PENGARUH PERADABAN ISLAM
DI DUNIA BARAT
Makalah
Revisi
Mata Kuliah Sejarah Dunia Islam Modern
Semester I (S3) Tahun
Akademik 2012/2013
Oleh;
Abdul Gaffar
Dosen
Pemandu;
Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A.
Dr. Hj.
Syamsudduha, M.Ag.
PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Suatu hal lumrah jika kebudayaan yang mundur
akan belajar dari kebudayaan yang maju. Adalah alami jika suatu kebudayaan yang
terbelakang mengadopsi konsep-konsep kebudayaan yang lebih maju. Tidak ada kebudayaan
di dunia ini yang berkembang tanpa proses interaksi dengan kebudayaan asing. Ketika
peradaban Islam unggul dibanding peradaban Eropa, misalnya, mereka telah meminjam konsep-konsep
penting dalam Islam, akan tetapi, tidak berarti bahwa semua kebudayaan
dapat mengambil semua konsep dari kebudayaan lain. Setiap kebudayaan
memiliki identitas, nilai, konsep dan ideologinya sendiri-sendiri yang disebut dengan worldview (pandangan hidup).
Suatu kebudayaan dapat meminjam konsep-konsep
kebudayaan lain karena memiliki pandangan hidup. Namun suatu kebudayaan tidak
dapat meminjam sepenuhnya (mengadopsi) konsep-konsep kebudayaan lain, sebab
dengan begitu ia akan kehilangan identitasnya. Peminjaman konsep dari suatu kebudayaan
mengharuskan adanya proses integrasi dan internalisasi konseptual. Namun dalam
proses itu, unsur-unsur pokoknya berperan sebagai filter yang menentukan diterima tidaknya suatu
konsep. Hal ini berlaku dalam sejarah pemikiran dan peradaban Islam, yaitu ketika Islam
meminjam khazanah pemikiran Yunani, India, Persia, dan lain-lain. Pelajaran yang penting
dicatat dalam hal ini bahwa ketika para ulama meminjam konsep-konsep asing, mereka berusaha
mengintegrasikan konsep-konsep asing ke dalam pandangan hidup Islam dengan asas
pandangan hidup Islam. Memang, proses ini tidak bias berlangsung sekali jadi. Perlu proses
koreksi-mengoreksi dan itu berlangsung dari generasi ke generasi.
Di era modern dan post-modern sekarang ini,
pemikiran dan kebudayaan Barat mengungguli kebudayaan-kebudayaan lain, termasuk
peradaban Islam. Namun tradisi pinjam-meminjam yang terjadi telah bergeser menjadi
proses adopsi, yakni mengambil penuh konsep-konsep asing, khususnya Barat, tanpa proses
adaptasi atau integrasi. Apa yang dimaksud dengan konsep di sini bukan dalam kaitannya
dengan sains dan teknologi yang bersifat eksak, tetapi lebih berkaitan dengan konsep keilmuan,
kebudayaan, sosial, dan bahkan keagamaan.
Dalam konteks pembangunan peradaban Islam
sekarang ini, proses adaptasi pemikiran merupakan sesuatu yang tidak dapat
dielakkan. Namun sebelum melakukan hal itu diperlukan suatu kemampuan untuk menguasai
pandangan hidup Islam dan sekaligus Barat, esensi peradaban Islam dan kebudayaan Barat.
Dengan demikian, seorang cendekiawan dapat berlaku adil terhadap keduanya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dibuat beberapa poin masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses peradaban Islam
masuk ke dunia barat?
2.
Apa saja pengaruh peradaban
Islam terhadap dunia barat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peradaban Islam
1.
Pengertian
Peradaban Islam
Peradaban
dalam bahasa Arab sering diidentikan dengan tiga mufrada>t/kosa kata,
yaitu had}a>rah, tamaddun
dan s\aqa>fah dan ‘umra>n. H{ad}a>rah secara harfiah berasal dari akar kata h{a-d}a-ra yang berarti menghendaki sesuatu, kedatangan sesuatu dan
menyaksikan sesuatu.[1] Menurut Ibnu Khaldu>n, al-h{ad}a>rah adalah
sebuah periode dari kehidupan sebuah masyarakat yang menyempurnakan periode
primitif (al-bada>wah) dari masyarakat itu, karena al-h{ad{a>rah
adalah puncak dari al-bada>wah.[2] Kata tamaddun dapat
berasal dari dua akar kata, bisa dari ma-da-na dan bisa dari da-ya-na.
Jika akar katanya berasal dari ma-da-na maka maknanya adalah membangun,
mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan, sedangkan jika akar
katanya adalah da-ya-na maka makna dasarnya adalah jenis dari kepatuhan
dan kehinaan kemudian berkembang menjadi madi>nah yang artinya kota
karena di dalam tegak kepatuhan terhadap pemimpin.[3]
Dari
akar kata madana
lahir kata benda tamaddun
yang secara literal berarti peradaban (civilization)
yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base
culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan
penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan untuk pertama kalinya oleh Jurji Zayda>n
dalam sebuah judul buku Tarikh
al-Tamaddun al-Isla>miy (Sejarah Peradaban Islam). Sejak itu
perkataan tamaddun
digunakan secara luas dikalangan umat Islam.
