun,  yaitu sejak tahun 180 H hingga tahun 207 H. Dan hal lain yang memperkuatnya adalah adanya pertemuan antara kedua orang ini, sebagaimana dibuktikan dalam daftar murid ‘Abdu al S{amad salah satunya adalah Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H{anbal, dan pada daftar guru Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H{anbal salah satunya adalah ‘Abdu al S{amad. Dan diketahui juga bahwa negri semasa ‘Abdu al S{amad hidup yaitu Bas{rah, dan diketahui Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H{anbal salah satu tempat beliau menuntut ilmu adalah Bas}rah. Maka bagi mereka, sangat memungkinkan untuk bertemu.


3).  ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d
Ia bernama lengkap ‘Àbdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d bin Z\\|akwa>n al Tai>miyyu al ‘Anbariyyu.[86]Beliau wafat di Bas}rah pada bulan Muh}arram tahun 180 H.[87]
Diantara guru-guru  ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d adalah Ish}aq bin Suwai>d al ‘Adawiyyi, Isma>‘il bin Umayyah, Bahz}un bin H{aki>m, Sulai>man al Tai>miyyi, Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d al Sunba‘iyyi, Abu> Ga>lib al Ba>hiliyyi, Ummu Yu>nus binti Syadda>d, dan lainnya. Sedangkan yang berguru padanya adalah Da>wud bin Mu‘az\ al Atakiyyi, Sufya>n al S|au>ri>, Syai>ba>n bin al Farru>kh, ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\, Yah}ya bin Sa‘i>d al Qat}t}a>n, dan yang lainnya.[88]
Abu> ‘Umar al Jarmiyyu berkata bahwa “Saya tidak melihat yang serupa dengan ke-Faqi>h-an ‘Abdu al Wa>ris\”. Z{ur‘ah berkata S\|iqah, Abu> H{a>tim berkata S|iqah S{adu>q, al Nasa>‘i> berkata S|iqah S|abtun, berkata Muh}ammad bin Sa‘di  S|iqah H{ujjah.[89]
Berdasarkan penjelasan diatas, maka  ketersambungan sanad antara ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d dan ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris jelas adanya. Sebab, ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris wafat pada tahun 207 H, dan gurunya yaitu ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d wafat pada tahun 180 H, maka kemungkinan besar mereka bertemu. Diperkirakan ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris lahir pada saat ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d berusia 30 tahun. Oleh karena itu, selisih meninggal antara ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris dan ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d adalah 27 tahun. Dan perlu ditekankan, bahwa ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d dan ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris adalah bapak dan anak. Jadi, hal ini sangat memungkinkan bagi mereka untuk bertemu. Sebagaimana adanya periwayatan anak dari bapak (Riwa>yat al Abna> ‘an al A<ba>)[90]. Kemudian diperkuat bahwa dalam daftar murid  ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d salah satunya adalah  ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris dan demikian pula dalam daftar guru  ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris salah satunya adalah  ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d. Dan, tempat keduanya hidup adalah di Bas}rah, sehingga terjadinya pertemuan antara keduanya bukanlah hal yang mustahil. Sebab, selain mereka adalah hubungan antara anak dan bapak, juga selama hidup mereka terus bersama.