Oleh: Hasvirah Hasyim Nur
BAB
I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhri>j al-H{adi>s\
Takhri\j
berasal dari Kharraja yang berarti tampak atau jelas. Seperti: Kharrajta
Khawa>riju fula>n “Si fulan tampak kepandaiannya.” Terkadang obyek
yang hendak dijelaskan tidak tampak. Untuk menampakkannya dibutuhkan
kesungguhan, seperti pada waktu mengikhtisarkan sesuatu atau menyimpulkannya.[1]Dan menurut
Hans Wehr takhri>j adalah mengeluarkan, mencabut, memungut, dan mengumpulkan.[2] Sedangkan
menurut Mah}mu>d al-T{ah}h}a>n, takhri>j pada dasarnya
mempertemukan dua perkara yang berlawanan dalam satu bentuk.[3] Dan
menurut ahli hadis, pengertian takhri\>j memiliki tiga macam, yaitu:
1. Usaha mencari sanad hadis yang
terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang
terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj.
Misalnya seseorang mengambil sebuah hadis dari kitab Ja>mi’ al S{ah}i>h
Muslim, kemudian ia mencari sanad hadis yang telah ditetapkan oleh imam Muslim.
2. Suatu keterangan bahwa hadis yang
dinukilkan kedalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah
disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan
hadisnya dengan kata-kata: “Akhrajah al Bukha>ri\”, artinya bahwa
hadis yang dinukil itu terdapat kitab Ja>mi’al S{ah}i>h} Bukha>ri\>.
Bila ia mengakhirinya dengan kata Akhrajahu Muslim berarti hadis
tersebut terdapat dalam kitab S{ah}i>h} Muslim.
3. Suatu usaha mencari derajat, sanad,
dan rawi hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.
Misalnya:
a. Takhri>\j Aha>di>\s\ al Kasysya>f,
karya Jamaluddin Al-Hanafi adalah suatu kitab yang mengusahakan dan menerangkan
derajat hadis yang terdapat dalam kitab tafsir Al-Kasysya>f, yang
oleh pengarangnya tidak diterangkan derajat hadisnya, apakah s}ah}i>h},
h}a>san atau lainnya.
b. Al mugni>\ an Hamlil Asfar,
karya Abdurrahim Al-Iraqy, adalah kitab yang menjelaskan derajat-derajat hadis
yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulu>muddi\>n karya Al-Ghaza>li.[4]
Takhri>j
bertujuan menunjukkan sumber hadis-hadis dan menerangkan ditolak atau
diterimanya hadis-hadis tersebut.[5]
Takhri>j dapat mengungkap kemungkinan terjadinya kesalahan percetakan
dengan melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada.[6]
B. Metode Takhri>j al H{adi>s\
Sesuai dengan cara ulama mengumpulkan
Hadis-hadis, dapat dikatakan bahwa metode-metode takhri>j Hadis
disimpulkan dalam lima macam metode :
1. Takhri>j
menurut lafal pertama hadis.
2. Takhri>j
menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadis.
3. Takhri>j melalui
perawi hadis pertama.
4. Takhri>j
menurut tema hadis. Metode ini bersandar pada pengenalan tema hadis .
Berdasar pada kelima metode
tersebut, maka penulis akan merinci satu persatu petunjuk yang didapatkan dari
setiap metode.
Adapun potongan lafal hadis
yang digunakan adalah,
إن من اشراط الساعة....
1.
Metode
takhri>j berdasarkan lafal pertama hadis
Penggunaan
metode ini tergantung dari lafal pertama matan hadis. Berarti metode ini juga
mengkodifikasikan hadis-hadis yang lafal pertamanya sesuai dengan urutan huruf
hijaiyah[8].
Adapun
kitab yang digunakan adalah al-Ja>mi‘ al-S{ag}i>r
min H{adi>s\ al-Basyi>r al-Naz\i>r, karya
al-H{a>fiz} Jala>l al-Di>n Abu> al- Fad}l ‘Abd al-Rah}ma>n bin
Abi> Bakar Muh}ammad al-Khudairi> al-Suyu>t}i> al-Sya>fi‘i. Lafal
pertama yang digunakan adalah نون الف dan, penulis
mendapati hadis sebagai berikut.
ان
من اشراط الساعة ان يرفع العلم, و يظهر الجهل, ويفشو الزنا, ويشرب الخمر ويذهب
الرجال, وتبقي النساء, حتي يكون لخمسين امراة قيم واحد. (حم ق ت ن ه) عن انس (صح)[9]
Adapun
penjelasan data yang diperoleh dari kitab tersebut adalah sebagai berikut:
hadis ini dikeluarkan oleh (حم) Imam Ah}mad, (ق) Muttafaq
‘Alai>h, (ت) Al-Tirmiz\i>, (ن) Al-Nasa>’i>, (ه) Ibnu Ma>jah dari Anas (S{ah}i>h}).
2. Takhrij
menurut lafal-lafal yang terdapat dalam hadis.
Metode ini tergantung kepada kata-kata yang
terdapat dalam matan hadis, baik itu berupa isim atau fi’il. Huruf-huruf tidak
digunakan dalam metode ini. Hadis-hadis yang dicantumkan hanyalah bagian hadis.[10]
Dalam
metode ini peneliti menggunakan kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\
al-Nabawi> karangan A.J. Wensinck dengan judul asli Concordance
at Indices de la Tradition Musulmane yang diterjemahkan oleh Muh}ammad
Fu’a>d ’Abd al-Ba>qi.
Adapun lafal yang digunakan oleh penulis adalah شرط , dan
adapun hasil yang ditemukan adalah sebagai berikut:
.
. . اشراط الساعة, . . . اول اشراط الساعة ,
أ.
>خ
انبياء **, منا قب الا نصار 51**, تفسير
2, 6**, فتن 24, علم 21, عتق 8, جهاد 95, نكاح.110, اشربة 1, استأذان53, حدود 20
(محاربين ه),,
ب. >م علم 8, 9,,
ت. >د صلاة 59,,
ث. >ت
فتن 34,,
ج. >ن
مساجد 2, بيوع 3 ,, >
ح. >جه
فتن 25 >في الترجمة< **, 36,,
خ. د>ي
مقدمة 42,,
د. >حم
1, 387, 406, 2, 394, 3, 108**, 151, 176, 189**, 202, 213, 273, 289, 5, 70**,
228, 6, 381.[11]
Kemudian
lafal selanjutnya yang di digunakan penulis adalah رفع dan petunjuk
yang ditemukan adalah :
.
. . أن يرفع العلم >
1. خ علم 21 , نكح 110, فتن 5, حدود 20,
2.
>م
علم 8-10, 14,
3.
>ن
علم 5, 31, 34,
4.
<جه
فتن 25, 26,
Dan
lafal selanjutnya yang digunakan penulis adalah ظهر dan petunjuk
yang ditemukan adalah :
.
. . أن يظهر الجهل
1. خ أشربة 1, حدود 20,
2. ن فتن 34
3. جه فتن 35[13]
Adapun
penjelasan data yang diperoleh dari kitab tersebut adalah sebagai berikut:
a.
(خ ) S{ah}i>h
Bukh>ari>,{
b.
(م ) S{ah}i>h} Muslim
c.
(د ) Sunan
Abu> Da>wud
d.
(ت ) Sunan
Tirmiz}i>
e.
(ن ) Sunan
Nasa>’i>
f.
(جه) Sunan Ibnu
Ma>jah
g.
(دي) Sunan
Da>rimi>
h.
(حم) Musnad
Ah}mad Bin Hanbal
i.
Lambang
Bintang pada petunjuk tersebut berarti adanya hadis yang
berulang,
pada Bab atau Juz yang sama.[14]
3.
Takhri>j
melalui perawi hadis pertama.
Metode takhri>j yang ketiga ini
berlandaskan pada perawi pertama suatu hadis, baik perawi tersebut dari
kalangan sahabat bila sanad hadisnya bersambung kepada Nabi, atau dari kalangan
tabi’in bila hadis itu mursal[15].
Adapun kitab yang digunakan
adalah Tuh}fah al Asyraf bi Ma’ri>fat al- . Atra>f karangan al-Hafi>z} al-Muh}aqqiq Muh}addis\ al-Sya>m Jama>l
al-Di>n Abu>> al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakki> ‘Abd
al-Rah}ma>n bin Yu>suf al-Qadla>‘i> al-Kalbi al-Mizzi,[16]
dan penulis menemukan petunjuk sebagai berikut:
حديث ((لا تقوم
الساعة حتي يتباهي الناس في المساجد))
أ.
د
في الصلاة (12:2) عن محمد بن سلمة, عن ايوب, عن ابي قلا بة و عت قتادة (ح 1142-
الف), كلا هما عى اننس
ب. س فيه ( الصلاة 123) عن سويد بن نصر ,
10 عن ابن المبارك, عن حمماد بن سلمة به- ولم يذكر ((قتا دة)). و قال : (( من
اشراط الساعة)).
ت. ق فيه ( الصلا ة 22:1) عن عبد الله بن
معاوية الجمحي, عن حماد بن سلمة به- ولم يذكر ((قتادة))[17]
Adapun yang dapat difahami
dari petunjuk diatas adalah sebagai berikut:
a.
د Sunan Abu>
Da>wud dalam bab Shalat
b.
س Sunan
al-Nasa>’i> dalam bab Shalat hal. 123
c.
ق Ibnu Ma>jah
dalam Bab Shalat
4. Takhri>j
menurut tema hadis
Metode ini berdasar pada pengenalan tema hadis.
Setelah kita menentukan hadis yang akan kita takhri>j, maka langkah
selanjutnya ialah menyimpulkan tema hadis.[18]
Kitab selanjutnya yang
digunakan penulis adalah Kanzu al ‘Umma>l karangan ‘Ala>iddi>n
‘ali> al-Muttaqi> bin H{isa>m al-Di>n al-Hundi> al-Burha>n
Fau>ri. Dan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
ان
من اشراط الساعة ان يرفع العلم, و يظهر الجهل, ويفشو الزنا, ويشرب الخمر ويذهب
الرجال, وتبقي النساء, حتي يكون لخمسين امراة قيم واحد (حم, ق ت, ه- عن انس)[19]
Adapun petunjuk yang dapat dari hadis tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
(حم), Musnad Ah}mad
Bin H{anbal
b.
ق)), Muttafaq
‘Alai>h
c.
ت)), Sunan
Al-Tirmiz\i>
d.
ه)), Sunan Ibnu
Ma>jah
5.
Takhri>j
menurut klasifikasi jenis hadis.
Metode kelima ini
mengetengahkan suatu hal yang baru berkenaan dengan upaya para ulama yang telah
menyusun kumpulan hadis-hadis berdasarkan status hadis.[20]
Adapun kitab yang digunakan adalah S{ah}i>h}
wa D\\a’i>f al Ja>mi’ al- S{agi>r wa Z|iya>datuhu karangan Muh}ammad
Na>s}iruddi>n al-Alba>ni>, dan petunjuk yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
ان
من اشراط الساعة ان يرفع العلم, و يظهر الجهل, ويفشو الزنا, ويشرب الخمر ويذهب
الرجال, وتبقي النساء حتي يكون لخمسين امراة قيم واحد
Adapun petunjuk yang diperoleh dari
kitab tersebut adalah sebagai berikut:
e.
(حم), Musnad Ah}mad
Bin Hanbal
f.
ق)), Muttafaq
‘Alai>h
g.
ت)), Sunan
Al-Tirmiz\i>
h.
ن)), Sunan
al-Nasa>i>
i.
ه)), Sunan Ibnu
Ma>jah
Hadis ini diriwayatkan oleh
Anas bin Ma>lik di dalam kitab Mukhtas}ar
Muslim dengan keterangan S{ah}i>h}.
C.
Pengumpulan Hadis Berdasarkan Kitab Sumber
Pengumpulan atau pengklasifikasian hadis\ berdasarkan petunjuk
dari kitab Takhri>j, kemudian penulis menemukan hadis-hadis tentang
إن من أشراط الساعة أن يرفع
العلم......
terdapat dalam 6 kitab sumber dengan 34 jumlah riwayat berdasarkan
pada petunjuk yang diperoleh dari kitab Mu’jam Mufahras li Alfa>z
Had>i>s| al Nabawi>, adapun rinciannya sebagai berikut:
1.
S{ahi>h
Bukha>ri>
Dalam
penelusuran ini, penulis mencari hadis pada kitab sumber berdasarkan pada
petunjuk dari kelima metode yang ada. Namun, penulis lebih merujuk pada petunjuk
yang diperoleh dari Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi>,
sebab petunjuk yang diperoleh dari kitab tersebut, lebih jelas dan memudahkan
penulis.
Hadis
yang ditemukan dari petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z}
al-H{adi>s\ al-Nabawi> dengan menggunakan lafal شرط Dalam kitab S{ahi>h Bukha>ri>, terdapat pada
Bab Raf’i al ‘Ilmi wa Dzuhu>ri al Jahli dengan dua jalur sanad hadis,
yaitu:
أ.
حدثنا
عمران بن ميسرة قال حدّثنا عبد الوراث عن أبي التياح عن أنس قال قال رسول الله صلى
الله عليه و سلم إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويثبت الجهل ويشرب الخمر ويظهر
الزنا [22]
ب.
حدثنا
مسدد قال حدثنا يحيى عن شعبة عن قتادة عن أنس قال لأحدثنكم حديثا لا يحدثكم أحد
بعدي سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول من أشراط الساعة أن يقل العلم ويظهر
الجهل ويظهر الزنا وتكثر النساء ويقل الرجال حتى يكون لخمسين امرأة القيم الواحد[23]
Artinya :
Telah
menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami
Yah{ya> dari Syu'bah dari Qata>dah dari Anas berkata: Rasulullah saw.:
“Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu dan merebaknya
kebodohan, perzinahan secara terang-terangan, jumlah perempuan yang lebih
banyak dan sedikitnya laki-laki, sampai-sampai (perbandingannya) lima puluh
perempuan sama dengan hanya satu orang laki-laki.”
Hadis
selanjutnya dengan menggunakan lafal شرط terdapat pada Bab
Yaqillu al Rija>l wa yaks\iru al Nisa>’, dan hadis yang ditemukan
yaitu:
ت.
حدثنا
حفص بن عمر الحوضي حدثنا هشام عن قتادة عن أنس رضي الله عنه قال لأحدثنكم حديثا سمعته من رسول الله صلى الله
عليه و سلم لا يحدثكم به أحد غيري سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول أن من
أشراط الساعة أن يرفع العلم ويكثر الجهل ويكثر الزنا ويكثر شرب الخمر ويقل الرجال
ويكثر النساء حتى يكون لخمسين امرأة القيم الواحد[24]
Hadis
selanjutnya yang ditemukan pada kitab S{{ahi>h Bukha>ri> terdapat
dalam Juz IV Kita>b al Isyrabah :
ث.