Sedangkan
tamaddun jika berasal dari da-ya-na maka hal tersebut dapat
dimaklumi karena Islam yang diturunkan sebagai di>n, sejatinya telah memiliki
konsep minimal sebagai peradaban. Sebab kata di>n
itu sendiri telah membawa makna keberhutangan, susunan kekuasaan, struktur
hukum, dan kecenderungan manusia untuk membentuk masyarakat yang mentaati hukum
dan mencari pemerintah yang adil. Artinya dalam istilah di>n itu
tersembunyi suatu sistem kehidupan. Oleh sebab itu ketika di>n
(agama) Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di
suatu tempat, maka tempat itu diberi nama madi>nah.
Sementara
s\aqa>fah yang akar katanya berasal dari s\a-qa-fa mempunyai
makna menegakkan penolakan terhadap sesuatu.[4]
Ibra>hi>m Mus}t}afa> mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan s\aqa>fah
adalah berbagai ilmu, pengetahuan dan materi-materi yang membutuhkan
keterampilan dan kepintaran.[5]
Sedangkan al-‘umra>n yang akar katanya berasal dari ‘a-ma-ra mempunyai
dua makna, yaitu kekal, masa yang panjang dan sesuatu yang tinggi, baik terkait
suara atau yang lain.[6]
Dengan demikian, al-‘umra>n adalah bangunan dan segala hal yang dapat
memakmurkan sebuah wilayah dan memperbaikinya, seperti pertanian,
perindustrian, perniagaan, penduduk yang banyak, keberhasilan dalam usaha atas
dasar keadilan.[7]
Dari
keempat kosa kata yang digunakan dapat disimpulkan bahwa peradaban dalam Islam
dengan kosa kata yang digunakan harus memenuhi beberapa unsur, yaitu:
a. Perubahan
pola pikir dan prilaku manusia yang pahami dari kata h}ad}a>rah. Artinya
h{ad}a>rah
khusus ditujukan pada berbagai pemahaman hidup. Ini berarti kata h{ad}a>rah
terbatas pada penunjukan makna-makna dan pemikiran-pemikiran yang dikemukakan
oleh pandangan hidup atau ideologi.
b. Sistem
kehidupan yang bernafaskan ajaran agama yang dipahami dari tamaddun.
Artinya tamaddun atau madaniyah
khusus pada bentuk-bentuk fisik (materi) kehidupan yang mencakup bentuk-bentuk
materi, seperti patung-patung yang diambil dari pandangan hidup atau yang
dipengaruhinya, sebagaimana juga bentuk-bentuk materi yang dihasilkan dari
sains dan industri, seperti komputer dan pesawat yang tidak diambil dan tidak
dipengaruhi pandangan hidup.
c. Keilmuan
dan keterampilan yang dipahami dari s\aqa>fah. Artinya s\aqafah lebih
menekankan pada aspek keterampilan untuk mencapai sebuah perubahan pola pikir
dan mendapatkan materi.
d. Keberhasilan
dalam berbagai bidang yang dipahami dari al-‘umra>n. Artinya al-‘umra>n
merupakan hasil dari keilmuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang
sehingga berdampak pada keramaian sebuah wilayah, baik dari aspek orang maupun
fisik.
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia disebutkan dua arti peradaban. 1) Kemajuan (kecerdasan,
kebudayaan) lahir batin: bangsa-bangsa di dunia ini tidak sama tingkat peradabannya;
dan 2) Hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu
bangsa.[8]
Muhammad
Ka>z{im Makkiy menyebutkan beberapa elemen dan kriteria peradaban:
a.
Khazanah kemanusiaan. Artinya setiap masyarakat
manusia mempunyai cara tersendiri dalam memperoleh kenyamanan hidup, mempertahankan
kelangsungan hidup dan dalam berinteraksi sosial dan komunikasi, dimulai dari
yang sangat primitif sampai dengan yang modern.
b.
Akal (pengetahuan) sebagai ciri yang paling
menonjol dari peradaban. Akal adalah yang membedakan manusia dari binatang.
Dengannya manusia terus mengalami perkembangan yang tiada henti.
c.
Eksperimen
(tajribah) sejarah. Setiap generasi dari sebuah masyarakat
mewarisi cara hidup dari generasi sebelumnya dan mencoba mengembangkan warisan
itu, karena tidak mungkin satu generasi tiba-tiba menciptakan penemuan tanpa
pengetahuan atau pengalaman yang diwarisinya dari generasi sebelumnya.
d.
Struktur geografis. Sebuah peradaban pada satu
masyarakat sangat dipengaruhi oleh keadaan geografis yang meliputinya.[9]
Berdasarkan
keterangan Ka>z}im Makkiy, maka setiap masyarakat dan bangsa mempunyai
peradaban tersendiri, namun yang satu lebih maju dari yang lain, karena perbedaan
elemen-elemen tersebut.
Peradaban
(h{ad}a>rah) adalah sekumpulan konsep adalah sekumpulan konsep (mafa>him) tentang
kehidupan. Peradaban bisa berupa peradaban spiritual ilahiyah (di>niyyah ila>hiyyah)
atau peradaban buatan manusia (wad{‘iyyah
basyariyyah). Peradaban spiritual ilahiyah lahir dari sebuah
ideologi, sebagaimana peradaban Islam yang lahir dari akidah Islam. Sedangkan
peradaban buatan manusia muncul dari sebuah ideologi, seperti misalnya
peradaban kapitalis Barat yang merupakan sekumpulan konsep tentang kehidupan
yang muncul dari ideologi sekularisme. Peradaban semacam ini bisa pula tidak
berasal dari sebuah ideologi, semisal peradaban Shinto, Yunani, Babilonia, dan
Mesir Kuno. Peradaban-peradaban tersebut sekedar merupakan sekumpulan konsep
yang disepakati sekelompok manusia, sehingga menjadi sebuah peradaban yang
bersifat kebangsaan.
2.
Dunia Barat
Dunia
Barat atau sering disebut Barat saja merujuk kepada negara-negara yang berada
di benua Eropa dan Amerika. Dunia Barat dibedakan dari dunia Barat yang
digunakan untuk merujuk kepada Asia. Meskipun begitu, pada umumnya kata ini
lebih sering diasosiasikan terhadap negara-negara yang mempunyai mayoritas
penduduk berkulit putih. Oleh karena itu, Australia dan Selandia Baru juga
sering dianggap sebagai bagian dari dunia Barat. Orang-orang yang tinggal di
dunia Barat dipanggil orang Barat.[10]
Bagi
penduduk timur yang masih menjunjung nilai-nilai tradisional kebudayaan mereka,
kehidupan di dunia Barat yang biasanya lebih terbuka kadang menyebabkan
konotasi negatif terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia Barat.
Orang timur yang telah menyerap sebagian dari gaya hidup Barat biasanya
dikatakan sebagai kebarat-baratan oleh kalangan tersebut. Meskipun
demikian, pengaruh Negara-negara adidaya yang terletak di Barat seperti Amerika
Serikat yang semakin besar terhadap dunia secara keseluruhan telah membuat
kesenjangan antara Barat dan Timur semakin memudar.
3.
Sejarah Peradaban Islam
Dalam
sejarah perjalanan umat Islam, umat Islam mengalami pasang surut, baik dalam
bidang politik maupun dalam bidang ilmu pengetahuan maupun peradaban Islam. Hal
ini menyebabkan umat Islam mengalami masa kemundururan. Kebesaran yang
dialami pada masa lalu menyebabkan umat Islam mengalami kemunduran dan
kehancuran, sementara dunia Barat mengalami kemajuan, setelah mereka
pernah terlelap tidur akibat daripada dogmatis dari pemuka gereja selama
berabad-abad lamanya.
Melihat
pasang surutnya umat Islam tersebut, Harun Nasution membagi perjalanan sejarah
umat Islam ke dalam tiga priode, yaitu; periode klasik (650-1250 M), periode
pertengahan merupakan periode kemunduran umat Islam (1250-1800 M), dan periode
kebagkitan kembali atau biasa disebut priode modern (1800-sekarang).[11]
Kalau berpatokan kepada periodesasi yang dikemukakan oleh Harun Nasution,
tampaknya umat Islam hanya mengalami kemajuan kurang lebih enam abad lamanya,
malah kurang dari itu, kalau dilihat dari pembagian periodesasi dari daulah-daulah
Islam, seperti daulah Bani Abbasiyah di Bagdad dan daulah Bani Umayyah
di Spanyol. Apabila dilihat dari sisi politik dan pemerintahan, maka kemunduran
umat Islam malah lebih cepat lagi mungkin hanya kurang lebih empat abad lamanya
dengan terpecah belahnya kekuasaan Islam dalam beberapa daulah pada saat
itu. Hal ini menunjukkan bahwa masa kemundurun lebih lama daripada masa
kemajuan.
Abad
13 M. merupakan akhir dari pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam, setelah
itu kekacauan demi kekacauan terjadi dalam Islam, antara lain penjajahan bangsa
Mongolia terhadap Islam pada tahun 1218-1268 dan meletusnya perang salib
Konstatinopel Bizantium pada tahun 1204. Disusul Imprelialisme Perancis atas
Timur tengah pada tanggal 19 Mei 1798 yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte
dengan membawa 38.000 perajurit dan 400 kapal. Napoleon mendaratkan 4300
perajurit di Alexandria untuk merebut kota tersebut. Napoleon membangun
kerajaan di Mesir kemudian ia membawa kaum intelektual dan bersamanya sebuah
perpustakaan yang penuh dengan literature Eropa modern, Sebuah laboratrium
ilmiah dan sebuah mesin cetak berhuruf Arab.[12]
Pada
masa kejayaan ummat Islam mencapai puncaknya, bangsa Barat terutama Eropa,
masih dalam kegelapan dan kemunduran. Hal ini disebabkan karena ajaran dogmatis
gereja yang begitu kuat dan sangat berpengaruh. Pemimpin gereja pada saat itu
banyak terlibat langsung dalam menangani urusan-urusan dan unsur-unsur
kenegaraan, bahkan para pemuka agama kristen pada masa itu bersifat otoriter
dalaam memaksakan kehendak dan pendapatnya.[13] Akibat
kekuasaan gereja yang begitu dominan dalam berbagai aspek kehidupan pada masa
itu, menyebabkan bangsa Barat khususnya Eropa mengalami keterbelakangan dalam
berbagai aspek kehidupan, utamanya dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban.
B.
Proses Peradaban Islam Masuk di Barat
Dalam beberapa literatur
diungkapkan bahwa proses masuknya peradaban Islam di dunia barat melalui empat
cara sebagai berikut:
1.
Andalusia (Spanyol)
Islam
pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M.
melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan
nama Iberia/Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu
dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya
Andalusia.[14]
Dalam
proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah T{a>rif bin Ma>lik, T{a>rik bin Ziya>d, dan Mu>sa> bin Nus}air.
T{a>rif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, sedangkan Mu>sa sebagai pengirim pasukan, sementara T{a>riq bin
Ziya>d lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol
karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata, yaitu sebanyak 12.000 pasukan dan berhasil menaklukan Spanyol pada tahun
92 H. atau 711 M.[15]
Kemenangan
pertama yang dicapai oleh T{a>riq bin Ziya>d membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih
luas lagi. Gelombang
perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar
bin
‘Abd al-‘Azi>z tahun 99
H/717 M.,
dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis
Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya
dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan
melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.[16]
2.
Sisilia
Dunia Kristen latin ini
merasakan pengaruh muslim melalui Sisilia. Serangan pertama ke Sisilia tahun
652 M., ketika kota Siracusa dimasuki dan kekuasaannya tenggelam saat itu juga.
Pada tahun 831 M., kota Palermo dapat dikuasai umat Islam. Penaklukan daerah
Italia terus berlangsung hingga mencapai anti klimaks pada abad ke-9 yaitu pada
tahun 871 M., saat kota Bari direbut kembali oleh pasukan Kristen dan menjadi
pertanda berakhirnya kekuasaan muslim atas Italia dan Eropa tengah.[17]
Munculnya bangsa Norman yang
dipimpin oleh Roger pada tahun 1060 M., hingga tahun 1091 M., telah berhasil
menaklukan seluruh kekuatan Islam dan Bizantium di Sisilia dan mengadopsi
peradaban Islam dalam kekuasaan mereka, baik dalam bidang sastra, seni,
industri dan bidang-bidang yang lain.[18]
Dengan demikian, kehadiran
orang-orang Arab di Spanyol dan Sisilia secara perlahan menjadi jalur masuk ke
Eropa Barat, meskipun Eropa Barat telat menjalin hubungan dengan Imperium
Bizantium, akan tetapi penduduknya lebih banyak mengambil alih kebudayaan
orang-orang Arab ketimbang orang-orang Bizantium.[19]
3.
Kedatangan orang-orang salib di timur Islam
Invasi atas Spanyol dan
Sisilia memberi arti bahwa suatu waktu Islam hadir di daerah pinggiran Kristen
Latin. Namun demikian, invasi tersebut memunculkan reaksi gerakan perang salib
pada abad ke-11. Selama perang salib ini telah mengakibatkan terjadinya tukar
menukar pengaruh budaya di antara mereka, atau lebih tepatnya penerimaan
orang-orang Eropa atas corak-corak kebudayaan Islam.
Selanjutnya orang-orang salib
menetap di Timur Islam dalam waktu yang cukup lama sejak abad 5 H. sampai 7 H.
(Abad 12 sampai 17 M.). Karenanya terjadi hubungan yang intensif dengan seluruh
peradaban Islam yang mengagumkan mereka. Walaupun peperangan terus terjadi
antara mereka dan kaum muslimin, akan tetapi para cendekiawan mereka tidak
menutup diri untuk mengambil seluruh peradaban Islam yang disaksikannya.[20]
4.
Pertukaran perniagaan antara timur dan barat
Peristiwa ini terjadi sejak
datangnya bangsa Fatimiah di Mesir dan menjadikan Mesir sebagai pusat politik,
perdagangan dan kebudayaan. Karena itu penyerangan Mongol di Irak menjadikan
Mesir sebagai ka’bah peradaban Islam di era dinasti Mamalik sebagaimana
dikatakan Ibnu Khaldun.
Mesir telah membantu kemajuan
peradaban di Eropa, adapun kota-kota di Eropa seperti: Pisa, Genova, Venezis,
Napoli, Firenze memiliki hubungan dagang dengan Mesir. Kota-kota inilah yang
kemudian menjadi bangkitnya Eropa atau yang dikenal dengan renaissance
serta menjadi cikal bakal peradaban modern di Eropa.
C.
Pengaruh
Peradaban Islam di Dunia Barat
Kontak
antara dunia Islam dengan dunia Barat terjadi sejak awal lahirnya agama Islam
sekitar abad XV M. Hal ini ditandai dengan ekspansi yang dilakukan oleh umat
Islam dan dapat merebut wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Romawi pada masa
itu, seperti Syam (Siria, Palestina) dan Mesir. Ekspansi umat Islam ini terjadi
sejak pemerintahan khalifah ‘Umar bin Khat}t}a>b. Pada masa pemerintahan
‘Us\ma>n bin ‘Affa>n pada paruh kedua, ekspansi umat Islam sempat
terhenti. Hal ini terjadi sebagai akibat daripada komplik-komplik yang terjadi
dalam wilayah pemerintahan masa itu. Maka perluasan wilayah Islam terhenti baik
pada masa pemerintahan ‘Us\ma>n bin ‘Affa>n maupun pada masa pemerintahan
‘Ali bin Abi> T{a>lib.
Ekspansi
kembali terjadi ketika daulah Bani> Umayyah berkuasa dan dapat
menguasai wilayah-wilayah dan masuk dalam wilayah kekuasan umat Islam, seperti
Afrika Utara, Andalusia (Spanyol), Kaukasus, dan Antolia. Kekuasaan Islam, di
samping Afrika dan Eropa juga Asia. Ekspansi ke wilayah Timur melalui Sungai
Oxus.[21] Perluasan wilayah ke
Eropa melalui jalur Utara terhenti ketika pengepungan kota Bizantium gagal.
Pengepungan ini berlangusng selam satu tahun, yaitu dari tahun Agustus
716-September 717 M. Pengepungan yang cukup lama ini tidak mampu menjatuhkan
kota Bizantium (Tanduk Emas atau Golden Horn). Hal ini dapat digagalkan
dengan menaruh rantai besar di dalam laut.[22]
Sekalipun
ekspansi ke Eropa melalui jalur Utara gagal, namun demikian, ekspansi ke
arah Barat melalui Afrika Utara berhasil memasuki Eropa khususnya wilayah Spanyol.
Penaklukkan Spanyol dilakukan pada masa daulah Bani Umayyah di bawah
pemerintahan al-Wali>d (705-715 M). Sebelum menaklukkan Spanyol, umat Islam
telah menguasai Afrika Utara. Afrika Utara merupakan pintu gerbang untuk
memasuki Eropa, khususnya wilayah Spanyol.
Dengan masuknya Islam ke
Spanyol
merubah tatanan baru dan pencerahan terhadap bangsa Eropa
dengan sebuah peradaban baru yakni peradaban Islam yang dibawa oleh bangsa Arab
dan masuk melalui Spanyol. Karenanya, sulit dipungkiri kemajuan Eropa tidak
bisa dilepaskan dari pemerintah Islam di Spanyol.
Montgemary Watt menyebutkan
bahwa pengaruh kebudayaan Islam atas barat dengan tiga hal; Pertama, sumbangan orang Arab ke Barat tidak diragukan lagi terutama dalam hal-hal yang menyokong perbaikan
tingkat kehidupan dan memperkokoh basis materialnya. Kedua, sebagian besar
orang Eropa kurang menyadari pengaruh orang Arab dan karakter Islam yang mereka
ambil dan ketiga, kesastraan orang-orang Arab dan yang menyertainya telah
merangsang tumbuhnya imajinasi Eropa dan kejeniusan politik orang Romawi.[23]
Keterpengaruhan
Eropa pada peradaban Islam, bukan saja pada bidang ilmu pengetahuan akan tetapi
juga semangat untuk hidup, sehingga keterpengaruhan itu bersifat menyeluruh.
Reformasi gereja, pembangkangan terhadap kaum fiodal yang zalim, sistem
pendidikan sastra, arsitektur adalah akibat terpengaruhnya pada peradaban
Islam. Menurut M. Qutub, Toga dalam wisuda itu adalah meniru dari kopiah
yang digunakan oleh pelajar Islam yang telah lulus dari universitas Islam.[24]
Di
antara bukti-bukti pengaruh Islam di dunia Barat dapat diklasifikasi dalam
beberapa bidang sebagai berikut:
a.
Intelektual
Penerjemahan-penerjemahan
yang dilakukan oleh umat Islam dari berbagai bahasa terkait dengan filsafat dan
ilmu-ilmu yang lain mengantarkan umat Islam mencapai puncak kejayaannya. Dari
produk terjemahan yang kemudian diintegrasikan dengan teks-teks al-Qur’an dan
hadis serta logika, pencapaian di bidang keilmuan sampai pada puncaknya. Di
antara yang cukup terkenal dengan produk terjemahannya itu adalah Yahya ibn
al-Bitriq (wafat 200 H/ 815 M) yang banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran
pemikir Yunani, seperti Kitab al-H{ayawa>n (buku tentang makhluk
hidup) dan Timaeus karya Plato. Al-H{ajja>j ibn Mat}ar yang hidup
pada masa pemerintahan al-Ma’mu>n dan telah menerjemahkan buku Euklids
ke dalam bahasaArab serta menafsirkan buku al-Majisti karya Ptolemaeus.
Abd al-Masih ibn Na‘i>mah al-Himsi (w. 220 H./835 M.) yang menerjemahkan
buku Sophistica karya Aristoteles. Yuhana ibn Masawaih seorang dokter
pandai dari Jundisapur (w. 242 H/ 857 M.) yang kemudian diangkat oleh khalifah
al-Ma’mu>n sebagai kepala perpustakaan bait al-h{ikmah, banyak
menerjemahkan buku-buku kedokteran klasik. Seorang penerjemah yang sangat
terkenal karena banyak terjemahan yang dilahirkannya adalah H{unain bin
Ish{a>q al-Abadi yang merupakan seorang Kristen Nestorian (194-260 H./
810-873 M.).[25]
1)
Filsafat
Islam
di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam
bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang
dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap
filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama
pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman
(832-886 M). Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol
adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah.
Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa,
sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun
1185 M. Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut
Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dari
Cordova.[26]
Pada abad ke-12 diterjemahkan buku al-Qa>nu>n karya Ibnu Sina
(Avicenne) mengenai kedokteran. Pada akhir abad ke-13 diterjemahkan pula buku al-H{a>wi>
karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari al-Qa>nu>n.[27]
2)
Sains
‘Abba>s
bin Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali
menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibra>hi>m bin Yah{ya>
al-Naqqa>s} terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu
terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil
membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan
bintang-bintang. Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat
melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M.)
menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Bat}u>t}ah
dari Tangier (1304-1377 M.) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibn Khaldu>n
(1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldu>n dari Tum
adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di
Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika.
3)
Musik dan Kesenian
Dalam
bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya al-H{asan bin Na>fi‘ yang dijuluki Zirya>b. Setiap kali diadakan
pertemuan dan jamuan, Zirya>b selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia
juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan
kepada anak-anaknya, baik pria maupun perempuan, dan juga kepada budak-budak,
sehingga kemasyhurannya tersebar luas.[28]
4)
Bahasa dan Sastra
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Di
antara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara
maupun tata bahasa yaitu Ibn Sayyidih, Ibn Ma>lik pengarang Alfiyah,
Ibn H{aru>f, Ibn al-H{ajj, Abu> ‘Ali al-Isybili>, Abu> al-H{asan
bin ‘Us}fur, dan Abu> H{ayya>n al-Garnat}i>.
5)
Bidang Kesehatan
Pada
akhir abad ke-7 M. Kha>lid bin Yazi>d (cucu pertama dari khalifah
Bani> Umayyah) merupakan yang pertama dalam sejarah kekhalifahan umat Islam
yang belajar ilmu kesehatan kepada John (seorang ahli bahasa dari Alexandria)
dan beliau juga belajar kimia kepada Marrinos dari Yunani.[29] Ahad ibn
Iba>s dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-H{asan bint
Abi Ja‘far dan saudara perempuan al-H{a>fidzh adalah dua orang ahli
kedokteran dari kalangan wanita.
Cordoba sebagai salah satu pusat aktivitas medis telah melahirkan beberapa Ilmuwan terkemuka.
Di antara ilmuwan yang telah banyak jasanya terhadap perkembanga ilmu medis Islam
ialah Ibnu Rusyd yang telah menghasilkan karya
besar kitab al- Kulliyya>t fi al-T{ibb (tentang filsafat ilmu kedokteran), suatu kitab
referensi yang di pakai selama berabad-abad di Eropa, di bidang obat-obatan di kenal nama-nama sebagai Abu> Ja'far Ahmad bin Muhammad al-Ga>fiqi> (w. 1165) dengan karyanya al-‘Adawiah al-Mufrada>t (uraian tentang berbagai macam obat).
Salah
satu bukti pengaruh ilmu kesehatan dapat dilihat dari ketergantungan Eropa yang terus menerus kepada kedokteran Arab hingga
abad ke-15 dan ke-16 ditunjukkan
dengan daftar buku yang dicetak. Dari semua daftar itu, buku pertama adalah
komentar Ferrari da Grado, seorang guru besar di Pavia, atas bagian dari
Continens, ensiklopedi besar karangan al-Ra>zi>. Karangan Ibnu Sina, Canon dicetak pada tahun 1473, lalu
pada tahun 1475. dan sudah pada cetakannya yang ketiga bahkan sebelum karya
Galen dicetak. Dalam karya Ferrari de Gardo, misalnya; Ibnu Sina dikutip lebih
dari 3000 kali, al-Ra>zi> dan Galen masing-masing seribu kali, sedang hippocrates
hanya seratus kali. Dengan demikian, kedokteran Eropa abad ke-15 dan ke-16
masih merupakan kedokteran yang sedikit lebih luas dari sekedar kepanjangan
kedokteran arab.
Hingga tahun 1500,
buku ini sudah dipublikasikan dalam cetakan yang keenam belas. Karena masih
terus digunakan hingga tahun 1650, buku itu dipandang sebagai karya dalam
bidang kedokteran yang paling banyak dipelajari sepanjang sejarah. Buku ini
diikuti oleh karya-karya terjemahan dari bahasa Arab lainnya, termasuk beberapa
karangan al-Ra>zi>, Ibnu Rusyd, H{unain bin Ish{a>q dan H{a>ly ‘Abba>s.[30]
b. Kemegahan
Fisik
Sudah
menjadi konsekuensi logis dari sebuah kemajuan keilmuan adalah pesatnya
pembangunan fisik yang disertai dengan nuansa-nuansa arsitektur yang megah,
baik di bidang laboratorium, istana, tempat ibadah, perpustakaan maupun terkait dengan pertanian. Orang-orang
memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan
untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu
dibangun dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah
(Spanyol Noria).
Namun
pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung,
seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, taman-taman. Di antara
pembangunan yang megah adalah masjid Cordova yang di bangun pada masa ‘Abd al-Rah{ma>n
al-Dakhi>li>, kota al-Zahra, kota termegah yang dibangun oleh ‘Abd al-Rah{ma>n
III dan kota Granada yang cantik dan megah dengan istana al-H{amra>’ yang
sangat terkenal di dunia, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana
al-Makmun dan mesjid Seville. Cordoba juga terkenal dengan universitasnya, yaitu
Universitas megah Cordoba yang di bangun oleh al-H{aqam II ‘Abd al-Rah}ma>n
III (961- 976).
Bait
al-H{ikmah yang didirikan oleh khalifah al-Ma’mu>n berisi para penerjemah
yang terdiri dari orang Yahudi, Kristen dan para penyembah Bintang.[31] Selain Bait al-H{ikmah,
pada Awal 750 M. Ha>run al-Rasyi>d mendirikan Observatorium di Damaskus
yang di dalamnya banyak ahli astronom Islam yang mengadakan penelitian di
bidang astronomi sehingga lahirlah para astronom Islam seperti
al-Farga>ni> (850 M.), Ibnu Yu>nis (1009 M.) dari Kairo,
al-Zarkali> (1029-1087 M.) dari Kordoba.
Pembangunan
irigasi yang baik memacu produksi yang baik pula sehingga mereka dapat
membangun kebun tebu, kapas, padi , jeruk , anggur, dan sebagainya. Karena
kemajuaan ekonomi, Spanyol mampu membangun beberapa kota yang megah dan
mempunyai banyak bangunan menumental.
Walaupun akhirnya Islam terusir dari wilayah Barat dengan cara yang sangat kejam, tetapi Islam telah
membidangi gerakan kebangkitan di Eropa, gerakan kebangkitan kembali kebudayaan
Yunani klasik padan abad 14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada
abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M dan pencerahan (aufklarung)
pada abad ke 18 M.[32]
6)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemajuan Eropa
yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah
ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Dengan demikian,
pengaruh peradaban Islam sangat besar terhadap dunia Barat.
1.
Peradaban Islam masuk di Eropa dengan empat cara yaitu saluran peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa melalui
Spanyol, Sisilia, perang Salib maupun pertukaran perniagaan, akan tetapi saluran yang terpenting dalam hal ini adalah Spanyol
Islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Barat menyerap peradaban Islam, baik dalam hubungan politik, sosial, ekonomi maupun
peradaban antar negara. Bahwa suatu kenyataan sejarah Spanyol selama tujuh abad
lebih berada dalam kekuasaan Islam.
2.
Pelacakan historis menjadi sangat logis bahwa peradaban Barat dibangun dari
rahim fase sejarah Islam menduduki Spanyol. Secara
sosial politik, Islam dalam
posisi yang sangat kuat untuk melakukan ekspansi dan secara peradaban dalam
Puncak keemasaannya. Proses ekspansi ini diikuti dengan transfer of sciense dari kaum muslimin ke penduduk
Spanyol saat itu. Kebudayaan terbuka
dan dermawan ilmu yang dibangun oleh kaum Muslimin saat itu, menjadikan setiap
kelompok, daerah, atau suku bangsa sangat terbuka lebar menimba ilmu pengetahuan dari kaum Muslimin di Spanyol, termasuk banyak orang-orang
Eropa yang menimba ilmu pengetauan dalam berbagai bidang dari Muslim Spanyol, baik ilmu-ilmu ‘aqli>> maupun ilmu naqli>. Ketika
mereka sudah kembali ke daerah masing-masing banyak yang mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut di daratan Eropa.
B.
Implikasi
Kemajuan
peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat
ilmu filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan
sastra, dan kemegahan pembangunan fisik. Islam telah membuktikan pada masa lalu
bahwa dengan kemajuan intelektual, khususnya ilmu filsafat, kejayaan dan keemasan
akan diraih dan dirasakan.
Hal tersebut dapat
dilihat dari pengaruh peradaban Islam dalam dunia pendidikan. Pemikiran ibnu Sina, al-Ra>zi> dan Ibnu Rusyd merupakan pemikiran yang paling banyak dipelajari. Banyaknya para pemuda Eropa yang belajar ke univesitas-universitas
Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Sevile, Granada, Malaga dan
Salamanca
yang aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim di Toledo
dibawa pulang ke negerinya kemudian mendirikan sekolah dan universitas di sana.
Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan universitas pertama
di Eropa adalah universitas Paris yang didirikan tahun 1231 M, tiga puluh tahun
setelah wafatnya Ibnu Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18
universitas. Ilmu yang mereka peroleh dari universitas adalah ilmu kedokteran,
ilmu pasti dan filsafat.Pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban Islam di Eropa
yang berlangsung abad 12 M. itu menimbulkan
gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa abad ke
14 M. berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini melalui terjemahan-terjemahan
Arab yang dipelajari dan diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.
Namun umat Islam
tidak boleh hanya sekedar mengingat masa kejayaan Islam dan pengaruhnya
terhadap dunia barat, akan tetapi umat Islam harus bangkit dan merebut kembali
kejayaan-kejayaan masa lalu melalui renaissance Islam dengan banyak
mengirimkan anak-anak terbaik Islam belajar ke dunia barat agar dapat pulang
dengan membawa keilmuan mereka dan mengembangkannya untuk Islam sebagaimana
yang dilakukan pada masa Bani ‘Abbasiyah yang kemudian dilakukan juga
oleh orang-orang Barat terhadap keilmuan Islam.
Akhirnya, sejarah
akan berulang meskipun dalam suasana, subyek dan obyek yang berbeda akan tetapi
subtansinya sama. Mudah-mudahan kebangkitan dan kemajuan Islam kembali di raih
setelah hilang sejak abad ke-14 hingga sekarang. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong,
Karen. Berperang demi Tuhan; Fundamentalisme
dalam Islam, Kristen dan Yahudi. Cet. III;
Jakarta: Mizan, 2002 M.
Departemen
Pendidikan RI. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Fauzi, Rifqi. Renaissance Eropa dan
Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pemikiran Islam, 07 September 2012, http://fauzidex.multiply.com (21 September
2012).
Hadiwyono,
Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat II. Cet.
VI; Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Hitti, Philip K. Histrory of the Arabs. Cet. I; Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta, 1429 H./2008 M.
Al-Kaff,
Husain. Peradaban Islam, Selasa, 25
Mei 2010 06:47 http://www.ikmalonline.com, 21 September
2012. _
AL-Magribiy, ‘Abd
al-Rah}ma>n ibn Khaldu>n. Ta>rikh Ibn
Khaldu>n. Beirut: Da>r
Ih{ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.
Maji>d, ‘Abd
al-Mun‘im. Ta>rikh al-H{ad}a>rah
al-Isla>miyah fi al-‘Us{u>r al-Wust}a>. Cairo:
Maktabah Mis{riyah,1978.
Mus}t}afa>, Ibra>hi>m.
dkk. al-Mu‘jam al-Wasi>t}. (CD
ROM al-Maktabah al-Sya>milah)
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Cet.
IX; Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Nurkidam, A. Pengaruh
Peradaban Islam di Dunia Barat. http://annur01.wordpress.com (21 September
2012).
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Ensiklopedi
Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.
Poeradisastra,
S.I. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan
Peradaban Modern. Cet. II;
Jakarta: P3M, 1986.
Al-Siba>‘i<,
Mus}t}afa>. Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok. Jakarta:
Gema Insani Press, 1993.
Sunaryo. Transmisi Kebudayaan Yunani Dalam Peradaban Islam, Jurnal
Pemikiran Islam Vol.1, No.3, September 2003, International Institute of Islamic
Thought Indonesia.
Al-T{abariy, Abu> Ja‘far Muh{ammad bin Jari>r al-T{abariy. Ta>rikh
al-Umam wa al-Mulu>k. Cet. I; Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1407
H..
Watt, W.
Montgemary. Islam dan Peradaban Dunia. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka, 1997.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT.
Gravindo Persada, 2003.
Zakariyya>, Abu> al-H{usain Ah}mad bin Fa>ris bin. Mu‘jam
Maqa>yi>s al-Lugah. Beirut: Ittih}a>d al-Kita>b al-‘Arabi, 1423
H./2002 M.
--------------,
Dunia Barat, 10 Juli 2012, http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa.
(21 September 2012).
[1]Abu>
al-H{usain Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariyya>, Mu‘jam Maqa>yi>s
al-Lugah, Juz. II (Beirut: Ittih}a>d al-Kita>b al-‘Arabi, 1423
H./2002 M.), h. 60.
[2]‘Abd al-Rah}ma>n ibn
Khaldu>n al-Magribiy, Ta>rikh Ibn Khaldu>n (Beirut: Da>r
Ih{ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabi>, t.th.), h. 122.
[5]Ibra>hi>m Mus}t}afa>
dkk., al-Mu‘jam al-Wasi>t}, Juz. I (CD ROM al-Maktabah
al-Sya>milah), h. 203.
[7]Ibra>hi>m Mus}t}afa>
dkk., op.cit., Juz. II, h. 163.
[8]Departemen Pendidikan RI, Kamus
Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008), h. 9.
[9]Husain al-Kaff, Peradaban
Islam, Selasa, 25 Mei 2010 06:47 http://www.ikmalonline.com, 21 September 2012. _
[10]_______, Dunia Barat, 10
Juli 2012, http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Daftarkategori (21 September 2012).
[11]Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan
Gerakan (Cet. IX; Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 14.
[12]Karen Armstrong, Berperang
demi Tuhan; Fundamentalisme dalam Islam, Kristen dan Yahudi (Cet. III;
Jakarta: Mizan, 2002 M), h. 92-93.
[13]Salah satu contoh kekuasaan
gereja adalah apabila berpendapat akan menanggung akibatnya seperti yang
dialami oleh Ilma Necolaus Copernicus (1473-1543) yang mengatakan bahwa
matahari adalah pusat raya dan bumi mempunyai dua macam gerak. Galileo Galilei
yang menemukan pentingnya akseselrasi dalam dinamika. Penemuan mereka ini
menggoncangkan gereja, sehingga ia harus dihukum mati karena tidak sesuai
dengan pendapat gereja pada saat itu. Lihat: Harun Hadiwyono, Sari Sejarah Filsafat Barat II
(Cet. VI; Yogyakarta: Kanisius, 1990), h.16.
[14]Perpustakaan
Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan
Kebudayaan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), h. 10.
[15]Abu>
Ja‘far Muh{ammad bin Jari>r al-T{abariy, Ta>rikh al-Umam wa
al-Mulu>k, Juz. IV (Cet. I; Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1407
H.), h. 11.
[17]Philip K.
Hitti, Histrory of the Arabs (Cet. I; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
1429 H./2008 M.), h. 768-773.
[21]Sungai Oxus adalah sungai yang
dalam tradisi merupakan perbatasan antara bangsa-bangsa yang berbahasa Persia
dan bangsa-bangsa yang berbahasa Turki. Lihat: Philip K.
Hitti, op.cit., h. 82.
[24]A. Nurkidam, Pengaruh
Peradaban Islam di Dunia Barat, http://annur01.wordpress.com (21 September 2012).
[25]Sunaryo, Transmisi Kebudayaan
Yunani Dalam Peradaban Islam, Jurnal Pemikiran Islam Vol.1, No.3, September
2003, International Institute of Islamic Thought Indonesia.
[27]Mustafa al-Siba>‘i<, Peradaban
Islam Dulu, Kini dan Esok (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 49.
[29]Rifqi Fauzi, Renaissance
Eropa dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pemikiran Islam, 07
September 2012, http://fauzidex.multiply.com (21 September 2012).
[30]‘Abd al-Mun‘im Maji>d, Ta>rikh
al-H{ad}a>rah al-Isla>miyah fi al-‘Us{u>r al-Wust}a> (Cairo:
Maktabah Mis{riyah,1978), h. 156.
[32]S.I Poeradisastra, Sumbangan
Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern (Cet. II; Jakarta: P3M, 1986),h. 77.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar