BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-Qur’an
adalah petunjuk bagi orang-orang muslim. Di dalam al-Qur’an terdapat
firman-firman Allah yang memberikan isyarat pada manusia untuk selalu
berfikkir. Menjelaskan tentang umat-umat terdahulu dan perintah-perintah Allah
terhadap hamba-Nya.
Islam adalah
agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. yang padanya manusia meneguhkan dirinya
dalam beragama. Islam adalah agama yang berpegang teguh pada kitab suci
al-Qur’an. Oleh karenanya, al-Qur’an merupakan suatu petunjuk dan pegangan bagi
umat Islam yang benar-benar taat.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa teks
Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144?
2. Bagaimana
tafsiran Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144?
3. Apa
asba>b al nuzu>l tafsiran Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144 [1]
Terjemahnya:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu
(umat Islam), umat yang adil dan pilihan[2]
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang
menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa
yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat)
itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit,[3]
Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu
ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram
itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang mereka kerjakan.
B.
Tafsiran
Qur’an surah al-Baqarah ayat 143-144
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu wahai umat
islam ummatan wasat}an (pertengahan) moderat dan teladan, sehingga
dengan demikian keberadaan kamu dalam posisi pertengahan itu, sesuai dengan
posisi Ka’bah yang berada di pertengahan pula.[4]
Dalam Tafsir al H{aqi> dijelaskan bahwa Kami telah menjadikan
kamu, berarti Kami telah menunjukkan kalian jalan yang benar.[5]Sedangkan
dalam kitab Tafsir al Tastari’, wasat}an itu adalah adil, yaitu orang
mukmin yang benar dalam beribadah.[6]
Posisi pertengahan menjadikan manusia tidak memihak ke kiri dan ke
kanan, suatu hal dimana dapat
mengantar manusia berlaku adil. Posisi pertengahan menjadikan seseorang dapat
dilihat oleh siapapun dalam penjuru yang berbeda, dan ketika itu ia dapat
menjadi teladan bagi semua pihak. Posisi itu juga menjadikannya dapat menyaksikan
siapa pun dan dimana pun. Allah menjadikan umat islam pada posisi pertengahan agar
kamu wahai umat Islam menjadi saksi atas perbuatan manusia
yakni umat yang lain, tetapi ini tidak dapat kalian lakukan kecuali jika kalian
menjadikan Rasul saw. syahid yakni saksi yang menyaksikan kebenaran sikap dan
perbuatan kamu dan beliau pun kalian saksikan, yakni kalian jadikan teladan
dalam segala tingkah laku. Itu lebih kurang yang dimaksudkan oleh lanjutan ayat
dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu.
Ada juga yang memahami ummatan
wasathan dalam arti pertengahan dalam pandangan tentang Tuhan dan dunia.
Tidak mengingkari wujud dalam pandangan tentang Tuhan dan dunia. Tidak
mengingkari wujud Tuhan, tetapi tidak juga menganut paham poleteisme (banyak
Tuhan). Pandangan islam adalah Tuhan Maha Wujud, dan Dia Yang Maha Esa.
Pertengahan juga adalah umat Islam tentang kehidupan dunia ini; tidak
mengingkari, dan menilainya maya, tetapi tidak juga berpandangan bahwa
kehidupan dunia adalah segalanya. Pandangan Islam tentang hidup adalah di
samping ada dunia juga ada akhirat. Keberhasilan di akhirat, ditentukan oleh
iman dan amal saleh di dunia. Manusia tidak boleh tenggelam dalam materialisme,
tidak juga membumbung tinggi dalam spiritualisme, ketika pandangan mengarah ke
langit, kaki harus tetap berpijak di Bumi. Islam mengajarkan umatnya agar-
meraih materi yang bersifat duniawi, tetapi dengan nilai-nilai samawi.[7]
Penggalan ayat diatas yang
menyatakan, agar kamu wahai umat Islam menjadi saksi atas perbuatan
manusia, dipahami juga dalam arti bahwa kaum muslimin akan menjadi saksi di
masa datang atas baik buruknya pandangan dan kelakuan manusia. Pengertian
masa datang itu mereka pahami dalam penggunaan kata kerja masa datang (mud}a>ri‘
atau present tense) pada kata Litaku>nu>. Penggalan ayat ini
menurut penganut penafsiran tersebut mengisyaratkan pergulatan pandangan dan
pertarungan aneka isme. Tetapi pada akhirnya ummatan wasat}an inilah
yang akan dijadikan rujukan dan saksi tentang kebenaran dan kekeliruan
pandangan serta isme-isme itu. Masyarakat dunia akan kembali merujuk kepada
nilai-nilai yang diajarkan Allah, bukan isme-isme yang bermunculan setiap saat.
Ketika itu, Rasul akan menjadi saksi apakah sikap dan gerak umat islam sesuai
dengan tuntunan Ilahi atau tidak. Ini juga berarti bahwa umat Islam akan dapat
menjadi saksi atas umat yang lain dalam pengertian di atas, apabila gerak
langkah mereka sesuai dengan apa yang diajarkan Rasul saw.[8]
Pergantian kiblat itu
boleh jadi membingungkan juga sebagian umat Islam, dan menimbulkan pula aneka
pertanyaan yang dapat digunakan setan dan orang Yahudi atau musyrik Mekah dalam
menggelincirkan mereka. Karena itu, lanjutan ayat ini menyatakan: Dan Kami
tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblat kamu sekarang melainkan agar
kami mengetahui dalam dunia nyata siapa yang mengikuti Rasul dan siapa
yang membelot. Atau, agar kami memperlakukan kamu perlakuan orang yang
hendak mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.[9]
Allah sebenarnya
mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang akan membelot, tetapi Dia
ingin menguji manusia, siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot sehingga
pengetahuan-Nya yang telah ada sejak azzal itu, terbukti di dunia nyata, dan
bukan hanya Dia mengetahuinya sendiri, tetapi yang diuji dan orang lain
mengetahui. Apa yang dilakukan-Nya tidak ubahnya seperti seorang guru yang
telah mengetahui keadaan seorang siswa bahwa dia pasti tidak akan lulus, tetapi
untuk membuktikan dalam dunia nyata pengetahuannya itu, menguji sang siswa
sehingga ketidaklulusannya menjadi nyata, bukan hanya bagi sang guru tetapi
juga sang murid dan rekan-rekannya.
Dan sungguh pemindahan kiblat itu terasa amat berat, kecuali
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Pemindahan kiblat berupa
ujian, dan ujian itu, berat bagi yang jiwanya tidak siap, serupa dengan
beratnya ujian bagi siswa yang tidak siap.
Selanjutnya untuk
memenangkan kaum muslimmin menghadapi ucapan orang-orang Yahudi bahwa ibadah
mereka ketika mengarah ke Bait al Maqdis tidak diterima Allah swt., dan atau
memenangkan keluarga orang-orang muslim yang telah meninggal dunia sehingga
tidak akan menyia-nyiakan amal-amal saleh kamu. Di sini kata iman yang
digunakan menunjuk amal saleh khususnya shalat karena amal saleh harus selalu
dibarengi oleh iman; tanpa iman, amal menjadi sia-sia.[10]
Firman-Nya: Sesungguhnya
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia, seakan-akan
berpesan kepada kaum muslimin: Ingatlah hai kaum muslimin bahwa Tuhan yang kamu
sembah adalah Tuhan yang kasih sayangnya melimpah sehingga tidak mungkin Dia
menyia-nyiakan usaha kamu, lagi Maha Penyayang. Dengan demikian Dia tidak
menguji kamu melebihi kemampuan kamu.
Itulah jawaban yang
diajarkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin, jika pada saatnya
nanti perintah mengalihkan kiblat dari bait al Maqdis ke Ka’bah di Mekah.
Jawaban ini sekaligus menyiapkan mental kaum muslimin menghadapi aneka gangguan
serta gejolak pikiran menyangkut peralihan kiblat dan dengan demikian,
diharapkan jiwa mereka lebih tenang menghadapi hal-hal tersebut.[11]
Kata qad yang
diterjemahkan dengan sering pada firman-Nya: Sungguh Kami sering
melihat wajahmu (penuh harap) menengadah ke langit ada yang memahaminya
dalam arti sedikit, sehingga bila pendapat ini diterima maka terjemahan
ayat diatas adalah Kami sesekali melihat wajahmu dst. Betapa pun, apakah
sesekali atau sering, yang jelas, melalui ayat ini Allah menyampaikan kepada
Nabi Muhammad saw. bahwa Dia mengetahui keinginan, isi hati atau doa beliau
agar kiblat segera dialihkan ke Mekah, baik sebelum adanya informasi dari Allah
tentang sikap orang-orang Yahudi bila kiblat dialihkan, lebih-lebih sesudah
adanya informasi itu.[12]
Ayat di atas kemudian
menambahkan uraiannya dengan menyatakan: Maka, guna memenuhi
keinginanmu, serta mengabulkan doamu sungguh Kami akan memalingkan ke kiblat
yang engkau sukai, maka. Kini palingkanlah wajahmu ke arah Mesjid al
–h}aram. Demikian Allah mengabulkan keinginan Nabi Muhammad saw.
Selanjutnya, setelah jelas
bahwa keinginan Nabi Muhammad saw. telah dikabulkan, maka perintah kali ini
tidak lagi hanya ditujukan kepada beliau sendiri sebagaimana bunyi redaksi
penggalan ayat yang lalu, tetapi ditujukan kepada semua manusia tanpa kecuali,
sebagaimana dipahami dari redaksi berikut yang berbentuk jamak, Dan di mana
saja kamu berada, palingkanlah wajah-wajah kamu ke arahnya.[13]
Ayat ini turun ketika Nabi
berada di satu rumah di Madinah, yang kini dikenal dengan mesjid Bani>
Salamah, sehingga di mana saja kamu berada walau bukan di rumah tempat
turunnya ayat ini atau bukan pada waktu itu. Itu minimal yang dapat dipahami
dari perintah ini, walau sebenarnya bisa lebih luas dari itu.
Bagaimana dengan
al-sufaha>’ yang disinggung sebelum ini? Lanjutan ayat menjelaskan bahwa: Sesungguhnya
orang-orang yang diberi al-Kita>b yakni Taurat dan Injil mengetahui, bahwa
berpaling ke Mesjid al Haram itu adalah benar dari Tuhan mereka dan juga
Tuhan kaum muslimin. Mereka mengetahui bahwa itu benar, karena dalam kitab
mereka ada keterangan bahwa nabi yang akan diutus akan mengarah ke dua kiblat
Bait al Maqdis dan Ka’bah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan termasuk upaya mereka menyembunyikan kebenaran itu.[14]
C.
Asba>b al Nuzu>l Surah al Baqarah ayat 143-144
Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa Rasulullah saw. Shalat menghadap ke Bait al Maqdis, dan
sering melihat ke langit menunggu perintah Allah (mengharapkan kiblat diarahkan
ke Ka’bah atau Masjid al Haram), sehingga turunlah ayat tersebut diatas yang
menunjukkan kiblat ke arah Masjid al Haram. Sebagian kaum Muslimin berkata:
“Inginlah kami ketahui tentang orang-orang yang telah meninggal sebelum
pemindahan kiblat (dari Bait al Maqdis ke Ka’bah), dan bagaimana pula tentang
shalat kami sebelum ini, ketika kami menghadap ke Bait al Maqdis?” Maka
turunlah ayat lainnya yang menegaskan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan
iman mereka yang beribadah menurut ketentuan pada waktu itu. Orang-orang yang
berpikiran kerdil di masa itu berkata: “Apa pula yang memalingkan mereka (kaum
Muslimin) dari kiblat yang mereka hadapi selama ini (dari Bait al Maqdis ke
Ka’bah)?” Maka turunlah ayat lainnya lagi sebagai penegasan bahwa Allah-lah
yang menetapkan arah kiblat.[15]
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Al-Mizan
Publishing House, 2009.
M. Qurais
S}ih}ab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an. Cet;
XI, Tangerang: Lentera Hati, 2007.
Haqi>, Tafsir
al H{aqi>. t.p: Mau>qi’ al Tafa>sir, t.th.
Al Tastari’, Tafsir
al Tastari’. t.p: Mau>qi’ al Tafa>sir, t.th.
S}a>leh},
Dah}lan, dkk, Asba>b al Nuzu>l. Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2009.
[1]Departemen agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Al-Mizan Publishing
House, 2009), h. 23.
[2]Umat Islam dijadikan umat yang
adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang
menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.
[3]Maksudnya ialah
Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan menunggununggu
turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
[4]M. Qurais S}ih}ab, Tafsir al
Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, (Cet; XI, Tangerang: Lentera
Hati, 2007), h. 347.
[5]Haqi>, Tafsir al
H{aqi>, (t.p: Mau>qi’ al Tafa>sir, t.th), h. 22.
[6]Al Tastari’, Tafsir al
Tastari’, (t.p: Mau>qi’ al Tafa>sir, t.th), h. 22.
[15]S}a>leh}, Dah}lan, dkk, Asba>b
al Nuzu>l, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009), h. 42-43.
If you're trying to lose kilograms then you certainly have to get on this totally brand new custom keto diet.
BalasHapusTo design this keto diet service, certified nutritionists, fitness couches, and professional chefs have joined together to develop keto meal plans that are effective, suitable, cost-efficient, and fun.
Since their grand opening in early 2019, thousands of individuals have already remodeled their figure and health with the benefits a certified keto diet can give.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-tested ones given by the keto diet.