حدثنا
مسلم بن إبراهيم حدثنا هشام حدثنا قتادة عن أنس رضي الله عنه قال : سمعت من رسول
الله صلى الله عليه و سلم حديثا لا يحدثكم به غيري قال من أشراط الساعة أن يظهر
الجهل ويقل العلم ويظهر الزنا وتشرب الخمر ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون
لخمسين امرأة قيمهن رجل واحد[25]
Kemudian,
pada Juz yang sama dengan lafal yang berbeda yaitu menggunakan lafal ظهر dan رفع, terdapat dalam
Bab Is\m al Z{ina> dengan
jalur sanad sebagai berikut:
ج.
أخبرنا
داود بن شبيب حدثنا همام عن قتادة أخبرنا أنس بن مالك قال لأحدثنكم حديثا لا
يحدثكموه أحد بعدي سمعته من النبي صلى الله عليه و سلم : سمعت النبي صلى الله عليه
و سلم يقول لا تقوم الساعة وإما قال من
أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويشرب الخمر ويظهر الزنا ويقل الرجال
ويكثر النساء حتى يكون للخمسين امرأة القيم الواحد [26]
Masih
pada Juz yang sama dan menggunakan lafal رفع, hadisnya
terdapat dalam Bab Z|uhu>r al Fitan dengan dua jalur sanad sebagai
berikut:
ح. حدثنا مسدد حدثنا عبيدالله بن موسي عن
الأعمش عن شقيق قال كنت مع عبد الله وأبي موسي فقال: قال النبي صلي الله عليه
وسلم: ان بين يدي الساعة لأياما ينزل فيها الجهل, و يرفع فيهاالعلم, ويكثر فيها
الهoرج.
والهرج القتل[27]
2.
S{ah{i>h}
Muslim
Hadis
yang ditemukan dari petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z}
al-H{adi>s\ al-Nabawi> dengan
menggunakan lafal شرط,رفع ,ظهر, terdapat dalam
kitab S{ah{i>h} Muslim, terdapat pada Raf’u al ‘Ilma wa Qubu>d}ih
wa Z|uhu>r al Jahl wa al Fitan fi> A>khir al Z{ama>n dengan 4
jalur sanad, yaitu sebagai berikut:
أ.
حدثنا
شيبان بن فروخ حدثنا عبدالوارث حدثنا أبو التياح حدثني أنس بن مالك قال : قال رسول
الله صلى الله عليه و سلم من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويثبت الجهل ويشرب الخمر
ويظهر الزنى[28]
ب.
حدثنا
محمد بن المثنى وابن بشار قالا حدثنا محمد بن جعفر حدثنا شعبة سمعت قتادة يحدث عن
أنس بن مالك قال : ألا أحدثكم حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم لا
يحدثكم أحد بعدي سمعه منه إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويفشو
الزنى ويشرب الخمر ويذهب الرجال وتبقى النساء حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد[29]
ت.
حدثنا محمد بن عبد الله بنِ نميرٍ حدثنا وكِيع
وأبِى قالا حدثنا الأعمش ح وحدثنِى أبو سعيد الأشج واللفظ له حدثنا وكِيع حدثنا
الأعمش عن أبِى وائلٍ قال كنت جالسا مع عبد اللَّه وأبِى موسى فقالا قال رسول
اللَه -صلى الله عليه وسلم إِن بين يدىِ الساعة أياما يرفع فيها العلم وينزِل فيها
الجهل ويكثر فيها الهرج والهرج القتل[30]
ث.
حدثنِى حرملة بن يحيى أَخبرنا ابن وهب أخبرنِى
يونس عنِ ابنِ شهاب حدثنِى حميد بن عبد الرحمنِ بنِ عوف أن أبا هريرَة قال قال
رسول اللَه -صلى الله عليه وسلم- يتقارب الزّمان ويقبض العلم وتظهر الفتن ويلقى
الشحّ ويكثر الهرج قالوا وما الهرج
قال القتل [31].
3.
Sunan
al Nasa<‘i>
Hadis
yang ditemukan dari petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z}
al-H{adi>s\ al-Nabawi> dengan
menggunakan lafal شرط, terdapat
dalam kitab Sunan al Nasa<‘i> dengan 1 jalur sanad, yaitu:
أ.
أخبرنا عمرو بن علِي قال أنبأنا وهب بن جرِيرٍ
قال حدثنِي أبِي عن يونس عن الحسنِ عن عمرِو بنِ تغلب قال قال رسول الله صلى اللَه عليه وسلم إِن من أشراط
الساعة أن يفشو المال ويكثر وتفشو التجارة ويظهر العلم ويبيع الرجل البيع فيقول لا
حتى أستأمر تاجر بنِي فلانٍ ويلتمس في الحي العظيمِ الكاتب فلا يوجد[32]
4.
Sunan
Tirmizi>
Hadis
yang ditemukan dari petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z}
al-H{adi>s\ al-Nabawi> dengan
menggunakan lafal شرط, terdapat
dalam kitab Sunan Tirmizi> dengan 1 jalur sanad, yaitu:
أ.
حدثنا
محمود بن غيلان حدثنا النصر بن شميل حدثنا شعبة عن قتادة عن انس بن مالك أنه قال :
أحدثكم حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم لا يحدثكم أحد بعدي أنه سمعه
من رسول الله صلى الله عليه و سلم قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن من
أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويفشو الزنا وتشرب الخمر ويكثر النساء
ويقل الرجال حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد[33]
5.
Sunan
Ibnu Ma>jah
Hadis
yang ditemukan pada Kitab Fitanun Bab Asyra>t}i al Sa>’ati
dengan menggunakan salah satu lafal hadis yaitu رفع, dan adapun
jalur hadis yang ditemukan adalah :
أ.
حدثنا
محمد بن بشار ومحمد بن المثنى قالا محمد بن جعفر حدثنا شعبة سمعت قتادة يحدث عن
أنس بن مالك قال ألا أحدثكم حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم لا
يحدثكم به أحد بعدي سمعته منه إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويفشو
الزنا ويشرب الخمر ويذهب الرجال ويبقى النساء حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد [34]
Hadis
selanjutnya ditemukan pada Kitab Fitanun Bab Z|iha>b al Qur’a>n
wa al ‘Ilmi masih menggunakan lafal yang sama. Adapun hadisnya yaitu:
ب.
حدثنا محمد بن عبد الله بن نمير حدثنا أبي ووكيع عن الأعمش عن شقيق عن عبد الله
قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم يكون بين يدي الساعة أيام . يرفع فيها
العلم وينزل فيها الجهل ويكثر فيها الهرج والهرج القتل.[35]
6.
Musnad
Ah}mad Bin Hanbal
Kemudian
hadis yang ditemukan dalam kitab Musnad Ah}mad Bin H{ambal berdasarkan
petunjuk yang diperoleh pada Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\
al-Nabawi> dengan menggunakan lafal شرط,dan lafal رفع terdapat
10 jalur sanad, dan juga hadis yang diperoleh dari al Makta>bah al
Sya>milah, diluar dari petunjuk terdapat 10 jalur sanad.
Adapun hadisnya adalah sebagai berikut:
أ.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا وكيع ثنا الأعمش
عن أبي وائل قال كنت جالسا مع عبد الله وأبي موسى فقالا قال رسول الله صلى الله
عليه و سلم : ان بين يدي الساعة أياما ينزل فيها الجهل ويرفع فيها العلم ويكثر
فيها الهرج قال قلنا وما الهرج قال القتل[36]
ب.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو النضر ثنا
الأشجعي عن سفيان عن الأعمش عن أبي وائل عن عبد الله وأبي موسى الأشعري قالا قال
رسول الله صلى الله عليه و سلم : ان بين يدي الساعة أياما يرفع فيهن العلم وينزل
فيهن الجهل ويكثر فيهن الهرج قال والهرج القتل[37]
ت.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا معاوية بن عمرو
ثنا زائدة عن الأعمش عن شقيق قال كنت جالسا مع عبد الله وأبي موسى وهما يتحدثان
فقالا قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : بين يدي الساعة أيام يرفع فيها العلم
وينزل فيهن الجهل ويظهر فيهن الهرج والهرج القتل[38]
ث.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محمد بن جعفر ثنا
شعبة عن واصل عن أبي وائل عن عبد الله قال وأحسبه رفعه إلى النبي صلى الله عليه و
سلم انه قال : بين يدي الساعة أيام الهرج أيام يزول فيها العلم ويظهر فيها الجهل
فقال أبو موسى الهرج بلسان الحبش القتل[39]
ج.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا حسين بن علي عن
زائدة عن سليمان عن شقيق قال كنت مع عبد الله وأبي موسى وهما يتحدثان فذكرا عن
رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : قبل الساعة أيام يرفع فيها العلم وينزل فيها
الجهل ويكثر فيها الهرج قال قالا الهرج القتل[40]
ح.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يحيى عن بن عجلان
قال سمعت أبي يحدث عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لا تقوم
الساعة حتى يقبض العلم ويظهر الجهل ويكثر الهرج قيل وما الهرج قال القتل[41]
خ.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا هشيم أنا شعبة عن
قتادة عن أنس بن مالك يرفع الحديث قال : لا تقوم الساعة حتى يرفع العلم ويظهر
الجهل ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون قيم خمسين امرأة رجل واحد[42]
د.
حدثنا عبد الصمد ، حدثنِي أبِي ، حدثنا أبو
التياحِ ، حدثنا أنس بن مالك قال : قال رسول الله صلَى اللَه عليه وسلم : من أشراط
السّاعة ، أن يرفع العلم ، ويثبت الجهل ، وتشرب الخمور ، ويظهر الزِنا.[43]
ذ.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يزيد ثنا شعبة عن
قتادة عن أنس بن مالك قال لأحدثنكم بحديث لا يحدثكم به أحد بعدي سمعته من رسول
الله صلى الله عليه و سلم قال : إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل
ويشرب الخمر ويظهر الزنا ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون قيم خمسين امرأة رجل
واحد[44]
ر.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عبد الملك بن
عمرو ثنا هشام يعني بن سنبر أبي عبد الله عن قتادة عن أنس قال لأحدثنكم بحديث لا
يحدثكموه أحد بعدي سمعته من رسول الله صلى الله عليه و سلم سمعت رسول الله صلى
الله عليه و سلم يقول : إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويظهر الجهل ويشرب الخمر
ويظهر الزنا وتقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون في الخمسين امرأة القيم الواحد[45]
ز.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا بهز ثنا همام قال
أنا قتادة عن أنس أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إن من أشراط الساعة قال
همام وربما قال لا تقوم الساعة قال همام كلاهما قد سمعت حتى يرفع العلم ويظهر
الجهل وتشرب الخمر ويظهر الزنا ويقل الرجال ويكثر النساء حتى يكون لخمسين امرأة
القيم الواحد[46]
س.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محمد بن عبيد ثنا
الأعمش عن شقيق قال كان عبد الله وأبو موسى جالسين وهما يتذاكران الحديث فقال أبو
موسى قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : بين يدي الساعة أيام يرفع فيها العلم
وينزل فيها الجهل ويكثر فيها الهرج والهرج القتل[47]
ش.
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو معاوية عن
الأعمش عن شقيق عن أبي موسى قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ان من ورائكم
أياما ينزل فيها الجهل ويرفع فيها العلم ويكثر فيها الهرج قالوا يا رسول الله وما
الهرج قال القتل[48]
ص.
حدثنا أبو النضرِ ، حدثنا الأشجعِي ، عن سفيان
، عن الأعمش ، عن أبِي وائلٍ ، عن عبد الله ، وأبِي موسى الأشعرِي ، قالا : قال
رسول الله صلَى الله عليه وسلم : إن بين يديِ الساعة أياما ، يرفع فيهِن العلم ،
وينزِل فيهِن الجهل ، ويكثر فيهِن الهرج قال : والهرج : القتل[49]
ض.
حدثنا معاوِية بن عَمرٍو ، حدثنا زائدة ، عنِ الأعمش
، عن شقيقٍ ، قال : كنْت جالسا مع عبد الله ، وأبِي موسى ، وهما يتحدثانِ ، فقالا
: قال رسول الله صلى اللَّه عليه وسلَم : بيْن يديِ الساعة أيَام يرفع فيها العلم
، ويَنزل فيهِن الجهل ، ويظهر فيهن الهرج والهرج : القتل[50].
ط.
حدثنا محمد بن جعفرٍ ، حدثنا شعبة ، ويزِيد بن
هارون ، أخبرنا شعبة ، قال : سمعت قتادة يحدث ، عن أنس بنِ مالِك قال : ألا أحدثكم
بحديث سمعته من رسول الله صلى اللّه عليه وسلم ، لا يحدّثكم أحد بعدي سمعه منه :
إِن من أشراط الساعة : أن يرفع العلم ، ويظهر الجهل ، ويفشو الزنا ، ويشرب الخمر ،
ويذهب الرّجال ، ويبقى النساء حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد .[51]
ظ.
حدثنا هشيم ، قال : أخبرنا شعبة ، عن قتادة ،
عن أنس بنِ مالك ، يرفع الحديث ، قال : لا تقوم الساعة حتى يرفع العلم ، ويظهر
الجهل ، ويقل الرجال ، وتكثر النساء ، حتى يكون قيم خمسين امرأة رجل واحد[52]
ع.
حدثنا حسين بن علِي ، عن زائدة ، عن سليمان ،
عن شقيقٍ ، قال : كنت مع عبد الله ، وأبِي موسى ، وهما يتحدثانِ ، فذكرا عن رسول
الله صلى اللَّه عليه وسلمَ ، قال : قبل الساعة أَيَام يرفع فيها العلم ، وينزِل
فيها الجهل ، ويكثر فيها الهرج ، قال : قالا : الهرج : القتل[53]
غ.
حدثنا محمد بن جعفرٍ ، حدثنا شعبة ، قال : سمعت
قتادة ، يحدث عن أنس بنِ مالك ، قال : ألا أحدثكم حديثا سمعته من رسول الله صلى
اللَّه عليه وسلم ، لا يحدثكم أحد بعدي سمعه منه ؟ : إِن من أشراط الساعة أن يرفع
العلم ، ويظهر الجهل ، ويفشو الزّنا ، ويشرب الخمر ، ويذهب الرجال ، وتبقى النساء
، حتى يكون لخمسين امرأة قيّم واحد.[54]
ف.
حدّثنا بهز ، حدّثنا همّام ، قال : أخْبرنا قتادة
، عن أنس ، أنّ رسول الله صلّى اللَّه عليه وسلّم قال : من أشراط السّاعة - قال
همّام : وربّما قال : لا تقوم الساعَة ، قال همام : كلاهما قد سمعت - حتى يرفع
العلم ، ويظهر الجهل ، وتشرب الخمر ، ويظهر الزِنا ، ويقلّ الرّجال ، ويكثر النّساء
، حتّى يكون لخمسين امرأة القيم الواحد.[55]
Dalam
penelusuran ini, penulis memperkaya penelusuran tersebut dengan menggunakan
metode digital, baik dalam bentuk CD-ROM al-Kutub al-Tis‘ah, CD-ROM al-Maktabah
al-Sya>milah maupun CD-ROM dalam bentuk PDF sehingga ditemukan beberapa
hadis yang belum didapatkan melalui petunjuk sebelumnya, tetapi tetap merujuk
kepada kitab-kitab sumber.
D. I‘tibar
Setelah penulis melakukan
pengelompokan hadis berdasarkan kitab sumber, maka penulis menemukan hadis
dengan lafal
إِنَّ
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ ………………
Atau yang semakna dengannya,
terdapat dalam 6 kitab sumber, dengan jumlah jalur sanad yaitu 34. Adapun
rinciannya sebagai berikut:
1. S{ah}i>h} Bukha>ri>
: Pada bab Raf’i al ‘Ilm wa Dzuhu>r al Jahl (2
jalur), Bab Yaqillu al Rija>l wa Yaks\iru al Nisa>’ (1 jalur), Kita>b
al Isyrabah (1 jalur), Bab Is\m al Z{ina> (1 jalur), Bab Z|uhu>r al Fitan (1
jalur).
2. S{ah}i>h} Muslim : Pada bab Raf’u al ‘Ilma
wa Qubud}ih wa Z|uhu>r al Jahl wa al Fitan fi> A>khir al Zama>n
(4 jalur).
3. Sunan al Nasa>’i> : Terdapat 1 jalur sanad.
4. Sunan al tirmiz\i> :
Terdapat 1 jalur sanad.
5. Sunan Ibnu Ma>jah :
Pada bab Asyra>t}i al Sa>’ati (1 jalur), Bab Z|iha>b al
Qur’a>n wa al ‘Ilmi (1 jalur).
6. Musnad Ah}mad bin Hanbal : Terdapat
20 jalur sanad, dengan rincian, yang diperoleh berdasarkan petunjuk terdapat 10
jalur, dan diluar dari petunjuk terdapat 10 jalur.
Setelah dilakukan perincian
sebagaimana diatas, maka selanjutnya adalah melakukan i‘tibar[56].
Melalui i‘tibar dapat diketahui
dengan jelas, ada atau tidaknya periwayat yang berstatus Sya>hid[57]
atau Muta>bi‘ [58]selain
itu, melalui i‘tibar, juga dapat diketahui bahwa hadis yang menjadi
objek kajian tersebut adalah termasuk dalam kategori hadis Gari>b[59],
Masyhur [60]atau Mutawa>tir.[61]Seorang
ulama mesir mengungkapkan tentang urgensi I’tibar ialah untuk
mempertemukan satu sama lain agar Nampak persamaan, perbedaan agar
masing-masing diperlakukan sesuai keadaannya.[62]
Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
1. Dari kalangan sahabat:
أنس بن ماللك : Memiliki 18 riwayat hadis, yaitu:
a. 5 riwayat dalam S{ah}i>h}
Bukha>ri>.
b. 2 riwayat dalam S{ah}i>h}
Muslim.
c. 1 riwayat dalam Sunan al Tirmiz\i>.
d. 1 riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah.
e. 9 riwayat dalam Musnad Ah}mad
Bin Hanbal.
أبو
هريرة : Memiliki
2 riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam S{ah}i>h}
Muslim.
b. 1 riwayat dalam Musnad Ah}mad Bin
Hanbal.
عبدالله و أبي موسي
: Memiliki
13 riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam S{ah}i>h}
Bukha>ri>.
b. 1 riwayat dalam S{ah}i>h}
Muslim.
c. 1 riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah.
d. 10 riwayat dalam Musnad Ah{mad
Bin Hanbal.
عمرو بن تغلب: Memiliki 1 riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam Sunan al
Nasa>‘i>.
2. Dari kalangan setelah sahabat
أبي التياح: Memiliki 3 riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam S{ah}i>h}
Bukha>ri>.
b. 1 riwayat dalam S{ah}i>h{
Muslim.
c. 1 riwayat dalam Musnad Ah}mad bin
H{anbal.
قتادة: Memiliki 15 riwayat hadis, yaitu:
a. 4 riwayat dalam S{ah}i>h}
Bukha>ri>.
b. 1 riwayat dalam S{ah}i>h}
Muslim.
c. 1 riwayat dalam sunan al Tirmiz\i>.
d. 1 riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah.
e. 8 riwayat dalam Musnad Ah}mad Bin
H{anbal.
شقيق: Memiliki 7 riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam S{ah}i<h{
Bukhari.
b. 1 riwayat dalam S{ah}i>h} Muslim.
c. 1 Riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah.
d. 5 riwayat dalam Musnad Ah}mad Bin
H{anbal.
أبي وائل: Memiliki 3
riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam S{ah}i>h}
Muslim.
b. 2 riwayat dalam Musnad Ah}mad bin
Hanbal.
عبد الرحمن بن عوف: Memiliki 1
riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam S{ah}i>h} Muslim.
حسن: Memiliki 1 riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam Sunan al
Nasa>‘i>.
سليمن: Memiliki 2 riwayat hadis, yaitu:
a. 2 riwayat dalam Musnad Ah{mad bin H{anbal.
ابن عجلان: Memiliki 1 riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam Musnad Ah{mad bin
H{anbal.
واصل: Memiliki 1 riwayat hadis, yaitu:
a. 1 riwayat dalam Musnad Ah}mad bin
H{anbal.
Dari hasil penelitian diatas,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat
5 Sya>hid dalam hadis tersebut yaitu Anas Bin Ma>lik,
Abu> Hurai>rah, ‘Abdullah, Abu> Mu>sa, dan ‘Amru Bin Taglib. Dan Muta>bi‘
nya sejumlah 7, yaitu Abu> al T{ayyah}, Qata>dah, Syaqi>q, Abi>
Wa>’il, ‘Abdu al Rah}man Bin ‘Auf, H{asan, Ibnu ‘Ajla>n. Untuk lebih
jelasnya, maka diperlukan skema yang menjelaskan seluruh jalur sanad tersebut.
Berikut skemanya:
E. Naqd al Sanad
Yang dimaksudkan dengan studi
sanad hadis adalah mempelajari mata rantai para perawi yang ada dalam sanad
hadis. Yaitu dengan menitikberatkan pada mengetahui biografi, kuat dan lemahnya
hafalan serta penyebabnya, mengetahui apakah mata rantai sanad antara seorang
perawi dengan yang lain bersambung ataukah terputus, dengan mengetahui waktu
lahir dan wafat mereka dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan Jarh
wa al ta‘di>l.[63]
Kaedah kesahihan hadis
memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi sebagai acuan untuk meneliti
kesahihan sanad hadis. Bahkan, dalam beberapa hal, kaedah kesahihan sanad hadis
terlihat terlihat lebih kritis dan hati-hati
daripada kaedah kritik ekstern dalam ilmu sejarah. Oleh karena itu, jika
kritik ekstern dalam ilmu sejarah dapat diakui sebagai metode yang ilmiah, maka
telah selayaknya kaedah kesahihan sanad hadis dapat dipakai sebagai metode
untuk penelitian sumber sejarah.[64]
Unsur-unsur kaedah kesahihan
hadis ada tiga poin, yakni:
1. Sanad hadis yang bersangkutan harus
bersambung mulai dari mukharrij nya sampai kepada Nabi saw;
2. Seluruh periwayat dalam hadis itu
harus bersifat adil dan d{a>bit{;
3. Hadis itu (sanad dan matannya) harus
terhindar dari kejanggalan (syuz}uz}) dan cacat (illat). Bahkan, ketiga
butir itu dapat diurai menjadi tujuh butir, yakni lima butir berhubungan dengan
sanad dan dua butir berhubungan dengan matan, yakni:
a. Yang berhubungan dengan sanad adalah
sanad bersambung, periwayat bersifat adil, periwayat bersifat d}a>bit,[65]
terhindar dari kejanggalan dan terhindar dari cacat.
b. Yang berhubungan dengan matan adalah
terhindar dari kejanggalan dan terhindar dari cacat.[66]}
قال رسول الله صلّى اللَّه
عليه وسلّم : من أشراط السّاعة ، أن يرفع العلم ، ويثبت الجهل ، وتشرب الخمور ،
ويظْهر الزِّنا.
Jika merujuk pada hadis yang telah
dipaparkan di atas, maka hadis tersebut mempunyai 34 sanad. Namun sanad yang menjadi
obyek kajian adalah hadis yang terdapat dalam Musnad Ah}mad dengan
nama-nama periwayat sebagai berikut:
1). Ah{mad bin H{anbal
Ah}mad bin Muh}ammad ibn Hanbal al Syaiba>ni>
dilahirkan di Bagdag tepatnya dikota Maru/Merv, kota kelahiran sang ibu, pada
bulan Rabi‘ul awal tahun 164 H atau November 780 Masehi. Nama lengkapnya Ah}mad
ibn Muh}ammad ibn H{anbal ibn H{ilal ibn Asad ibn Idris ibn ‘Abdillah bin H{ayyan
ibn ‘Abdillah bin Anas ibn ‘Awf ibn Qasit ibn Mazin ibn Syaiban ibn Zulal ibn
Ismail ibn Ibrahim.[67]Beliau
wafat pada bulan Rabi‘ul awal tahun 241 H, umurnya 77 tahun.[68]Ah}mad
bin H{anbal belajar hadis diberbagai negara seperti Ku>fah, Bas{rah, Mekkah,
Madinah, Yaman, Sya>m dan Jazi>rah.[69]Qutai>bah
berkata bahwa Ah}mad termasuk dalam Kiba>r al Ta>bi‘i>n.[70]
Ada banyak
yang menjadi guru Ah}mad bin H{anbal, diantaranya adalah Ibra>him bin
Kha>lid al S{an‘ani>, Ibra>him bin Sa‘di al Zuhri>, Husai>n bin
‘A>li> al Ju‘fi>, Sulai>man bin Da>wud al Ha>syimi>, ‘Abdu
al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\, Abi> ‘A>mir ‘Abdu al Ma>lik bin
‘Amru, ‘Usman bin ‘Usman al Gat{afa>ni>, dan lain-lain.[71]Sedangkan
ulama yang meriwayatkan darinya antara lain al-Bukha>ri>, Muslim, Abu>
Da>wud, ‘Ali> ibn al-Madi>ni>, , anak-anaknya seperti S{a>lih}
ibn Ah}mad ibn Muh}ammad, ‘Abdulla>h ibn Ah}mad ibn H{anbal, dan lain-lain.
Adapula murid yang juga tercatat sebagai gurunya misalnya Waki>‘ ibn
al-Jarra>h, Ibn Mahdi, ‘Abd al-Razza>q ibn Hamma>m, Qutai>bah ibn
Sa‘i>d, dan lain-lain.[72]
Abu>
Bakar bin Abi> Da>wud berkata bahwa disebuah rabi>‘ah terdapat
dua orang yang tidak ada yang serupa dengannya pada zamannya yaitu tidak
ditemukan pada zaman Qata>dah yang serupa dengan Qata>dah, dan tidak
ditemukan pada zaman Ah}mad bin H{anbal yang serupa dengan Ah}mad bin Hanbal.
Keduanya Sudu>sai>ni.[73]
Berkata
Abu> Zur‘ah al Z{a>ri>, bahwasanya Ah}mad bin H{anbal menghafal beribu-ribu
hadis.[74]Dalam
kitab al Muqtarib fi> Baya>ni al Mud}tarib pada bab Ibra>him
bin T{ahma>n al Khurasa>ni> Abu> Sa‘i>d karangan Ah{mad bin
‘Umar bin Sa>lim, disebutkan bahwa Ah{mad bin H{anbal adalah orang yang
s\iqah dalam hadis.[75]
Al-‘Ajli> menilainya s\iqah.[76]
Serta dalam kitab al Mu>qiz{ah fi> ‘Ilm Mus}t}alah} al Hadi>s\, Ah}mad
bin H{anbal dikatakan sebagai seorang yang adil, disejajarkan dengan adilnya
imam Bukha>ri>, Abu> Z{ur‘ah dan yang lainnya.[77]
‘Ubai>d al ‘Ijili> birkata bahwa ia tak menemukan seorang yang menyamai
keilmuan, ke faqih an, ke zuhud an, dan ke wara‘ an Ah}mad
bin H{anbal.[78]
2).
‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\
Beliau
bernama lengkap ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris| bin Sa‘i>d bin
Z|akwa>n al Tami>mi> al ‘Anbari>.[79]
Beliau wafat pada tahun 207 Hijriah.[80]
Diantara
guru-guru ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\ adalah H{amma>d bin
Sala>mah, Rabi>‘ah bin Kals\um, Sali>m bin H{ayya>n, ‘Abdu al
Ma>lik bin Wali>d, ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d, Muh}ammad
bin Di>nar al T{ah}iyyi, Hamma>m bin Yah}ya, dan yang lainnya.[81]
Sedangkan ulama‘ yang mengambil hadis darinya yaitu Ibra>him bin Ya‘qu>b,
Ah}mad bin Sa‘id al Da>rimi>, Ah}mad bin H{anbal, ‘Us\man bin
T{a>lu>t, Mah}mu>d bin Gai>la>n.[82]
Didalam kitab al Ikma>l fi> Raf‘ al Irtiya>b, disebutkan juga
yang pernah mengambil hadis dari ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\ yaitu
Ibnu Lu’lu’, Abu> H{usai>n bin ‘Ali>, dan yang lainnya.[83]
Ibnu
H{ibba>n berkata bahwa ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\ adalah s\iqah.[84]
Sedangkan Abu> H{a>tim berkata bahwa beliau adalah terpercaya (S{adu>q
S{ali>h} al H{adi>s\).[85]
Berdasarkan
pada penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa antara ‘Abdu al S{amad
bin ‘Abdu al Wa>ris seorang guru, dan Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H{anbal ibn
H{ilal seorang murid, memungkinkan bagi keduanya bertemu. Disebabkan, jika
dilihat dari ketika Ah}mad lahir yaitu pada tahun 164 H, dan kemudian ‘Abdu al
S{amad wafat pada tahun 207, maka ketika Ah{mad menerima hadis ketika ia
berusia 16 tahun, yaitu pada tahun 180 H, maka kemungkinan mereka bertemu
adalah selama 27 tahun, yaitu sejak
tahun 180 H hingga tahun 207 H. Dan hal lain yang memperkuatnya adalah adanya
pertemuan antara kedua orang ini, sebagaimana dibuktikan dalam daftar murid
‘Abdu al S{amad salah satunya adalah Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H{anbal, dan pada
daftar guru Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H{anbal salah satunya adalah ‘Abdu al
S{amad. Dan diketahui juga bahwa negri semasa ‘Abdu al S{amad hidup yaitu
Bas{rah, dan diketahui Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H{anbal salah satu tempat
beliau menuntut ilmu adalah Bas}rah. Maka bagi mereka, sangat memungkinkan
untuk bertemu.
3).
‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d
Ia
bernama lengkap ‘Àbdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d bin Z\\|akwa>n al Tai>miyyu
al ‘Anbariyyu.[86]Beliau
wafat di Bas}rah pada bulan Muh}arram tahun 180 H.[87]
Diantara
guru-guru ‘Abdu al Wa>ris\ bin
Sa‘i>d adalah Ish}aq bin Suwai>d al ‘Adawiyyi, Isma>‘il bin Umayyah, Bahz}un
bin H{aki>m, Sulai>man al Tai>miyyi, Abu> al Tayyah} Yaz}i>d
bin H{umai>d al Sunba‘iyyi, Abu> Ga>lib al Ba>hiliyyi, Ummu
Yu>nus binti Syadda>d, dan lainnya. Sedangkan yang berguru padanya adalah
Da>wud bin Mu‘az\ al Atakiyyi, Sufya>n al S|au>ri>, Syai>ba>n
bin al Farru>kh, ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris\, Yah}ya bin
Sa‘i>d al Qat}t}a>n, dan yang lainnya.[88]
Abu>
‘Umar al Jarmiyyu berkata bahwa “Saya tidak melihat yang serupa dengan ke-Faqi>h-an
‘Abdu al Wa>ris\”. Z{ur‘ah berkata S\|iqah, Abu> H{a>tim
berkata S|iqah S{adu>q, al Nasa>‘i> berkata S|iqah S|abtun, berkata
Muh}ammad bin Sa‘di S|iqah H{ujjah.[89]
Berdasarkan
penjelasan diatas, maka ketersambungan
sanad antara ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d dan ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al
Wa>ris jelas adanya. Sebab, ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris wafat
pada tahun 207 H, dan gurunya yaitu ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d wafat
pada tahun 180 H, maka kemungkinan besar mereka bertemu. Diperkirakan ‘Abdu al
S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris lahir pada saat ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d
berusia 30 tahun. Oleh karena itu, selisih meninggal antara ‘Abdu al S{amad bin
‘Abdu al Wa>ris dan ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d adalah 27 tahun. Dan
perlu ditekankan, bahwa ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d dan ‘Abdu al S{amad
bin ‘Abdu al Wa>ris adalah bapak dan anak. Jadi, hal ini sangat memungkinkan
bagi mereka untuk bertemu. Sebagaimana adanya periwayatan anak dari bapak (Riwa>yat
al Abna> ‘an al A<ba>)[90].
Kemudian diperkuat bahwa dalam daftar murid
‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d salah satunya adalah ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris dan
demikian pula dalam daftar guru ‘Abdu al
S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris salah satunya adalah ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d. Dan,
tempat keduanya hidup adalah di Bas}rah, sehingga terjadinya pertemuan antara
keduanya bukanlah hal yang mustahil. Sebab, selain mereka adalah hubungan
antara anak dan bapak, juga selama hidup mereka terus bersama.
4).
Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d al D{uba‘iyyu
Beliau
bernama Yaz}i>d bin H{umai>d al Sunba‘iyyi, dan Kuniyahnya yaitu Abu>
al Tayyah}.[91]Beliau tinggal
di Bas}rah dan wafat pada tahun 130 H, sedangkan menurut ‘Amru> bin ‘Ali>
dan al Tirmiz\i>, beliau wafat pada tahun 128 H.[92]
Diantara
guru-gurunya adalah Anas bin Ma>lik, H{asan al Bas}ri>, H{afs{a al
Lai>s\i>, ‘Abdullah bin H{a>ris\ al Nau>fal, S{akhru bin Badri, dan
lainnya. sedangkan yang pernah berguru padanya, antara lain Isma>‘il bin
‘Ulyah, Bist}a>m bin Muslim, H{amma>d bin Naji>h}, ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d, Hamma>m
bin yah}ya, Abu> Hila>l al Ra>sibiyyu, dan lainnya.[93]
Adapun
penilaian ulama tentang Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d al
Sunba‘iyyi yaitu berkata Ah}mad bin H{anbal dari bapaknya, bahwa ia adalah S\|abtun
S|iqah S|iqah, sedangkan Ish}aq bin Mans}u>r, Yah}ya bin Ma‘i>n,
Abu> Z{ur‘ah, dan al Nasa>‘i>, berkata beliau adalah S|iqah. Dan
berkata Ibnu H{ibba>n didalam sebuah kitab, bahwa ia adalah S|iqah.[94]
Berdasarkan
pada penjelasan diatas, maka ketersambungan sanad dapat dilihat pada jarak
wafat antara murid dengan guru yaitu 50 tahun. Dan ini, memungkinkan terjadi,
sebab dapat dilihat bukti bahwasanya murid masih memberikan hadis kepada perawi
yang ada setelahnya, sehingga dapat dikatakan bahwa murid dari Abu> al
Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d ini berumur panjang. Dan bukti yang lainnya
yang memperkuat hal ini adalah dalam daftar murid Abu> al Tayyah} Yaz}i>d
bin H{umai>d terdapat ‘Abdu al
Wa>ris\ bin Sa‘i>d, dan begitupun sebaliknya, pada daftar guru ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d salah
satunya adalah Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d. Kemudian, hal
yang paling memungkinkan mereka saling bertemu adalah mereka sama-sama tinggal
di Bas}rah.
5).
Anas bin Ma>lik
Beliau bernama lengkap Anas bin Ma>lik bin
al Nad{ri bin D{amd}am bin Z{ai>d bin H{araM bin Jundabi bin ‘A>mir bin Ganmi
bin ‘Adiyyi bin Najja>r al Ans}ariyyu. Beliau adalah sahabat Rasulullah
sekaligus pembantu Rasulullah.[95]Anas
adalah sahabat terakhir yang meninggal di Bas}rah pada tahun 93 H.[96]
Diantara
guru-gurunya adalah Nabi saw., Jari>r bin ‘Abdullah al Bajalli>, Z{aiyd
bin Arqa>m, Z{aiyd bin S|a>bit, ‘Abdullah bin ‘Abba>s, dan yang
lainnya. sedangkan yang pernah mengambil hadis darinya antara lain Aba>nu
bin S{a>lih, Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d al D{uba‘iyyu,
Yah}ya bin Sa‘id al Ans}a>ri>, Abu> T{alh}ah al As{adiyyu, Abu>
Mu‘az\, dan yang lainnya.[97]
Abu>
H{urai>rah berkata “Aku belum pernah melihat orang lain yang shalatnya
menyerupai shalat rasulullah saw. Kecuali Anas bin Ma>lik”. Anas bin
Ma>lik urutan ketiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan hadis, ia
meriwayatkan sebanyak 2.286 hadis.[98]Saat
Anas bin Ma>lik wafat, Muharriq berkata “Telah hilang separuh ilmu”.[99]
Berdasarkan
penjelasan diatas maka dapat dilihat adanya ketersambungan sanad antara murid
dengan guru. Hal ini dibuktikan pada jarak wafat antara murid dengan guru hanya
37 tahun. Dan hal lain yang membuktikan adalah dalam daftar murid Anas bin
Ma>lik, salah satunya adalah Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d
dan begitupun sebaliknya, nama Anas bin Ma>lik terdapat dalam daftar guru
Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d. Kemudian, hal lain yang
memungkinkannya adalah penerimaan hadis tersebut yang terjadi di Bas}rah.
Mengapa demikian, sebab Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d tinggal
di Bas}rah, dan Anas bin Ma>lik menutup mata di Bas}rah.
Setelah melakukan kritik
sanad, peneliti menyimpulkan bahwa hadis yang menjadi objek kajian memenuhi
syarat kesahihan hadis. Hal ini dibuktikan bahwa Ah{mad bin H{anbal yang
meriwayatkan hadis dari ‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris, yang memiliki
waktu bertemu yang cukup lama yaitu kurun waktu 27 tahun. Kemudian dari segi kualitas,
ulama’ menilainya s}adu>q. Dan adapula kemungkinan bertemu antara
‘Abdu al S{amad bin ‘Abdu al Wa>ris dan ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d
sangatlah mungkin. Hal ini karena keduanya adalah memiliki hubungan anak dan
bapak, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak bertemu dan saling
memberikan hadis. Kemudian hal yang ganjil dalam jalur ini adalah jarak wafat
antara ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d dan Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin
H{umai>d al D{uba‘iyyu terbilang cukup lama yaitu 50 tahun. Namun hal ini
tidak semerta merta dapat dikatakan d{a‘i>f, karena banyak ulama’
yang menilai keduanya S|{iqah, kemudian juga yang bisa memperkuatnya
adalah dalam daftar murid Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d
terdapat ‘Abdu al Wa>ris\ bin
Sa‘i>d, dan begitupun sebaliknya, pada daftar guru ‘Abdu al Wa>ris\ bin Sa‘i>d salah
satunya adalah Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d. Dan alasan
penguat lainnya adalah mereka sama-sama tinggal di Bas}rah. Kemudian yang
terakhir adalah antara Abu> al Tayyah} Yaz}i>d bin H{umai>d dan Anas
bin Ma>lik memiliki jarak wafat 37 tahun, dan ini memungkinkan mereka untuk
bertemu. Sehingga pada akhirnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa jalur yang
diteliti ini memiliki kualitas S{ahi>h. Hal ini karena adanya
ketersambugan sanad terlihat jelas pada sigat yang digunakan dalam
penerimaan hadis tersebut adalah حدثنا, dan dikuatkan pada penjelasan diatas.
F. Naqd al Matan
Penelitian matan[100]
hadis memiliki karakter yang berbeda dengan penelitian sanad hadis. Kaidah yang
menjadi parameter penelitian sanad begitu jelas terinci, sehingga sesungguhnya
dapat dikatakan apa yang telah diupayakan oleh ulama-ulama hadis dimasa lampau
telah cukup dalam memelihara hadis-hadis Nabi saw. Hingga dapat dilihat sampai
sekarang. Tidak mungkin ada yang sanggup melakukan seperti apa yang mereka
lakukan di zaman ini.[101]
Menurut pendapat M. Syuhudi
ismail, penulis mengemukakan tiga faktor utama yang mendorong ulama melakukan
kegiatan penelitian matan hadis, yaitu:
1. Munculnya pemalsuan hadis
Pendapat ini antara lain
dikemukakan oleh Ahmad Ami>n yang mengemukakan hadis yang menyatakan bahwa
barang siapa yang secara sengaja membuat berita bohong dengan mengatasnamakan
Nabi, maka hendaklah orang itu bersiap-siap menempati tempat duduknya di
neraka.[102]
Menurut Ahmad Ami>n, isi hadis tersebut telah memberikan suatu gambaran,
bahwa kemungkinan besar pada zaman Nabi telah terjadi pemalsuan hadis.[103]
2. Adanya periwayatan secara makna
Membicarakan
matan hadis harus bertolak dari sejarah. Pada zaman Nabi tidak seluruh hadis
ditulis oleh para sahabat Nabi. Hadis Nabi yang disampaikan oleh sahabat kepada
periwayat lain lebih banyak berlangsung secara lisan. Hadis Nabi yang
dimungkinkan diriwayatkan secara lafal oleh sahabat sebagai pertama hanyalah
hadis yang dalam bentuk sabda. Sedang hadis yang tidak dalam bentuk sabda hanya
dimungkinkan dapat diriwayatkan secara makna.[104]
3. Kesahihan sanad tidak berkorelasi
dengan kesahihan matan
Sebuah hadis yang dinyatakan s}ah}i>h}
sanadnya, seharusnya s}ah}i>h} pula matannya. Namun kenyataannya,
ulama hadis telah membagi hadis ke dalam empat macam dilihat dari kualitas
sanad dan matannya; (1) hadis yang s}ah}i>h} sanadnya dan sahih juga
matannya; (2) hadis yang sahih sanadnya tetapi matannya dhaif; (3) hadis yang
sanadnya dhaif tetapi matannya sahih; dan (4) hadis yang dhaif sanadnya dan
dhaif pula matannya.[105]
Berdasar pada pendapat M.
Syuhudi Ismail, langkah-langkah metodologis kegiatan penelitian matan hadis
dapat dikelompokkan dalam tiga bagian:
A. Penelitian matan dengan melihat
kualitas sanadnya
Berdasarkan
penelitian matan yang telah dilakukan penulis, maka penulis dapat menjelaskan
bahwa hadis yang telah diteliti adalah s}ah}i>h}. Hal ini berdasarkan
pada kualitas sanad yang dinilai oleh ulama’ sebagai s\i>qah dan s}adu>q.
B. penelitian susunan lafal berbagai
matan yang semakna
Dalam meneliti lafal matan
hadis disini peneliti berpacu pada kaidah mayor kesahihan hadis yaitu terhindar
dari ‘Illah[106]yang
mana kaidah minornya adalah:
1. Tidak maqlu>b[107]
artinya hadis tersebut tidak mengalami pemutar balikan lafal, misalnya yang
terakhir diawalkan begitupun sebaliknya. Namun pada matan hadis yang penulis
teliti terjadi pemutar balikan lafal, misalnya dalam riwayat Imam
Bukha>ri> من أشراط الساعة أن
يظهر الجهل ويقل العلم ويظهر الزنا yang artinya tanda-tanda adanya kiamat adalah merebaknya
kebodohan dan berkurangnya ilmu. sedangkan dalam riwayat Imam Muslim
berbunyi من أشراط الساعة أن يرفع العلم ويثبت
الجهل yang
artinya diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan
ditetapkannya kebodohan. Hadis ini mendahulukan kata “ilmu” dan
membelakangkan kata “Kebodohan”. Namun, meski matan hadis ini maqlub, namun
tidak sampai merubah maknanya.
2. Tidak mudraj artinya tidak mengalami sisipan atau
penambahan baik dari matan hadis lain maupun dari periwayat.[108]
Namun pada matan hadis yang penulis teliti, terjadi idraj misalnya dalam
riwayat Ibnu Ma>jah إن من أشراط الساعة
ان يرفع العلم و يظهرالجهل dan pada riwayat Ah}mad
bin H{anbal disebutkan dengan قبل الساعة أيام يرفع فيها العلم وينزل
فيها الجهل . meski adanya sisipan pada hadis tersebut, namun tidak sampai
merubah maknanya.
3. Tidak mus{ah}h}af[109]artinya
tidak mengubah suatu kata dalam hadis dari bentuk yang telah dikenal kepada
bentuk lain. Penulis tidak menemukan terjadinya mus{ah}h}af pada matan
hadis yang penulis teliti.
4. Tidak muh}arraf artinya tidak
berubah hurufnya, meski terjadi perubahan syakal.[110]
Penulis tidak menemukan terjadinya muh}arraf dalam hadis yang penulis
teliti.
Adapun untuk mempermudah
dalam mengetahui ‘illah yang telah disebutkan pembagiannya di atas, maka
peneliti melakukan pemotongan lafal disetiap matan hadis, dan pemotongan lafal
hadisnya adalah sebagai berikut:
a. 6 riwayat dalam S{ah}i>h}
Bukha>ri>
1)
إن من أشراط الساعة
أن يرفع العلم
ويثبت الجهل
ويشرب
الخمر
ويظهر الزن
2)
من أشراط الساعة
أن يقل العلم
ويظهر
الجهل
ويظهر الزنا
وتكثر النساء
ويقل الرجال
حتى يكون لخمسين امرأة القيم الواحد
3)
أن
من أشراط الساعة
أن يرفع العلم
ويكثر
الجهل
ويكثر الزنا
ويكثر شرب الخمر
ويقل الرجال
ويكثر النساء
حتى
يكون لخمسين امرأة القيم الواحد
4) من أشراط الساعة
أن يظهر الجهل
ويقل العلم
ويظهر الزنا
وتشرب الخمر
ويقل الرجال
ويكثر النساء
حتى
يكون لخمسين امرأة قيمهن رجل واحد
5)
لا تقوم الساعة
وإما
قال من أشراط الساعة
أن يرفع العلم
ويظهر الجهل
ويشرب الخمر
ويظهر الزنا
ويقل الرجال
ويكثر النساء
حتى يكون للخمسين امرأة القيم الواحد
6)
ان بين يدي الساعة
لأياما
ينزل فيها الجهل,
و يرفع فيهاالعلم,
ويكثر فيها اله
هرج. والهرج القتل
b. 4 Riwayat dalam S{ah}i>h}
Muslim
7)
من أشراط الساعة
أن يرفع العلم
ويثبت الجهل
ويشرب الخمر
ويظهر الزنى
8)
إن
من أشراط الساعة
أن يرفع العلم
ويظهر الجهل
ويفشو الزنى
ويشرب الخمر
ويذهب
الرجال
وتبقى
النساء
حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد
9)
إِنّ بين يدىِ السّاعَة
أيّاما يرفع فيها العلم
وينزِل فيها الجهل
ويكثر فيها الهرج
والهرج القتل
10) تقارب الزّمان
ويقبض
العلم
وتظهر
الفتن
ويلقى الشّحّ
ويكثر
الهرج
قالوا وما الهرج
قال
القتل
c.
1 riwayat dalam Sunan
al Nasa<‘i>
11)
إِنّ من أشراط السّاعة
أن يفشو المال
ويكثر
وتفشو التّجارة
ويظهر العلم
ويبيع
الرّجل الْبيع فيقول لا حتَى أستأْمر تاجِر بنِي فلانٍ
ويلتمس
فِي الحيِ العظِيمِ الكاتب فلا يوجد
d.
1
riwayat dalam Sunan Tirmiz\i>
12)
إن
من أشراط الساعة
أن يرفع العلم
ويظهر الجهل
ويفشو
الزنا
وتشرب الخمر
ويكثر
النساء
ويقل الرجال
حتى يكون لخمسين امرأة قيم واحد
e.
2
riwayat dalam Sunan Ibnu Ma>jah
13)
إن
من أشراط الساعة
أن
يرفع العلم
ويظهر الجهل
ويفشو الزنا
ويشرب الخمر
ويذهب الرجال
ويبقى النساء
حتى
يكون لخمسين امرأة قيم واحد
14)
يكون بين يدي الساعة أيام
يرفع فيها العلم
وينزل فيها الجهل
ويكثر فيها الهرج
والهرج القتل
f.
20 riwayat dalam Musnad Ah}mad bin Hanbal
15) ان بين يدي الساعة أياما
ينزل فيها الجهل
ويرفع فيها العلم
ويكثر فيها الهرج
قال
قلنا وما الهرج
قال القتل
16) ان بين يدي الساعة أياما
يرفع فيهن العلم
وينزل فيهن الجهل
ويكثر فيهن الهرج
قال
والهرج القتل
17) بين يدي الساعة أيام
يرفع فيها العلم
وينزل فيهن الجهل
ويظهر فيهن الهرج
والهرج القتل
18) بين
يدي الساعة أيام الهرج
أيام يزول فيها العلم
ويظهر فيها الجهل
فقال أبو موسى الهرج بلسان الحبش القتل
19) قبل
الساعة أيام
يرفع فيها العلم
وينزل فيها الجهل
ويكثر فيها الهرج
قال قالا الهرج القتل
20) لا
تقوم الساعة حتى
يقبض العلم
ويظهر الجهل
ويكثر الهرج
قيل وما الهرج قال القتل
21) لا
تقوم الساعةحتى
يرفع العلم
ويظهر الجهل
ويقل الرجال
ويكثر النساء
حتى يكون قيم خمسين امرأة رجل واحد
22) من أشراط السّاعة ،
أن يرفع العلم ،
ويثبت الجهل ،
وتشرب الخمور ،
ويظهر الزِّنا
23) إن من أشراط الساعة
أن يرفع العلم
ويظهر الجهل
ويشرب الخمر
ويظهر الزنا
ويقل الرجال
ويكثر النساء
حتى يكون قيم خمسين امرأة
رجل واحد
24) إن من أشراط الساعة
أن يرفع العلم
ويظهر الجهل
ويشرب الخمر
ويظهر الزنا
وتقل الرجال
ويكثر النساء
حتى يكون في الخمسين امرأة
القيم الواحد
25) إن من أشراط الساعة
قال همام وربما قال
لا تقوم الساعة
قال همام كلاهما قد سمعت
حتى يرفع العلم
ويظهر الجهل
وتشرب الخمر
ويظهر الزنا
ويقل الرجال
ويكثر النساء
حتى يكون لخمسين امرأة القيم الواحد
26)
بين
يدي الساعة أيام
يرفع فيها العلم
وينزل فيها الجهل
ويكثر فيها الهرج
والهرج القتل
27) ان
من ورائكم أياما
ينزل فيها الجهل
ويرفع فيها العلم
ويكثر فيها الهرج
قالوا يا رسول الله وما الهرج قال القتل
28) إِنّ بين يديِ السّاعة أيَاما ،
يرفع فيهِنّ العلم ،
وينزِل فيهِنّ الجهل ،
ويكثر فيهِنّ الهرج
قال
: والهرج : القتل
29)
بيْن
يديِ السّاعة أيَام
يرفع فيها العلم ،
وينزِل فيهِنّ الجهل ،
ويظهر فيهِنّ الهرج
والهرج : القتل
30)
إِنّ
من أشراط السّاعة :
أن يرفع العلم ،
ويظهر الجهل ،
ويفشو الزِّنا ،
ويشرب الخمر ،
ويذهب الرِّجال ،
ويبقى النّساء
حتّى يكون لخمسين امرأة
قيِّم واحد
31)
لا تقوم السّاعة حتّى
يرفع
العلم ،
ويظهر
الجهل ،
ويقلّ الرّجال ،
وتكثر
النّساء ،
حتّى
يكون قيِّم خمسين امْرأة رجل واحد
32)
قبل
السّاعة أيَام
يرفع فيها العلم ،
وينزل فيها الجهل ،
ويكثر فيها الهرج ،
قال : قالا : الهرج :
القتل
33)
إِنّ
من أشراط السّاعة
أن يرفع العلم ،
ويظهر الجهل ،
ويفشو الزِّنا ،
ويشرب الخمر ،
ويذهب الرّجال ،
وتبقى النّساء ،
حتّى يكون لخمسين
امرأة قيِّم واحد
34)
لا
تقوم السّاعة ،
قال هَمّام : كلاهما قد
سمعت
حتّى يرفع العلم
ويظهر الجهل ،
وتشرب الخمر ،
ويظهر الزّنا ،
ويقلّ الرّجال ،
ويكثر النّساء ،
حتّى يكون لخمسين امرأة القيِّم الواحد
Setelah melakukan
perbandingan antara matan satu dengan matan yang lain, dari 34 riwayat tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa perbedaan diantarannya terdapat
beberapa riwayat yang agak panjang dan ada juga riwayat yang sedikit lebih
pendek. Adapun perbedaan lainnya yaitu:
a) Terdapat pada kalimat إِنَّ من أشراط الساعة pada
hadis no 1,3,8,11,12,13,23,24,25,30,33, ada pula yang tidak menyebutkan kata إن langsung pada من أشراط الساعة seperti pada
nomor 2,4,7,22. Pada hadis lain disebutkan dengan لا تقوم الساعة , pada no 5,20,21,31,34, juga pada riwayat yang lain disebutkan
إن بين يدي الساعة pada nomor
6,9,15,16,28, pada riwayat lain juga disebutkan dengan tidak menggunakan kata إن, langsung pada kata بين
يدي الساعة seperti pada nomor
17,18,26,29. Disebutkan juga pada riwayat lain dengan lafal قبل الساعة seperti pada nomor 19,32. Dan juga diriwayat lain disebutkan
dengan إن من ورائكم أياما seperti pada
nomor 27. Dalam riwayat lain juga disebutkan dengan lafal تقارب الزمان seperti pada nomor 10. Kemudian sebuah riwayat juga menyebutkan
dengan يكون بين يدي الساعة أيام seperti pada
nomor 14.
b) Terdapat pada kalimat يرفع العلم dalam riwayat lain disebutkan dengan يقل
العلم, ada
juga riwayat lain yang menyebutkan dengan يقبض
العلم, dan
juga يرفع فيهن العلم.
c) Terdapat pada kalimat يثبت الجهل dalam riwayat lain
disebutkan dengan يظهر الجهل, ada juga
riwayat lain yang menyebutkan dengan يكثر
الجهل dan
juga ينزل فيها الجهل dan juga ينزل فيهن الجهل dan juga يظهر فيهاالجهل.
d) Terdapat pada kalimat يشرب الخمر, dalam riwayat lain disebutkan dengan يكثر
شرب الخمر, dan
adapula riwayat yang tidak menggunakan kata الخمر, tetapi dengan
الخمور.
e) Terdapat pada kalimat يظهر الزنا, didalam riwayat lain يكثر
الزنا, ada
juga riwayat lain yang menyebutkan dengan يفشوا
الزنا.
f) Dan dalam beberapa riwayat
disebutkan حتي يكون لخمسين امرأة القيم الواحد, dan dalam
riwayat lain disebutkan dengan قيمهن tidak dengan قيم.
Setelah
melakukan perbandingan antara matan satu dengan matan yang lain penulis dapat
simpulkan bahwa hadis tersebut
diriwayatkan secara al-ma‘na> karena matan-matan tersebut berbeda
satu sama lain meskipun kandungannya sama.
C. Penelitian Kandungan Matan.[111]
Selanjutnya peneliti akan mencoba
meneliti apakah matan hadis yang penulis teliti benar-benar memenuhi kaidah
kesahihan matan atau tidak. Dikenal istilah kaidah mayor dan kaidah minor dalam
kesahihan matan suatu hadis. Kaidah mayor penelitian hadis yaitu terhindar dari
syuz\u>z\ yang mempunyai
kaidah minor.
1) Kaidah minor terhindar dari Syuz\u>z\[112]
(a).
Tidak bertentangan dengan al Qur‘an[113]
Hadis ini menjelaskan tentang
tanda-tanda datangnya hari kiamat,[114]
atau tanda bahwa dekatnya hari kiamat akan tiba.[115]
Dan salah satu tandanya ialah diangkatnya ilmu. Adapun yang dimaksud dengan
diangkatnya ilmu pada hadis
ini ialah wafatnya para ulama,[116]sebagaimana
dalam hadis ‘Àbdullah bin ‘Amru> وَلَكِنْ
يَقْبِضُهُ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ.[117]Adapun
ayat yang berkaitan dengan hadis ini sangat banyak. Penulis akan memberikan
satu ayat yang menunjukkan tidak adanya pertentangan antara hadis yang
diteliti. Dalam Qur’an surah al Kahfi:
وَكَذَلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوا
أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا إِذْ
يَتَنَازَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًا
رَبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ
لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا.[118]
Terjemahnya :
Dan
demikian (pula) kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu
mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak
ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka
orang-orang itu berkata “dirikan sebuah bangunan diatas (gua) mereka.” Tuhan
mereka lebih mengetahui tentang mereka orang-orang yang berkuasa atas urusan
mereka berkata “sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan
diatasanya.”
(b).
Tidak bertentangan dengan Hadis lain
Setelah penulis melakukan
penelitian, penulis tidak menemukan satupun hadis yang menunjukkan adanya
kontradiksi tentang akan terjadinya hari kiamat. Dan dalam hal ini, penulis
akan memberikan satu hadis yang berbicara tentang tanda kiamat:
إن
من أشراط الساعة أن تقاتلوا قوما ينتعلون نعال الشعر وإن من أشراط الساعة أن
تقاتلوا قوما عراض الوجوه كأن وجوههم المجان المطرق. [119]
Dalam
hadis tersebut menjelaskan tentang tanda kiamat, tapi meskipun isinya berbeda,
namun tujuan dan maksudnya sama yaitu hari kiamat itu akan terjadi.
(c).
Tidak bertentangan dengan Sejarah
Dalam hadis yang diteliti,
penulis tidak dapat membuktikan hadis tersebut bertentangan dengan sejarah.
Sebab, kasus dalam hadis tersebut menyangkut masalah hari kiamat, yang belum
terjadi.
(d).
Tidak bertentangan dengan kaidah kebahasaan
(e).
Tidak bertentangan dengan akal sehat
Secara
rasional, hadis yang diteliti oleh penulis, tidak bertentangan dengan akal
sehat. Sebab, yang terdapat dalam pembahasan hadis ini adalah tanda datangnya
hari kiamat. Sedangkan adanya hari kiamat itu sendiri, sudah dijelaskan dalam
al Qur‘a>n.
Setelah
melakukan perbandingan antara matan yang satu dan matan yang lain dari 34
riwayat tersebut, dapat dilihat bahwa dalam riwayat tersebut terdapat beberapa
perbedaan. Namun, semua perbedaan itu tidak ada satupun yang merusak makna
hadis. Jadi dapat disimpulkan hadis ini merupakan riwa>yah bi al ma‘na.
Dan matan hadis ini statusnya s}ah}i>h} berdasarkan pertimbangan yang
telah penulis kemukakan.
BAB
II
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas,
maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Setelah melacak dari kitab sumber
berdasarkan kode-kode dari kitab takhri>j, ditemukan bahwa \hadis ini
diriwayatkan oleh enam mukharij dikitab
sumbernya dengan jumlah 34 riwayat hadis\, adapun rinciannya yaitu: S{ah}i>h}
Bukha>ri> 6 riwayat, S{ah}i>h}
Muslim 4 riwayat, Sunan al Nasa>i>,
1 riwayat, Sunan al Tirmiz\i>, 1 riwayat, Sunan ibnu Ma>jah 2
riwayat, Musnad Ah}mad bin H{anbal 20 riwayat.
2. Dalam hadis yang diteliti,
terdapat 5 Sya>hid dalam hadis
tersebut yaitu Anas Bin Ma>lik, Abu> Hurai>rah, ‘Abdullah, Abu>
Mu>sa, dan ‘Amru Bin Taglib. Dan Muta>bi‘ nya sejumlah 7, yaitu
Abu> al T{ayyah}, Qata>dah, Syaqi>q, Abi> Wa>’il, ‘Abdu al
Rah}man Bin ‘Auf, H{asan, ‘Ajla>n.
3. Adapun kualitas
hadis yang menjadi obyek naqd al
sanad
dalam makalah
ini dinilai s{ah{i>h}.
Dengan melihat penilaian ulama’ pada setiap tingkatan rawi dinilai S|iqah. Begitu pula dari segi
matannya, karena terbebas dari sya>z\
dan terbebas dari ‘illah, yakni tidak bertentangan dengan
dalil-dalil Al-Qur’an yang berhubungan dengan matan hadis tersebut, juga tidak
bertentangan dengan hadis yang lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa hadis
tentang tanda-tanda kiamat berstatus s}ah}i>h}.
4. Hadis ini menjelaskan tentang
tanda-tanda datangnya hari kiamat. Dan salah satu tandanya ialah diangkatnya
ilmu. Adapun yang dimaksud dengan diangkatnya ilmu dalam hadis ini ialah
wafatnya para ulama, sebagaimana dalam hadis ‘Àbdullah bin ‘Amru> وَلَكِنْ يَقْبِضُهُ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ .
5. Adapun penilaian Syekh Abu>
‘Abdi al Rah}man Muh}ammad Nas}i>r al Di>n al
Alba>ni> mengenai hadis ini yaitu s}ah}i>h}.[120]
Sedangkan menurut Imam Tirmiz\i>, hadis ini hasan s}ah}i>h}.[121]Dan
Imam Ah}mad menilainya H{asan.[122]
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Ajli>, Abi> al-H{asan Ah}mad ibn ‘Abdullah ibn S{a>lih}. Ma’rifah al-S\iqa>h, Cet. I; Maktabah
al-Da>r bi al-Madi>nah al-Munawwarah, 1405 H.
‘Alimi, Ah}mad. Tokoh dan ‘Ulama’ Ilmu Hadis Cet. I, Jawa Timur: Mashun, 2008.
Al-‘Arabiyah, Majma‘ al Lugah. al Mu‘jam al Wajiz{,
Cet. I; Mesir: Majma‘ al Lugah al ‘Arabiyah, 1980.
Al-‘Az}i>z}, Fai>s}al bin ‘Abdu. Tat}ri>z}
Riya>d al Sa>lih}i>n, Cet. I; Riya>d: Da>r al ‘A<s}imah
li al Nasyrih} wa al Tawz}i>‘, 2002.
Al-‘Ira>qi>, ‘Abd al-Rah}i>m bin al-H{usain. al-Taqyi>d wa al-I<d}a>h} Syarh} Muqaddamah Ibn
al-S{ala>h}, Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr, 1970.
Abdurrah}man, Studi Kitab
Hadis Cet; I, Yogyakarta: Teras, 2003.
Abdurrrahman dan Elan Sumarna, Metode Kritik Hadis,
Cet. II; Bandung: Rosda Karya, 2013.
Abi> Bakri, ‘Abba>s Syams al Di>n Ah}mad bin
Muh}ammad bin. Wafaya>t al A‘ya>ni Anba>’u Abna>’i al Z{ama>n
,Beirut: Da>r T{a>dir, 281 H.
Al-Abna>si>, Ibra>hi>m bin Mu>sa>. al-Sya>z\z\ al-Fiya>h} min ‘Ulu>m Ibn
al-S{ala>h, } Riya>d}: Maktabah
al-Rusyd, 1998 M.
Al-Adlabi, S{alah al Din. Manhaj Naqd al Matn ‘inda
‘Ulama’ al H{adis\ al Nabawi> Beirut: Da>r al Afaq al Jadi>dah,
t.th.
Ah}mad, Muh}ammad dan Muzakkir. ‘Ulu>m al
Hadi>s Cet. X, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Ah}mad, Z{ai>n al Di>n ‘Abdu al Rah}man bin. Ja>mi‘
al ‘Ulu>m wa al H}ukm fi> Syarh}i Khamsi>na H{adi>s\an fi>
Jawa>mi‘ al Kalam, Beirut: Muassasah al Risa>lah, 2001.
Ahmad, Arifuddin. Paradigma Baru Memahami Hadis
Nabi: Refleksi Pemikiran Pembaruan Prof. Dr. Muhammad Syuhudi Ismail Cet;
I, Jakarta: Renaisan, 2005.
Al-Alba>ni, Muh}ammad Na>s}iruddi>n. S{ah}i>h}u
wa D\\a’i>fu al Ja>mi’ al- S{agi>r wa ziya>datuhu Beirut:
al-Makta>ba al Isla>mi,>1408 H.
Ami>n, Ahmad. Fajr al Isla>m Kairo: Maktabah al Nahdah, 1975.
Al-As\qala>ni>, Ibnu Ha>jar. Nuz}hah al
Nazar, Syarh Nukhbah al Fikar fi> Mus}t}alah} ahl al As\ar Kairo: Maktabah ibnu Tai>miyyah, 199.
Asse, Ambo. Ilmu Hadis Pengantar Memahami Hadis
Nabi, Cet; I, Makassar: Alauddin University Press, 2010.
Danarta, Agung. Perempuan
Periwayat Hadis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Darwis, Burhanuddin. Hadis tentang Takdir dalam
Teologi Asy‘ariyah, Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2011.
Fau>ri,
‘Ala>iddi>n ‘ali> al-Muttaqi> bin H{isa>m al-Di>n
al-Hundi> al-Burha>n. Kanzu al ‘Umma>l , Juz. 14 Beirut:
Muassasah al-Risa>lah,1989 .
Al-Ha>diy, Abu> Muh}ammad Mahdiy ‘Abd al-Qa>dir
ibn ‘Abd. T}uruq Takhri>j
H}adi>s\ Rasulillah saw. diterjemahkan
oleh Said Aqil Husain Munawwar dan Ahmad Rifqi Mukhtar. Metode Takhrij Hadis Cet. I; Semarang: Dina Utama, 1994 M.
Idris, Studi Hadis Jakarta: Kencana, 2010.
Ismail, M. Syuhudi. Kaedah Kesahihan Matan Hadis, Bandung:
Angkasa, t.th.
. , Pengantar Ilmu Hadis, Bandung: Angkasa, t.th, h. 113.
,“Metodologi Penelitian Hadis Nabi”, cet. I;
Jakarta:Bulan Bintang, 1992.
‘Itr, Nuruddin. Ulu>mul Hadi>s, Cet.II
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Al-Ja>mil, Al Qur‘a>n Tajwid Warna,Terjemah
Per Kata, Terjemah Inggris Bekasi:
Cipta Bagus Segera, 2012.
Al-Jawz{i>, Jama>l al Di>n Abu> al Farji
‘Abdu al Rah}man bin ‘Ali> bin Muh}ammad. Kasyfu al Misyka>l min
H{adi>s\i al S{ah}i>h}ai>ni, Riya>d}: Da>r al Wat}ani, t.th.
Al-Ju’fi>, Muhammad bin isma>il Abu>
‘abdilla>h al Bukha>ri.> al Ja>mi’ al S{ah}i>h} al Mukhtas{ar,
Juz I Bei>ru>t: Da>r Ibnu Kas\i>r, 1987.
Al-Kandalawi>, Muh}ammad
Zakariya> bin Muh}ammad Yah}ya>. Muqaddimah Awjaz al-Masa>lik
ila> Muwat}t}}a’, India: Mat}ba‘ah
al-Sa‘a>dah, 1973.
Khaeruman, Badri. Otentisitas Hadis, Bandung:
Rosda Karya, 2004.
Al-Khat}i>b,
Muh}ammad ‘Ajja>j. Us}u>l al-H{adi>s\, Beirut: Da>r al-Fikr, 1989.
Khon, ‘Abdul Ma>jid. ‘Ulu>m
al H{adi>s Cet; IV, Jakarta: Amz}ah, 2010.
Al-Khutai>bi,
Ah}mad bin
‘Ali> Abu> Bakar. Ta>ri>khu
Bagda>di> Beirut: Da>r al Kutu>b al
‘Ilmiyyah, t.th, Juz: IV,
Al-Ma>lik, Ibnu Bit}a>l Abu> H{asan ‘Ali>
bin Khalaf bin ‘Abdu. Syarh}u S{ahi>hi al Bukha>ri> li Ibni
Bit}a>l, Riya>d: Maktabah al Rasydi, 2003.
Al-Misya>ti, Husni Muh}ammad. al
Taqri>ra>tu al Saniyatu Beirut: Da>r al Kita>b al ‘Arabi>,
1996.
Al-Mizzi>, Al-Hafi>z}
al-Muh}aqqiq Muh}addis\ al-Sya>m Jama>l al-Di>n Abu>>
al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakki> ‘Abd al-Rah}ma>n bin Yu>suf
al-Qadla>‘i> al-Kalbi. Tuh}fatu al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f,
juz I, Bai>ru>t: al-Maktabah al-Isla>mi>,
1403.
, Tahzi>b al-Kama>l
fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz I, Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah,
1992.
Mu‘az\, T{ariq ibnu ~~‘Iwad}allah ibnu Muh}ammad Abu. Al
Irsyadat fi> Taqwiyat al Ah}a>dis\ bi al syawa>hid bi al Muta>ba‘at,
Kairo: Maktabah Ibn Taimiyah, 1998.
Mu>sa, Abu> Muh}ammad Mah}mu>d bin Ah}mad
bin. ‘Umdah al Qa>ri>’ Syarh}u S{ah}i>h}I al Bukha>ri>, Beirut:
Da>r Ih}ya>’ al Tura>s\ al ‘Arabi>, t.th.
Muba>rak, Abu> ‘Abdu al Rah}man ‘Abdullah bin. Al
Zahdu wa al Riqa>iq li Ibni al Muba>rak, Beirut: Da>r al Kutub al
‘Ilmiyyah, t.th.
Muh}ammad, ‘Ali> bin. Mirqa>t
al Mafa>ti>h} Syarh}u Misyka>t al Mas}a>bi>h}, Beirut:
Da>r al Fikri, 2002.
Al-Naisabu>ri>, Abu> al-H}usain Muslim ibn
al-H{ajja>j al-Qusyairi.
S{ah{i>h{ Muslim, Juz II Indonesia: Da>r Ih}ya>’ al-Kitab
al-‘Arabi>, t.th.
Nas}ri>, ‘Ali> bin Habbah
Allah bin Abi.> Al Ikma>lu fi>
Raf‘i al Irtiya>b ‘an al Mu’talafi wa al Mukhtalafi fi> Asma>i wa al
Kuni Beirut: Da>r al Kutu>b al ‘Ilmiyyah, 1411.
Al-Nasa>’i>, Ah}mad bin Syu‘ai>b Abu> ‘Abd
al-Rah}ma>n. Sunan an-Nasa>’i>, Juz VI al-Riya>dh: Maktab
al-Ma’a>rif Linats\ir wa al-Tauzi>’, 1417 H.
Al-Nawawi>, Abu> Z{akariyya Muh}yi> al
Di>n Yah}ya bin Syari>f. Al Minha>ju Syarh}u S{ah}i>h}i Muslim
bin al H{ajja>j , Cet. II; Beirut:Da>r Ih}ya’ al Tura>s\ al
‘Arabi>, 1392.
, Syarf al-Taqri>b li
al-Nawawi> Fann Us}u>l al-H{adi>s\,
Kairo:
‘Abd al-Rah}ma>n Muh}ammad, t. th.
Qa>sim, H{amz}ah Muh}ammad. Mana>r al
Qa>ri>’ Syarh} Mukhtas}ar li Sah}i>h}I al Bukha>ri>, Dimasyqi:
Maktabah Da>r al Baya>n, 1990.
Al-Qa>simi>, Jama>l al-Di>n. Qawa>‘id al-Tah}di>s\ min Funu>n Mus}t}alah}
al-H{adi>s\, t. tp: ‘I<sa al-Ba>bi>,
wa al-Syurakah, 196.
Al-Qast}ala>ni>, Ah}mad bin Muh}ammad bin Abi>
Bakri bin ‘Abdu al Ma>lik. Irsya>d al
Sa>ri> Syarh}i S{ah}i>h}I al Bukha>ri>, Mesir: Al Mat}bu‘ah al Kubra> al Ami>riyyah, 1323.
Al-Qatha>n, Manna’. Terj, Mifd}a>l
‘Abdurrah}man, Pengantar Studi Ilmu Hadi>s, Cet; V, Jakarta Timur:
Pustaka al-Kautsar, 2009.
Al-Qazwa>ni>, Muh}ammad ibn Yazi>d Abu>
‘Abd al-Allah. Sunan Ibnu Ma>jah, Bei>ru>t: Maktab
al-Ma’a>rif Linats\ir wa al-Tauzi>’, 1417 H.
Rajab, Kaedah Kesahihan Matan Hadis, Cet. I;
Yogyakarta: Graha Guru, 2011.
Al-S{iddiqi>, T.M. Hasbi. Pokok-pokok
Dira>yah Hadis, Juz I Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
, Sejarah dan Pengantar Ilmu
H}adi>s\, Semarang: PT Pustaka
Rezki Putra, 1997.
Al-S}a>lih, Shubhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis Cet.
VIII; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009 judul asli Ulu>m al-Hadis} wa
Mus\talahu Beirut: Da>r al-‘Ilmi lil-Malayyin, 1997.
Sa>lim, Ah}mad bin ‘Umar bin. Al Muqtarib fi> Baya>ni al Mud}tarib t.tp:t.p, t.th, Juz: I
Al-Sakha>>wi>, Muh}ammad
bin ‘Abd al-Rah}ma>n. al-Taud}i>h} al-Abhar li Taz\kirah Ibn
al-Malaqqan fi> ‘Ilm al-As\ar, al-Sa‘u>diyyah:
Maktabah Us}u>l al-Salaf, 1418 H.
Salam, Bustamin
M. Isa H.A. Metodologi Kritik Hadis, Cet. I, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
Al-Silmi>,
Ahmad bin ‘i>sa abu> al Tirmiz\i>. al Ja>mi’ al S{ah}i>h}
sunan al Tirmiz\i>} juz IV Beirut, Da>r Ih}ya>’ al Tira>s\i al ‘Arabi> , t.th.
Soetari, Endang. Ilmu Hadis Kajian Riwa>yah dan
Di>rayah, Cet. II; Bandung: Amal Bakti Press, 1997.
Solahuddin
& Agus Suyadi, Ulumul Hadis
Cet. I; Bandung Pustaka Setia, 2009.
Al-Suyu>t}i>, ‘Abdu al Rah}man bin Abi> Bakar
Jala>l al Di>n. Tadri>b al Ra>wi> fi> Syarh}I Taqri>b
al Nawa>wi> t.tp: t.p, t.th, Juz: I.
Al-Sya>fi‘i,
Al-H{a>fiz} Jala>l al-Di>n Abu> al- Fad}l ‘Abd al-Rah}ma>n bin
Abi> Bakar Muh}ammad al-Khudairi> al-Suyu>t}i>. al-Ja>mi‘
al-S{ag}i>r min H{adi>s\ al-Basyi>r al-Naz\i>r Cet; II, Beirut: Da>r al-Kutub
al-‘Alamiyah, 2004.
Al-Syaiba>ni>, Ah}mad ibn H{anbal Abu> ‘Abd
al-Allah. Musnad al-Ima>m Ah}mad ibn H{anbal, Cairo: Muassasah
al-Risa>lah, 1419 H/ 1998 M.
Al-Syaira>zi>,
Abu> Ish{a>q. T{abaqa>t al-Fuqaha>’ Beirut: Da>r
al-Ra>id al-‘Arabi>, 1970 M.
Al-T{ah}h}a>n, Mahmud. Taysir Must}alah}
al-H{adi>s\, Surabaya; al-Hidayah, t.th.
, Us}u>l al-Takhri>j
wa Dira>sah al-Asa>ni>d, Cet. III; al-Riya>d}: Maktabah
al-Ma’a>rif, 1996.
Al-Tatawwi>, Muh}ammad bin ‘Abdu al Ha>di.> Ha>syiya>h
al Sanadi ‘Ala> Sunani ibn Ma>jah, Beirut: Da>r al Ji>l, t.th.
‘Us\man, Syams al Di>n Abu> ‘Abdillah Muh}ammad
bin Ah}mad bin. Al Mu>qiz}atu fi> ‘Ilmi Mus}t}alah} al H{adi>si
t.d.
Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic,
Cet. III; Beirut: Librairie du Liban, 1980.
Weinsinck, A.J. terj. Muh}ammad
Fua>d ‘Abd al-Ba>qiy, al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z}
al-H}adi>s\ al-Nabawiy, Juz. III, Laeden: I.J Brill, 1969 M.
Al-Z\|ahabi>, Syams al Di>n Abi> ‘Abdillah
Muh}ammad bin Ah}mad. Al Ka>syifu fi> Ma‘rifah Man Lahu Riwa>yah fi
al Kutu>b al Sittah (Jeddah: Da>r al Qiblati li al S|iqa>fati al
Islamiyyah, t.th.
Zakariya, Abu> al-H{usain Ah}mad ibn
Fa>ris ibn. Mu’jam Maqa>yis al-Lug}ah, Juz V Beirut: Da>r
al-Fikr, 1399 H/1979 M.
[1]Abu>
Muh}ammad Mahdiy ‘Abd
al-Qa>dir ibn ‘Abd al-Ha>diy.
T}uruq Takhri>j H}adi>s\ Rasulillah saw. terj oleh Said Aqil
Husain Munawwar dan Ahmad Rifqi Mukhtar. Metode Takhrij Hadis (Cet. I;
Semarang: Dina Utama, 1994 M.), h. 2.
Lihat Majma‘ al Lugah al ‘Arabiyah, al Mu‘jam al Wajiz{ (Cet. I; Mesir:
Majma‘ al Lugah al ‘Arabiyah, 1980), h. 189.
[2]Hans
Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (Cet. III; Beirut: Librairie
du Liban, 1980), h. 232.
[3]Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Us}u>l
al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>ni>d (Cet. III; al-Riya>d}:
Maktabah al-Ma’a>rif, 1417 H./1996 M), hal. 7.
Lihat juga Muh}ammad
‘Ajja>j al-Khat}i>b, Us}u>l al-H{adi>s\ (Beirut: Da>r
al-Fikr, 1989), hal. 27.
[4]Muh}ammad
Ah}mad, ‘Ulu>mul H{adis (Cet.
1; Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h. 131.
[6]Ibid.,
h. 6.
[7] TM.
Hasbi Asshiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu H}adi>s\. (Semarang: PT
Pustaka Rezki Putra, 1997), h. 170.
[9] Al-H{a>fiz} Jala>l al-Di>n Abu> al- Fad}l ‘Abd al-Rah}ma>n bin
Abi> Bakar Muh}ammad al-Khudairi> al-Suyu>t}i> al-Sya>fi‘I, al-Ja>mi‘ al-S{ag}i>r min H{adi>s\ al-Basyi>r
al-Naz\i>r (Cet; II,
Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Alamiyah, 2004), h. 143.
[10]Ibid.,
h. 60.
[11]A.J. Weinsinck terj. Muh}ammad Fua>d
‘Abd al-Ba>qiy, al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H}adi>s\
al-Nabawiy, Juz. III,
(Laeden: I.J Brill, 1969 M), h. 100.
[12]Ibid.,
Juz II, h. 281.
[13]Ibid.,
Juz IV, h. 88.
[14]Adapun kode-kode yang digunakan didalam kitab al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H}adi>s\
al-Nabawiy karangan A.J. Weinsinck adalah:
(خ) S}ah{i>h{ al-Bukha>riy,( م) S}ah}i>h Muslim,( ت) Sunan al-Turmuz\iy, (ن) Sunan al-Nasa>iy, (د) Sunan Abi> Da>wud, (جه) Sunan Ibn Ma>jah, (ط) Muwat}t}a’
Ma>lik, (حم)Musnad Ah}mad, (دي) Sunan al-Da>rimiy.
[16]
Solahuddin & Agus Suyadi, Ulumul
Hadis (Cet. I; Bandung Pustaka Setia, 2009), h. 196.
[17] al-Hafi>z} al-Muh}aqqiq Muh}addis\ al-Sya>m Jama>l
al-Di>n Abu>> al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakki> ‘Abd
al-Rah}ma>n bin Yu>suf al-Qadla>‘i> al-Kalbi al-Mizzi>,
Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f,
juz I, (Bai>ru>t: al-Maktabah
al-Isla>mi>, 1403), h. 257.
[19] ‘Ala>iddi>n ‘ali> al-Muttaqi> bin
H{isa>m al-Di>n al-Hundi> al-Burha>n Fau>ri, Kanzul
‘Umma>l , Juz. 14 (Beirut: Muassasah al-Risa>lah,1989 ), h. 210.
[21] Muh}ammad
Na>s}iruddi>n al-Alba>ni, S{ah}i>h}u wa D\\a’i>fu al
Ja>mi’ al- S{agi>r wa ziya>datuhu (Beirut: al-Makta>ba al
Isla>mi,>1408 H), h. 439.
[22]Muhammad bin isma>il Abu> ‘abdilla>h al
Bukha>ri> al Ju’fi> , al Ja>mi’
al S{ah}i>h} al Mukhtas{ar, Juz I (Bei>ru>t:
Da>r Ibnu Kas\i>r, 1987), h. 46.
[23]Ibid.,
[24]Ibid.,
juz III, h. 395.
[25]Ibid.,
Juz IV, h. 11.
[26]Ibid.,
h. 252.
[27]Ibid.,
[28]Abu>
al-H}usain Muslim ibn al-H{ajja>j al-Qusyairi al-Naisabu>ri>, S{ah{i>h{
Muslim, Juz II (Indonesia: Da>r Ih}ya>’ al-Kitab al-‘Arabi>,
t.th.), h. 463.
[29]Ibid.,
[30] Ibid.,
[31]Ibid.,
h. 463-464
[32]Ah}mad
bin Syu‘ai>b Abu> ‘Abd al-Rah}ma>n al-Nasa>’i>, Sunan
an-Nasa>’i>, Juz VI (al-Riya>dh: Maktab al-Ma’a>rif Linats\ir
wa al-Tauzi>’, 1417 H), h.8.
[33]Ahmad bin
‘i>sa abu> al Tirmiz\i> al Silmi>, al Ja>mi’ al
S{ah}i>h} sunan al Tirmiz\i>} juz IV (Beirut, Da>r Ih}ya>’ al Tira>s\i al ‘Arabi> , t.th), h. 491.
[34]Muh}ammad
ibn Yazi>d Abu> ‘Abd al-Allah al-Qazwa>ni>, Sunan Ibnu Ma>jah,
(Bei>ru>t: Maktab al-Ma’a>rif Linats\ir wa al-Tauzi>’, 1417 H), h.
669.
[35]Ibid.,
669.
[36]Ah}mad
ibn H{anbal Abu> ‘Abd al-Allah al-Syaiba>ni>, Musnad al-Ima>m
Ah}mad ibn H{ambal, (Cairo: Muassasah al-Risa>lah, 1419 H/ 1998 M), Juz:
I, h. 389.
[37]Ibid., h.402
[38] Ibid.,
h. 405
[39] Ibid.,
h.439.
[40] Ibid.,
h.450.
[41] Ibid.,
Juz II, h 428.
[42] Ibid.,
Juz III, h 98.
[43] Ibid.,
h. 151.
[44] Ibid.,
h. 202.
[45] Ibid.,
h. 213.
[46] Ibid.,
h. 289.
[47] Ibid.,
Juz IV h. 392.
[48] Ibid.,
h. 405.
[49]Ibid.,
Juz: VI, h. 367.
[50]Ibid.,
h. 396.
[51]Ibid.,
Juz: VII, h. 176.
[52]Ibid.,
h.273.
[53]Ibid.,
h.332-333.
[54]Ibid.,
Juz XXI ,h. 356-357.
[55]Ibid.,
h. 289.
[56]I‘tibar ialah mendeskripsikan atau memaparkan sesuatu
apa adanya (sesuai dengan kenyataan) untuk selanjutnya dilakukan kajian atau studi kritis
terhadapnya dalam rangka menjelaskan dan mengungkapkan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan masalah
yang dibahas, termasuk semua jalur periwayatan hadis di i‘tibar kan
dalam bentuk skema. Lihat Ambo Asse, Ilmu Hadis Pengantar Memahami Hadis
Nabi, (Cet; I, Makassar: Alauddin university Press, 2010), h. 184.
[57]Sya>hid
adalah hadis yang diriwayatkan dari sahabat lain yang menyerupai suatu hadis
yang diduga menyendiri, baik serupa dalam redaksi dan maknanya maupun hanya
serupa dalam maknanya saja. Lihat Nuruddin ‘Itr, Ulu>mul H{adi>s,
Cet.II ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 446.
[58]Muta>bi‘ adalah kesesuaian antara seorang rawi dan
rawi lain dalam meriwayatkan sebuah hadis. Baik ia meriwayatkan hadis tersebut
dari guru rawi lain itu atau dari orang yang lebih atas lagi. Lihat Ibid., h.
445.
[59]Hadis
Gari>b menurut bahasa adalah hadis yang menyendiri. Lihat Husni
Muh}ammad al Misya>ti, al Taqri>ra>tu al Saniyatu (Beirut:
Da>r al Kita>b al ‘Arabi>, 1996), h.60.
[60]Hadis
Masyhur ialah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang lebih pada setiap
tingkatan pada beberapa tingkatan sanad tetapi tidak mencapai kriteria mutawa>tir.
Lihat ‘Abdul Ma>jid Khon, ‘Ulu>m al H{adi>s (Cet; IV, Jakarta:
Amz}ah, 2010), h.139.
[61]Mutawa>tir adalah apa yang diriwayatkan oleh sejumlah
banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai
dari awal hingga akhir sanad. Lihat Manna’ al-Qatha>n, Terj, Mifd}a>l
‘Abdurrah}man, Pengantar Studi Ilmu Hadi>s, (Cet; V, Jakarta Timur:
Pustaka al-Kautsar, 2009), h. 110. Lihat juga Idris, Studi Hadis (Jakarta:
Kencana, 2010), h. 130.
[62]T{ariq
ibnu ~~‘Iwad}allah ibnu Muh}ammad Abu Mu‘az\, Al Irsyadat fi> Taqwiyat al
Ah}a>dis\ bi al syawa>hid bi al Muta>ba‘at (Cet. I; Kairo:
Maktabah Ibn Taimiyah, 1998), h. 10.
[63]Manna‘
al Qat}t}a>n, Terj, Mifd}al Abdu al Rahman, op. cit., h. 193.}
[64]Arifuddin
Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi: Refleksi Pemikiran Pembaruan
Prof. Dr. Muhammad Syuhudi Ismail (Cet; I, Jakarta: Renaisan, 2005), h. 75.
[65]Kemampuan
rawi memelihara hadis, baik melalui hafalan maupun catatan, yaitu mampu
meriwayatkan hadis itu sebagaimana diterimanya. Endang Soetari, Ilmu Hadis Kajian Riwa>yah dan Di>rayah,
(Cet. II; Bandung: Amal Bakti Press, 1997), h. 106. Lihat: Abu> Zakariya> Muh}y al-Di>n bin Syarf al-Nawawi>, al-Taqri>b
li al-Nawawi> Fann Us}u>l al-H{adi>s\ (Kairo: ‘Abd al-Rah}ma>n
Muh}ammad, t. th.), hal. 2, al-Asqala>ni, Nuz}ah al-Naz}ar Syarh} Nukhbah
al-Fikr (Semarang: Maktabah al-Munawwar, t. th.), hal. 12-13, Jama>l
al-Di>n al-Qa>simi>, Qawa>‘id al-Tah}di>s\ min Funu>n
Mus}t}alah} al-H{adi>s\ (t. tp: ‘I<sa al-Ba>bi>, wa
al-Syurakah, 1961), hal. 79, dan Muh}ammad Zakariya> bin Muh}ammad Yah}ya>
al-Kandalawi>, Muqaddimah Awjaz al-Masa>lik ila> Muwat}t}}a’
juz I (India: Mat}ba‘ah al-Sa‘a>dah, 1973), hal. 116.
[67]Abdurrah}man,
Studi Kitab Hadis (Cet; I, Yogyakarta: Teras, 2003), h. 25. Lihat juga
‘Abba>s Syams al Di>n Ah}mad bin Muh}ammad bin Abi> Bakri, Wafaya>t
al A‘ya>ni Anba>’u Abna>’I al Z{ama>n (Beirut: Da>r
T{a>dir, 281 H), h. 63.
[68]Syamsuddi>n
Abi> ‘Abdillah Muh}ammad bin Ah}mad al Z\|ahabi>, Al Ka>syifu
fi> Ma‘rifah Man Lahu Riwa>yah fi al Kutu>b al Sittah (Jeddah:
Da>r al Qiblati li al S|iqa>fati al Islamiyyah, t.th), Juz: I, h.202.
Lihat juga Agung Danarta, Perempuan Periwayat Hadis (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), h. 58.
[69]Jama>l
al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b
al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz I, (Beirut: Mu’assasah
al-Risa>lah, 1992), h. 437. Selanjutnya ditulis dengan nama Al
Mizzi>.
[70] Abu> Ish{a>q
al-Syaira>zi>, T{abaqa>t al-Fuqaha>’ (Beirut: Da>r
al-Ra>id al-‘Arabi>, 1970 M.), h. 91.
[71]
Al Mizzi>, op. cit., h. 438.
[72]Ibid.,
h. 441. Lihat Burhanuddin Darwis, Hadis tentang Takdir dalam Teologi
Asy‘ariyah (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 108.
[73]Ibid.,
h. 442. Dapat juga dilihat pada Ah}mad bin ‘Ali> Abu> Bakar al
Khutai>bi, Ta>ri>khu Bagda>di> (Beirut: Da>r al
Kutu>b al ‘Ilmiyyah, t.th), Juz: IV, h. 413.
[74]‘Abdu
al Rah}man bin Abi> Bakar Jala>l al Di>n al Suyu>t}i>, Tadri>b
al Ra>wi> fi> Syarh} Taqri>b al Nawa>wi> (t.d), Juz: I,
h. 13.
[75]Ah}mad
bin ‘Umar bin Sa>lim, Al Muqtarib fi> Baya>n al Mud}tarib
(t.tp:t.p, t.th), Juz: I, h. 132.
[76]Abi> al-H{asan Ah}mad ibn ‘Abdullah
ibn S{a>lih} al-‘Ajli>, Ma’rifah al-S\iqa>h, Juz I, (Cet. I;
Maktabah al-Da>r bi al-Madi>nah al-Munawwarah, 1405 H), h. 42.
[77]Syams
al Di>n Abu> ‘Abdillah Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Us\man, Al
Mu>qiz}atu fi> ‘Ilmi Mus}t}alah} al H{adi>si (t.d), Juz I, h. 20.
[78]Al-Mizzi>,
op. cit., Juz I, h. 453-454.
[79]Ibid.,
Juz:XVIII, h. 99.
[80]Ibid.,
h. 102.
[81]Ibid.,
h. 100.
[82]Ibid.,
h. 101.
[83]‘Ali>
bin Habbah Allah bin Abi> nas}ri>, Al Ikma>lu fi> Raf‘i al
Irtiya>b ‘an al Mu’talafi wa al Mukhtalafi fi> Asma>i wa al Kuni
(Beirut: Da>r al Kutu>b al ‘Ilmiyyah, 1411), h. 589.
[84]Man
Takallama F>i>hi Wahua Mau>s\iqu aw S{a>lih}u fi al H{adi>s\i.
Juz: I, h. 38.
[85]Al-Mizzi>,
op. cit., Juz XVIII, h. 102.
[86]Al-Mizzi>,
op. cit., Juz XVIII, h. 478. Lihat Abu> Muh}ammad Mah}mu>d bin
Ah}mad bin Mu>sa, ‘Umdah al Qa>ri>’ Syarh} S{ah}i>h} al
Bukha>ri> (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al Tura>s\ al ‘Arabi>,
t.th), h. 82.
[87]Ibid.,
h. 483.
[88]Ibid.,
h. 479-481.
[89]Ibid.,
h. 482-483.
[90]Riwa>yat
al Abna>‘ ‘an al A<ba> Ialah ditemukannya dalam sanad hadis,
anak meriwayatkan hadis dari bapaknya. Lihat Mahmud al-T{ah}h}a>n, Taysir
Must}alah} al-H{adi>s\, (Surabaya; al-Hidayah, t.th), h.19
[91]Al-Mizzi>,
op. cit., Juz XXXII, h. 109.
[92]Ibid.,
h. 111. Lihat Ah}mad bin Muh}ammad bin Abi> Bakri bin ‘Abdu al Ma>lik al
Qast}ala>ni>, Irsya>d al Sa>ri> Syarh} S{ah}i>h} al
Bukha>ri> (Mesir: Al Mat}bu‘ah al Kubra> al Ami>riyyah, 1323),
h. 180.
[93]Ibid.,
h. 109-110.
[94]Ibid.,
h. 111.
[95]Ibid.,
Juz: III, h. 353.
[96]Ah}mad
‘Alimi, Tokoh dan ‘Ulama’ Ilmu Hadis (Cet. I; Jawa Timur: Mashun, 2008),
h. 62.
[97]Al-Mizzi>,
op. cit., Juz: III, h. 353-363.
[98]Ah}mad
‘Alimi, op. cit., h. 62.
[99]Muh}ammad
Ah}mad dan Muzakkir, ‘Ulu>m al Hadi>s (Cet. X, Bandung: Pustaka
Setia, 2008), h. 168.
[100]Menurut
bahasa, kata Matan berasal dari bahasa Arab yang artinya punggung jalan
(muka jalan), tanah yang tinggi dan keras. matan menurut ilmu hadis adalah
penghujung sanad, yakni sabda Nabi SAW., yang disebut setelah sanad. Matan
hadis adalah isi hadis dan terbagi tiga yaitu ucapan, perbuatan, dan ketetapan
Nabi Muhammad SAW. Lihat, Bustamin M. Isa H.A. Salam, Metodologi Kritik
Hadis, (Cet. I, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 89.
Menurut S{alah al Din al Adlabi>, Istilah “matan” untuk teks riwayat atau
teks hadis. Lihat S{alah al Din al Adlabi, Manhaj Naqd al Matn ‘inda
‘Ulama’ al H{adis\ al Nabawi> (Beirut: Da>r al Afaq al Jadi>dah,
t.th), h. 30.
[101]Rajab,
Kaedah Kesahihan Matan Hadis, (Cet. I; Yogyakarta: Grha Guru, 2011), h.
143.
[102]Hadis
dimaksud ditemukan paling tidak di 75 tempat dalam Kutu>b al Tis‘ah
bersumber dari sejumlah sahabat Nabi.
[103]Ahmad
Ami>n, Fajr al Isla>m (Kairo: Maktabah al Nahdah, 1975), h. 210-211.
[104]M.
Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Matan Hadis, (Bandung: Angkasa, t.th),
h. 68.
[105]Badri
Khaeruman, Otentisitas Hadis, (Bandung: Rosda Karya, 2004), h. 259.
Lihat juga T.M. Hasbi al S{iddiqi>, Pokok-pokok Dira>yah Hadis, Juz
I (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 128.
[106]Penyakit
atau sesuatu yang menyebabkan ke-s{ah}i>h}-an hadis ternodai. Lihat
Abdurrrahman dan Elan Sumarna, Metode Kritik Hadis (Cet. II; Bandung:
Rosda Karya, 2013), h. 15.
[107]Menurut
bahasa kata ‘Maqlub’ adalah isim maf’ul dari kata ‘Qalb’ yang
berarti memalingkan sesuatu dari satu sisi yang satu kesisi yang lain atau
membalik sesuatu dari bentuk semestinya. Lihat, Abu> al-H{usain Ah}mad ibn
Fa>ris ibn Zakariya, Mu’jam Maqa>yis al-Lug}ah, Juz V (Beirut:
Da>r al-Fikr, 1399 H/1979 M), h. 17. Atau Lihat, Syaikh Manna al-Qatt\a>n
diterjemahkan Mifdhal Abdurrrahman, op. cit., h. 156. Jadi, Hadis
Maqlub adalah hadis yang terbalik lafaz\nya pada matan, nama seseorang
atau nasabnya dalam sanad. Dengan demikian perawi mendahulukan apa yang
seharusnya diakhirkan dan mengakhirkan apa yang seharusnya didahulukan, serta
meletakkan sesuatu di tempat yang lain. Jelaslah bahwa pembalikan itu bisa
terjadi pada matan, sebagaimana bisa pula pada sanad. Lihat, Shubhi As-Shalih, Membahas
Ilmu-Ilmu Hadis (Cet. VIII; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), h. 180. judul
asli Ulu>m al-Hadis} wa Mus\talahu (Beirut: Da>r al-‘Ilmi lil-Malayyin,
1997).
[108]‘Abd al-Rah}i>m bin al-H{usain
al-‘Ira>qi>, al-Taqyi>d wa al-I<d}a>h} Syarh} Muqaddamah Ibn
al-S{ala>h} (Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr, 1970), hal. 127, Lihat
juga: Muh}ammad bin ‘Abd al-Rah}ma>n al-Sakha>>wi>, al-Taud}i>h}
al-Abhar li Taz\kirah Ibn al-Malaqqan fi> ‘Ilm al-As\ar (al-Sa‘u>diyyah:
Maktabah Us}u>l al-Salaf, 1418 H), hal. 56, dan Ibra>hi>m bin
Mu>sa> al-Abna>si>, al-Sya>z\z\ al-Fiya>h} min ‘Ulu>m
Ibn al-S{ala>h} (Riya>d}: Maktabah al-Rusyd, 1998 M), hal. 216.
[109]Tash}h}if menurut bahasa adalah mengubah redaksi suatu
kalimat sehingga makna yang dikehendaki semula menjadi berubah. Lihat
Rajab, op. cit., 121. Hadis Mus}ah}h{af adalah hadis yang padanya
terjadi perubahan titik atau tanda bacaan lainnya. lihat Ibid.,
[110]Ibnu
Hajar al As\qala>ni>, Nuz}hah al Nazar, Syarh Nukhbah al Fikar fi>
Mus}t}alah} ahl al As\ar (Kairo: Maktabah ibnu Tai>miyyah, 199), h. 43.
[111]M.
Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: Angkasa, t.th), h.
113.
[112]Ialah
apabila rawi yang s\iqah (terpercaya) dalam suatu hadis menyalahi hadis
lain yang rawinya lebih s\iqah dibandingkan rawi pada hadis pertama.
Lihat Ibid.,
[113]M.Syuhudi
Ismail, “Metodologi Penelitian Hadis Nabi”, (cet. I; Jakarta:Bulan Bintang,
1992), h. 126.
[114]Ibnu
Bit}a>l Abu> H{asan ‘Ali> bin Khalaf bin ‘Abdu al Ma>lik, Syarh}u
S{ahi>hi al Bukha>ri> li Ibni Bit}a>l (Riya>d: Maktabah al
Rasydi, 2003), h. 356. Lihat Abu> Z{akariyya Muh}yi> al Di>n Yah}ya
bin Syari>f al Nawawi>, Al Minha>ju Syarh}u S{ah}i>h}i Muslim
bin al H{ajja>j (Cet. II;
Beirut:Da>r Ih}ya’ al Tura>s\ al ‘Arabi>, 1392). Lihat juga Z{ai>n
al Di>n ‘Abdu al Rah}man bin Ah}mad, Ja>mi‘ al ‘Ulu>m wa al H}ukm
fi> Syarh}i Khamsi>na H{adi>s\an fi> Jawa>mi‘ al Kalam (Beirut:
Muassasah al Risa>lah, 2001), h. 140.
[115]H{amz}ah
Muh}ammad Qa>sim, Mana>r al Qa>ri>’ Syarh} Mukhtas}ar li
Sah}i>h}I al Bukha>ri> (Dimasyqi: Maktabah Da>r al Baya>n,
1990), h. 181.
[116]Jama>l
al Di>n Abu> al Farji ‘Abdu al Rah}man bin ‘Ali> bin Muh}ammad al
Jawz{i>, Kasyfu al Misyka>l min H{adi>s\i al S{ah}i>h}ai>ni (Riya>d}:
Da>r al Wat}ani, t.th), h. 232. Lihat ‘Ali> bin Muh}ammad, Mirqa>t
al Mafa>ti>h} Syarh}u Misyka>t al Mas}a>bi>h} (Beirut:
Da>r al Fikri, 2002), h. 3428. Lihat juga Fai>s}al bin ‘Abdu al
‘Az}i>z}, Tat}ri>z} Riya>d al Sa>lih}i>n (Cet. I;
Riya>d: Da>r al ‘A<s}imah li al Nasyrih} wa al Tawz}i>‘, 2002), h.
761.
[117]Abu>
‘Abdu al Rah}man ‘Abdullah bin Muba>rak, Al Zahdu wa al Riqa>iq li
Ibni al Muba>rak (Beirut: Da>r al Kutub al ‘Ilmiyyah, t.th), h. 281.
Lihat Muh}ammad bin ‘Abdu al Ha>di> al Tatawwi>, Ha>syiya>h
al Sanadi ‘Ala> Sunani ibn Ma>jah (Beirut: Da>r al Ji>l, t.th),
h. 497.
[118]Al
Jamil, Al Qur‘a>n Tajwid Warna,Terjemah Per Kata, Terjemah Inggris (Bekasi: Cipta Bagus Segera, 2012).
[119]Muh}ammad bin isma>il Abu> ‘Abdilla>h al
Bukha>ri> al Ju’fi, op. cit., h. 1070.
[120]Abu>
‘Abdi al Rah}man Muh}ammad Nas}i>r al Di>n al Alba>ni>, S{ah}i>h}
Ja>mi‘ al S{agi>r wa Ziya>datihi (Al Maktabah al Islamiyya, t.th),
h. 439.
[122]Ah}mad
ibn H{anbal Abu> ‘Abd al-Allah al-Syaiba>ni, op.cit., h. 405.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar